Senin, 22 Desember 2025

Nenek Seloyong Jadi Penunggu Rel Angker Bondes

- Selasa, 12 Maret 2019 | 09:38 WIB

METROPOLITAN - Di balik anjloknya Kereta Api (KA) Jatinegara-Bogor di Ke­lurahan Kebonpedes, Kecamatan Tanah­sareal, Kota Bogor, pada Minggu (10/3), rupanya menyimpan misteri tersendiri di kalangan warga sekitar.

Salah seorang warga RT 01/03, Gang Mushola, Kebonpedes, Rifki Noval, meyakini anjloknya tiga gerbong KA 1722 itu lantaran ulah makhluk halus yang menghuni sepanjang perlintasan Kebonpedes. Pos ronda yang sempat terseruduk kereta api pada akhir pekan lalu adalah salah satu titik yang diyakini warga se­kitar sebagai pusat paling angker di kawasan tersebut. “Di sini mah memang angker dari dulu. Apalagi di pos ronda itu,” katanya sambil menunjuk ke arah pos ronda. Beberapa sosok kuntilanak, pocong, kepala buntung hingga nenek seloyong, adalah sejumlah makhluk tak kasat mata yang kerap dilihat masyarakat sekitar. Khususnya mereka yang tinggal tepat di sepanjang bibir perlin­tasan KA. Bahkan banyaknya peristiwa berdarah di lokasi tersebut diya­kini lantaran ulah makhluk astral yang meminta tumbal atau kor­ban jiwa. Seperti banyak yang orang yang sengaja dibuat tuli hingga tertabrak kereta, ataupun matanya dibuat gelap dengan tidak melihat kereta yang melin­tas. “Kami juga sempat berpikir kejadian kemarin karena para penghuni di sini meminta tum­bal,” ujarnya. Hal senada dikatakan warga lainnya, Hendriawan. Menurut­nya, hampir setiap tahun jalur yang melintasi Kelurahan Ke­bonpedes sering memakan kor­ban jiwa. Bahkan yang paling fenomenal, adanya kehadiran setan budek yang diduga sebagai penyebab utama banyaknya kor­ban jiwa. “Jadi pas orang melin­tas, dia dibuat tak mendengar. Akhirnya tertabrak dan mening­gal seketika,” cetus Hendriawan, lengkap dengan peragaannya. Pantauan Metropolitan di lo­kasi kejadian, nuansa mencekam memang jelas terasa kala meny­ambangi pos ronda yang sudah hancur tersebut. Limbah kayu, spanduk putih usang hingga sejumlah balok dan bambu, menempel tak beraturan di sejumlah sudut bangunan berukuran tiga kali tiga meter tersebut. Terlebih pasca-diseru­duk kereta api akhir pekan kema­rin semakin menambah semrawut tampilan bangunan itu. Berdasarkan cerita warga seki­tar, dahulu kala pos ronda dengan atap seng itu sempat digunakan warga sekitar untuk sejumlah kegiatan pengamanan kampung seperti ronda dan lain sebagainya. Lantaran banyaknya kejadian janggal, hingga sejumlah penam­pakan makhluk dari dunia lain di pos tersebut, hingga kini pos ronda yang berada tepat di atas gundukan tebing dan bibir rel itu dibiarkan begitu saja oleh warga. Sementara itu, ahli spiritual Roni Sanghyang Naga menjelas­kan, secara umum anjloknya KA 1722 merupakan sebuah ujian atau teguran dari Sang Maha Pencipta. Menurutnya, peristiwa gaib biasanya identik dan aktif pada waktu, tanggal dan bulan tertentu. Namun dari sisi waktu terjadi kecelakaan kemarin tidak tersudut pada hal yang sakral. “Peristiwa celaka mempunyai beberapa sudut pandang. Bisa karena wilayah tersebut mengandung energi negatif yang banyak, atau dari beberapa kasus karena kelalaian,” katanya ke­pada Metropolitan, kemarin. Menurutnya, tidak selamanya energi gaib menjurus kepada suatu bencana atau musibah. Namun adanya peristiwa tak kasat mata seperti penampakan atau perwujudan makhluk halus, bisa juga merupakan suatu pert­anda adanya peristiwa yang bakal terjadi di kemudian harinya. Secara istilah Sunda kuno, penam­pakan yang dilihat masyarakat adalah ciciren (pertanda dalam istilah Sunda, red). “Sepintas memang terasa ada bagian energi mistik di lokasi kejadian. Namun jumlahnya kecil. Sehingga itu bisa dikatego­rikan ciciren atau pertanda bahwa akan terjadi kecelakaan,” tutup­nya. Terpisah, salah seorang masinis PT KAI Daop 1 Ilfan Affandi (26) mengaku punya cukup penga­laman tragis selama menjadi masinis. Salah satunya ketika rangkaian kereta ditabrak ken­daraan lain atau orang yang melintas. ”Namanya tempered. Ditabrak, bukan menabrak. Ke­reta kan sudah ada jalurnya. Ini yang sering keliru bahwa kereta menabrak orang atau kendaraan,” katanya. Affandi menceritakan saat per­tama kali ia berurusan dengan korban tabrakan kereta. Ia selalu memikirkan orang tersebut. ”Pertama-tama kepikiran lah. Orang tersebut bagaimana kon­disinya. Apa yang dia pikirkan. Tetapi lama-kelamaan ya mau bagaimana. Jalan terus, sesuai tugas,” ucap Affandi. Ia lantas menjelaskan standar operasional prosedur saat ke­reta menemui halangan seperti tabrakan tersebut. Pertama, ma­sinis harus menghentikan ke­reta untuk memeriksa kerusakan kereta dan melihat kondisi korban. Pengecekan itu harus dilakukan dengan cepat karena masinis harus melanjutkan perjalanan. Di stasiun berikutnya, masinis harus melaporkan kejadian yang dialaminya tersebut. ”Nantinya pihak stasiun akan membuatkan berita acara. Kereta melanjutkan perjalanan. Sementara korban tabrakan akan diurus petugas kepolisian,” jelasnya. (ogi/c/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X