METROPOLITAN - Beberapa survei elektabilitas calon presiden dan wakil presiden (capres dan cawapres) mendekati hari H pencoblosan masih menempatkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin di posisi teratas. Lantas bagaimana tanggapan Sandiaga Uno. Sandiaga mengklaim dari survei internal, pada momen 30 hari terakhir ini memiliki momentum yang baik untuk meraih simpati dan dukungan masyarakat Indonesia. ”Tiga puluh hari terakhir kami fokus berbicara terkait masalah-masalah ekonomi. Survei-survei lain tentunya akan kami gunakan sebagai tambahan informasi,” kata Sandiaga Uno, Senin (18/3). Sandi mengaku optimistis dengan sentimen positif pada sisa masa kampanye dan jeda sebelum hari pencoblosan akan mendapatkan limpahan dukungan, sehingga mampu memenangkan kontestasi pilpres. Sebelumnya, Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali merilis survei elektabilitas pasangan capres dan cawapres jelang pilpres 2019. Joko Widodo-Ma’ruf Amin masih unggul atas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam survei terbaru. Survei tersebut digelar pada 24 Februari-5 Maret 2019 atau sebelum peristiwa tertangkapnya eks Ketum PPP Romahurmuziy (Rommy) oleh KPK pada 15 Maret. Sampel dalam survei sebanyak 2.820 responden dengan response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid, red) sebesar 2.479 responden. Margin of error survei sebesar +/- 2% pada tingkat kepercayaan 95%. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20%, dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Survei ini dipublikasikan pada Minggu (17/3). Survei SMRC juga menunjukkan tren elektabilitas Jokowi- Ma’ruf yang naik sejak Januari 2019 (dari 54,8%) dan Prabowo- Sandiaga yang menurun (dari 34,1). SMRC menyebut Prabowo tidak pernah unggul atas Jokowi sejak pilpres 2014. ”Sejak kekalahan di pilpres 2014, Prabowo tidak pernah unggul terhadap Jokowi. Demikian juga sejak pasangan ditetapkan. Gapnya 20% atau lebih. Bila tidak ada peristiwa luar biasa, kecenderungan tersebut kecil kemungkinannya untuk berbalik,” ujar Peneliti SMRC Sirojudin Abbas. (dtk/mam/run)