METROPOLITAN - Sembilan kursi DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat (Jabar) V atau Kabupaten Bogor diprediksi bakal didominasi wajah-wajah baru. Kondisi ini menunjukkan calon anggota legislatif (caleg) incumbent tak serta-merta berada di posisi aman.
Hasil real count sementara Harian Metropolitan menunjukkan hanya ada empat caleg incumbent yang berpeluang lolos ke Senayan. Mereka adalah Fadli Zon dari Partai Gerindra, Adian Napitupulu dari PDI Perjuangan, Ichsan Firdaus dari Partai Golkar dan Primus Yustisio dari Partai Amanat Nasional (PAN). Sementara lima kursi lainnya diprediksi diisi wajah-wajah baru yang sejauh ini mendulang suara cukup signifikan, seperti Ravindra Airlangga dari Partai Golkar, Fahmy Alaydroes dari PKS, Elly Rachmat Yasin dari PPP, Mulyadi dari Partai Gerindra dan Ade Wardana dari PKB. Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Yusfitriadi mengaku sangat mungkin wajah-wajah baru berhasil menduduki kursi DPR RI. Namun ada dua alasan yang melatarbelakangi munculnya wajah-wajah baru, seperti faktor pragmatis dan politis. “Sangat mungkin wajah-wajah baru yang muncul dan diperkirakan lolos menggunakan politik pragmatis dalam memengaruhi pemilih, entah itu politik transaksional ataupun politik identitas,” kata Yusfitriadi. Untuk faktor politis, terpilihnya wajah-wajah baru bisa dilihat sebagai bentuk hukuman masyarakat bagi caleg-caleg incumbent. Konsisi ini biasanya lebih disebabkan karena caleg incumbent yang sebelumnya sudah menduduki kursi DPR RI tidak maksimal dalam menyalurkan program-program maupun aspirasi dari dapilnya. “Sehingga masyarakat menghukumnya dengan tidak memilihnya kembali dan mencoba untuk memilih yang lain yang belum tentu juga lebih baik dari yang lama. Yang pasti, di mata masyarakat, wajah lama sudah terbukti tidak lagi mampu mewakilinya,” terangnya. Menurut Yusfitriadi, munculnya wajah-wajah baru bakal mengubah pola desain program untuk menjadi wakil rakyat. Perubahan ini bisa mengarah ke arah lebih baik atau sebaliknya menjadi lebih buruk. Yang jelas, terpilihnya wajah-wajah baru menjadi warning ke depan bagi anggota DPR RI yang ingin maju kembali. “Ke depan, wajah baru saat ini pun akan tergantikan oleh wajah baru lagi ketika wajah baru hari ini tidak memberikan sebuah perubahan yang signifikan terhadap aspirasi masyarakat,” ujar Yusfitriadi. Salah seorang caleg DPR RI yang berpeluang besar lolos ke Senayan, Elly Rachmat Yasin, menganggap perbedaan caleg baru dengan incumbent lebih kepada bagaimana mereka mampu melakukan sosialisasi yang mengena kepada masyarakat. Caleg baru umumnya punya waktu lebih banyak sehingga pendekatan ke masyarakat bisa lebih maksimal. Namun incumbent juga diuntungkan karena biasanya sudah memiliki basis massa di wilayah wilayahnya. Keuntungannya, caleg baru biasanya bakal lebih getol turun ke masyarakat dibanding incumbent yang merasa sudah memiliki basis massa. Terlebih, ketua DPC PPP Kabupaten Bogor ini percaya suara incumbent bisa tergerus jika tidak bisa merawat wilayahnya. “Incumbent juga kalau tidak merawat wilayahnya pasti tergerus dengan wajah baru. Masyarakat sekarang juga sudah pintar, tidak bisa dipastikan pilihannya akan tetap seterusnya. Bisa jadi juga karena aspirasi ke dapil tidak terserap maksimal atau memang caleg baru memiliki daya tarik lain,” ujar Elly. Selain itu, dirinya mengaku pemilihan legislatif kali ini menjadi perjuangan berat, khususnya bagi caleg-caleg baru. Musababnya, fokus masyarakat lebih ke pemilihan presiden (pilpres) sehingga para caleg harus bekerja ekstra untuk meyakinkan pemilih. “Partisipasi untuk pilpres memang besar, tapi untuk legislatifnya banyak yang sampai hari H tidak tahu akan memilih siapa. Ada juga yang bingung karena surat suara yang begitu besar. Ini terbukti dari banyaknya surat suara pileg yang tidak dicoblos atau tidak sah,” ungkapnya. Terkait komitmen, Elly mengaku sejak awal akan mengawal program bupati Bogor agar bisa sinergi dengan pusat atau sebaliknya. Kondisi ini penting dibangun agar pembangunan di Kabupaten Bogor bisa lebih maksimal. Terlebih sebagai putri daerah, Elly dinilai paham kondisi wilayah dan masyarakat Bogor. Terpisah, caleg Partai Golkar Ravindra Airlangga mengaku sejak awal memang fokus turun ke tengah masyarakat. Langkah ini penting dilakukan bukan hanya karena ia merupakan caleg baru, tetapi untuk menyerap langsung aspirasi dan kondisi masyarakat secara langsung. “Masyarakat itu ingin pemimpinnya hadir di tengah-tengah mereka dan itu memang harus dilakukan. Dengan bertemu langsung, masyarakat akan menyampaikan aspirasinya dan kita tahu apa yang harus diperjuangkan. Saya pikir poinnya ada di situ,” terang Ravindra. Meski pendatang baru, bukan berarti Ravindra turun dengan tangan kosong. Ada banyak harapan yang ingin ia perjuangkan, seperti mengawal program pemerintah agar tepat sasaran hingga membangkitkan ekonomi kreatif di Kabupaten Bogor. Sebagai tokoh muda, Ravindra juga fokus menggarap isu-isu untuk kaum milenial. Dirinya ingin milenial di Kabupaten Bogor memiliki daya saing, mandiri dan bisa memanfaatkan peluang yang ada. Dalam kepalanya, terpikir untuk memaksimalkan aktivitas ekonomi digital yang bisa digarap kaum muda ke depannya. (fin/run)