Senin, 22 Desember 2025

Ikut Lelang Perawan Sampai Miliaran

- Kamis, 28 Februari 2019 | 08:57 WIB

METROPOLITAN -Lelang keperawanan akhir-akhir ini mengguncang dunia maya Indonesia, setelah Fela (21) gadis asli Indonesia yang laris 1,2 euro atau setara Rp19 miliar. Namun bukan hanya Fela yang dilelangkan. Beberapa pengusaha dan politisi Indonesia pun ikut menjadi pemburu perawan. Mereka tidak segan-segan merogoh kocek miliaran untuk memuaskan nafsu birahinya. MENURUT pengelola Cinde­rella Escorts, ada ratusan wa­nita Indonesia yang mengajukan lamaran untuk menjual kepe­rawanannya dengan harga tinggi. Calon pembelinya bera­sal dari seluruh dunia dan ba­nyak juga dari Indonesia. Seorang politisi terkenal asal Indonesia diyakini menjadi sa­lah satu pelanggannya. Hal itu diungkapkan langsung pemilik Cinderella Escorts tersebut, Jan Zakobielski (JZ), yang tahun ini berusia 27 tahun. Ia mengaku pihaknya memiliki stok perawan wanita Indonesia. Hal itu lan­taran banyak yang melamar ke agency miliknya. “Tapi memang belum kami muat perawan In­donesia itu ke situs kami. Semua masih dalam proses bergantian, menunggu,” ujarnya. Tak tanggung-tanggung, sedi­kitnya ada sekitar 350 wanita Indonesia yang melamar akan diikutsertakan dalam lelang keperawanan. “Sebaliknya kita juga dapat bukingnya dari In­donesia, para orang kaya Indo­nesia agar bisa mendapat para perawan lewat jasa kami di Cinderella Escorts ini,” katanya. “Permintaan ini sepertinya datang setiap hari dari para pengusaha Indonesia. Bahkan ada satu politisi Indo­nesia sangat terkenal ikut pula memberikan penawaran lelang perawan kami dengan harga cukup tinggi. Tentu saja kami tak bisa mengungkapkan na­manya,” sambung JZ. Dalam operasinya, JZ menga­ku hanya melakukan bisnis di negara yang melegalkan seks bebas. Syarat untuk menemui gadis-gadis dari Cinderella Es­corts, para pria hidung belang harus datang ke Jerman. “Si penawar harus mengirimkan dulu uangnya 10 persen kepada kami di awalnya melalui akun bank kami yang akan kami beri tahukan,” paparnya. “Lalu pada saat sudah jadi deal, orang itu dinyatakan pemenang lelang dapat sang perawan. Kami datang bersama si perawan bertemu si pembeli. Setelah itu ditandatangani kontrak dan uang diterima tunai 90 persennya, selesailah proses jual beli ter­sebut. Setelah uang diterima, tentu saja kita berikan 80 persen uang kepada si wanita,” lanjut JZ. Untuk mengetahui perawan atau tidak, JZ mengaku mem­punyai tim khusus untuk mela­kukan cek keperawanan secara medis. Para gadis yang melamar pada agency miliknya perlu mengunjungi seorang psikolog dan menunjukkan sertifikat tentang pendapat psikolog mengenai si wanita tersebut. JZ mengaku sudah menjalan­kan bisnis lendirnya selama tiga tahun. Selama itu, ia juga mengaku tak pernah terjadi hal-hal yang buruk, terlebih agency miliknya sangat profesional dan sangat terorganisasi dengan sempurna sebagai sebuah agen­cy. “Kita akan menjadi lebih besar dan jauh lebih profesional lagi serta pasti sukses. Kita juga ber­harap bahwa Pemerintah Indo­nesia akan membantu para gadis ini tumbuh dengan lebih banyak lagi peluang dan dengan uang untuk belajar di seluruh dunia. Saya kira kita akan me­miliki setidaknya 50 persen lebih sedikit dalam penerapannya mengenai perawan yang ada di Indonesia saat ini dan menda­tang,” ujarnya. Sementara itu, adanya gadis Indonesia yang dilelang me­nuai reaksi keras dari banyak pihak. Tak terkecuali Psikolog Forensik Reza Indragiri, yang menilai lelang perawan itu telah mengoyak prinsip integritas tubuh. “Ini sama saja perda­gangan manusia. Keduanya sama-sama bisa dipidana,” ka­tanya. Reza menjelaskan, menjadikan keperawanan sebagai komodi­tas sebenarnya mengandung logika yang mirip yurispruden­si hukum yang dibuat Hakim Bismar Siregar dalam kasus perkosaan. Keperawanan, oleh Hakim Bismar, dianalogikan sebagai barang yang dicuri da­lam Pasal 378 KUHP. “Bedanya, dalam bisnis lelang keperawanan dan kawin kontrak ini, keperawanan diposisikan sebagai barang yang memiliki nilai jual-beli (bukan sebagai barang yang dicuri, red),” tutur­nya. Reza melihat bisnis lelang pe­rawan tersebut mendorong keperawanan untuk dijadikan komoditas. “Semakin serius jika perempuan-perempuan yang menjadikan keperawanan­nya atau tubuhnya sebagai ko­moditas adalah anak-anak re­maja. Mereka yang larut dalam pola hidup konsumtif dan sangat kuat dipengaruhi teman sebaya, jelas merupakan kelom­pok rentan,” papar Reza. (sur/tib/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X