METROPOLITAN - Diguyur hujan selama dua hari berturut-turut, beberapa kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor diterjang bencana, seperti banjir dan longsor. Bahkan akibat luapan Sungai Ciliwung, tak hanya banjir, jembatan penghubung RT 01/01, Desa Cipayungdatar, Kecamatan Megamendung, dengan Kampung Cadasngampar, RT 07/02, Desa Cadas, Kecamatan Sukaraja, juga putus terbawa arus. Kapolsek Sukaraja Kompol Lusi Saptaningsih mengatakan, jembatan tersebut terseret Sungai Cikeas pada Jumat (26/4) pukul 00:15 WIB. “Karena curah hujan tinggi. Tidak ada korban jiwa, namun jembatan penghubung terbawa banjir,” ujar Lusi. Meski terputus, warga masih bisa menyeberang namun dengan jarak yang lebih jauh karena harus melewati beberapa kampung. “Masih bisa melintas tetapi dengan akses jembatan di kampung yang lain,” paparnya. Begitu juga di Desa Cipayungdatar, Megamendung, jembatan penghubung antardesa juga terputus lantaran terbawa arus. Salah seorang warga RT 01/01, Desa Cipayungdatar, Nanang Muhammad Suarsa (49), mengatakan bahwa jalan tersebut putus di depan rumahnya pada Kamis (25/4) sekitar pukul 23:00 WIB. “Selain memutuskan jalan menuju Desa Kopo, Cisarua, sebagian lahan pertanian saya pun ikut tergerus banjir bandang ini,” tutur Nanang. Desa Cipayungdatar termasuk salah satu desa di Kecamatan Megamendung yang paling terdampak bencana banjir bandang yang menimpa Bumi Tegar Beriman. Kapolsek Megamendung AKP Asep Darajat mengatakan, hujan deras di kawasan Puncak sejak Kamis (25/4) malam hingga Jumat (26/4) dini hari membuat wilayahnya paling terdampak bencana banjir bandang. ”Dampak hujan deras semalam atau banjir bandang yaitu satu ruas jalan di Desa Cipayungdatar putus, satu jembatan di Kampung Muara, Cipayunggirang, ambruk, satu unit rumah di Desa Megamendung rusak dan lima motor terbawa banjir di Sungai Ciliwung dengan korban luka satu orang,” beber Asep. Asep menuturkan, akibat jalan dan jembatan terputus, arus lalu lintas menuju Desa Kopo, Kecamatam Cisarua, dialihkan ke jalur lain. “Jalan dan jembatan yang terputus itu menghubungkan desa di Kecamatan Megamendung dengan desa di Kecamatan Cisarua. Akibatnya, arus lalu lintas kendaraan maupun manusia dialihkan melalui desa lainnya,” terangnya. Sementara itu, empat rumah di daerah hulu Sungai Ciliwung tergerus aliran sungai yang meluap pada Kamis (25/4) malam. Salah seorang warga Desa Kopo yang juga relawan kebencanaan, Solahudin, menuturkan bahwa banjir menerjang Kampung Cijulang, Desa Kopo, Kecamatan Cisarua. “Kejadiannya sekitar pukul sebelas malam. Itu pada saat warga hendak istirahat. Hujan sejak pukul enam sore tidak berhenti. Di situ ada empat rumah yang terbawa arus, tepatnya di Desa Cipayunggirang, RT 04/05. Ini empat rumah hanyut karena luapan Ciliwung,” ujar Solah. Ia menjelaskan, di titik itu juga terdapat satu ruas jalan yang saat ini tak bisa dilalui masyarakat. Jalan tersebut merupakan akses utama masyarakat yang menghubungkan Desa Kopo, Cipayunggirang, dan Cipayungdatar dari Kecamatan Cisarua ke Kecamatan Megamendung. Meski tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun kerugian materi ditaksir mencapai lebih dari Rp200 juta. Di Kampung Legoklame, Desa Cikopo, tutur Solahudin, tebingan Ciliwung tak kuat menahan derasnya debit air hingga jebol. Akibatnya, dua rumah terbawa arus. Akses jalan masyarakat yang menghubungkan Kampung Muara, Desa Kopo, dengan Desa Cipayunggirang, sampai Jumat sore masih terputus. “Selain itu, ada enam kendaraan roda dua yang terbawa arus. Tiga kendaraan sempat diselamatkan. Tiga kendaraan lagi sampai sekarang belum ketemu. Milik warga semuanya. Tidak sempat diselamatkan, soalnya air mendadak jebol seketika,” paparnya. Selain banjir, Kecamatan Megamendung juga diterjang longsor. Yakni di Kampung Sirimpak, RT 02/05, Desa Megamendung. Longsor menimpa satu rumah warga berpenghuni. Penghuni rumah, Sindi (15), sempat terjebak dalam rumahnya yang tertimbun longsor sebelum akhirnya berhasil dievakuasi. ”Ketinggian longsor kira-kira empat meter menimpa satu rumah. Korban yang tertimpa seorang wanita atas nama Sindi Puspita Sari, umur 15 tahun,” kata Camat Megamendung Hadijana. Sindi baru bisa dievakuasi sekitar pukul 22:00 WIB dan langsung dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka-luka. ”Korban sudah dapat dievakuasi dan korban mengalami patah tulang kaki. Sudah dibawa ke rumah sakit,” ucapnya. Longsor tersebut terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Pada Kamis malam sempat terjadi kenaikan Bendung Katulampa hingga status Siaga 1. Namun pada Jumat pagi, ketinggian air turun dan berangsur-angsur normal. Terpisah, Kepala Seksi Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kota Bogor Yafies mengatakan, meski bencana banyak terjadi di Kabupaten Bogor, pihaknya juga sudah menyiapkan sejumlah petugas yang bersiaga selama 24 jam. “Karena akhir-akhir ini cuaca tidak bersahabat dan berpotensi terjadi bencana, jadi kami siagakan satu regu untuk berjaga,” ucapnya. Pihaknya juga kerap berkoordinasi dengan perangkat kelurahan di setiap wilayah masingmasing. Terlebih sejumlah kelurahan yang masuk zona merah rawan bencana banjir dan longsor di Kota Bogor. “Kita memiliki kelurahan tangguh bencana. Jadi kita sering berkoordinasi dengan rekan-rekan di sana, terkait perkembangan situasi dan keadaan di lapangan,” ujarnya. Disinggung soal daerah rawan, kelurahan yang dilintasi aliran sungai adalah salah satu fokus perhatian pihaknya kala curah hujan meningkat. “Kita selalu awasi setiap kelurahan yang dilintasi sungai. Pokoknya kita pantau terus perkembangannya dan berkomunikasi dengan rekan kelurahan tanggung bencana yang sudah kita siagakan di sana,” tutupnya. (ogi/a/mam/run)