Minggu, 21 Desember 2025

Rela Terbang ke Belanda Belajar Nyukur

- Selasa, 5 Maret 2019 | 10:32 WIB

METROPOLITAN -  Tukang cukur rambut sering dipandang sebelah mata. Namun pandangan itu tidak berlaku bagi Enrico Soesila (26). Lelaki asal Bandung itu justru bangga dengan profesinya sebagai barber, bahkan rela jauh-jauh menempuh pendidikan di Belanda untuk menggeluti profesi tersebut. Awalnya, Enrico hanya iseng me­lihat tayangan di Youtube tentang barber-barber luar negeri. Dari  situ rupanya muncul ketertarikannya pada dunia barber alias tukang cukur. “Waktu itu sekitar 2013 ya. Saya lihat di Youtube kok keren-keren barber sana,” kata Enrico. ­ Di matanya, sosok barber itu punya dunia bebas tapi tetap punya aturan. Sampai akhirnya Enrico kepincut menggeluti bi­dang tersebut. “Saya terjun di barber itu 2014,” akunya. Salah satu barber dunia yang diidolakannya adalah Schorem Haarsnijder asal Belanda. Ketika Schorem membuka sekolah The Old School Barber Academy, Enrico pun tertarik mendalami ilmu memotong rambut selama dua minggu di Belanda. ”Kalau untuk teknik dan po­tongan rambut itu bonus saja. Di sana saya lebih belajar culture gimana menjadi seorang barber, gimana melayani pelanggan ka­rena bisnis kita di bidang jasa,” ujar lelaki yang awalnya bercita-cita sebagai vokalis band itu. Setelah menggeluti ilmu bar­ber, Enrico semakin mantap menjadikannya sebagai se­buah profesi. Apalagi, menurut­nya, barber adalah salah satu profesi tertua di dunia sehing­ga membawa kebanggaan ter­sendiri untuk terjun sebagai seorang barber. ”Butuh waktu tiga bulan dari tertarik sampai akhirnya mantap menjalani profesi ini. Buat saya, profesi menjadi seorang barber juga menghasilkan pendapatan yang menjamin,” ungkapnya. Sejak menimba ilmu barber di Belanda, Enrico dan sang kakak membuka barbershop pertama­nya di Palembang dengan nama Scissor n Co pada 2014. Hingga kini Enrico membocorkan omzet dari barbershop yang dirintisnya bisa menghasilkan rata-rata Rp50- 70 juta sebulan. ”Mereka (pelanggan, red) se­tidaknya paling lama sebulan sekali potong. Tapi biasanya dua minggu sekali. Kalau dihitung setahun bisa 24 kali, itu baru satu orang. Jadi bisnis dan pro­fesi ini memang sangat meng­giurkan,” jelasnya. Enrico mengakui biaya jasa potong rambut di pangkas ram­but biasa dan barbershop memang jauh berbeda. Namun harga yang dipatok sebanding dengan man­faat yang dirasakan pelanggan. Ia mencontohkan, untuk gun­ting yang dipakai di barbershop rata-rata menggunakan produk yang mahal. Pasalnya, jenis gun­ting yang dipakai akan mengha­silkan potongan yang berbeda dan berdampak pada kualitas potongan rambut. ”Kita di Scissor n Co guntingnya saja bisa sampai Rp2 juta harga­nya. Dari kualitas hasil potongan beda sih, jadi nggak bisa hanya sekadar tajam. Pada beberapa teknik kalau guntingnya nggak cocok, hasilnya nggak dapat. Itu sebabnya untuk alat kita memang nggak sembarang beli,” ujar le­laki yang menyukai gaya po­tongan klasik itu.

(sur/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X