OLEH: RAMA IRAWAN Pemimpin Redaksi
Kota Bogor diploting sebagai kota ramah keluarga. Konsep ini disampaikan Bima Arya bersama Dedie A Rachim saat kempanye pilkada 2018 lalu. Program tersebut pun menjadi visi-misi Pemerintah Kota Bogor pada 2020 hingga 2024, setelah Bima terpilih lagi menjadi pucuk pimpinan di Kota Hujan.
Belum lama ini, Bima kembali menegaskan bahwa kota ramah keluarga itu setiap aspek kehidupannya dilandasi ketahanan keluarga. Menguatkan kebersamaan. Serta memberikan rasa nyaman dan aman bagi keluarga.
Program ini dicetuskan berdasarkan pengalaman Bima selama memimpin Kota Bogor di periode sebelumnya. Demi menggapainya, Pemerintah Kota Bogor memulai dengan pembangunan fisik seperti taman, pedestrian dan lain sebagainya. Untuk nonfisik, pada akhir 2018 dilakukan dengan peluncuran kegiatan sekolah ibu, forum bersama hingga rencana pembentukan kader disetiap wilayah.
Program ini bukan hal yang tabu. Di beberapa daerah seperti Bali, Bandung atau bahkan kota tetangga yakni Depok, sudah dan akan memulai hal serupa. Berbagai aspek kebijakan semisal kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga tata kota diarahkan ke sana.
Menjadikan keluarga sebagai sasaran utama dalam kebijakan pembangunan, merupakan solusi tepat dalam mengatasi permasalahan sosial kemasyarakatan. Sebab apabila pembangunan menempatkan keluarga sebagai fokus utama, maka akan terjadi percepatan pencapaian tujuan. Karena ketika keluarga diberi akses untuk berdaya (difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan), maka mereka bakal menjadi mitra produktif pembangunan. Diharapkan semua persoalan berawal dari keluarga seperti perceraian, kesejahteraan, pendidikan bahkan kriminalitas bisa terurai.
Gerakan edukasi langsung, pemberdayaan dan pendampingan yang berkaitan dengan ketahanan keluarga mesti terus didorong. Tak hanya itu, fasilitas program harus lebih baik dari sebelumnya.
Ini dilakukan supaya sasaran program bisa cepat menyerap dan mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, memadukan antara keluarga dan kotanya adalah keharusan. Keluarga sebagai bagian dari kehidupan sosial sangat berpengaruh terhadap kualitas masyarakat. Alhasil, kebaikan keluarga akan berbanding lurus dengan keberhasilan kotanya
Apabila program tersebut terpenuhi, ternyata ada hal lain yang terdampak dan malah menguntungkan. Salah satunya sektor pariwisata. Ruang publik yang ramah keluarga bakal jadi destinasi wisata baru. Tidak hanya taman. Hotel, sekolah, cagar budaya, perkampungan dan pusat keramaian jika disulap menjadi ruang ramah keluarga akan mendatangkan wisatawan. Hingga pada akhirnya ekonomi kerakyatan pun akan tumbuh. Perputaran uang juga bakal semakin menggeliat.
Di negara tetangga seperti Malaysia, konsep ini memiliki daya tarik tersendiri. Negeri jiran itu begitu banyak memiliki pilihan tempat wisata bagi keluarga. Kota Kuala Lumpur yang menyimpan berbagai obyek wisata unik seperti Kuala Lumpur City Gallery dan Menara Kembar Petronas. Ada juga Bukit Bintang Malaysia atau yang lebih dikenal sebagai The Golden Triangle dengan segudang tempat belanja dan makanan.
Selanjutnya Korea Selatan. Negara ini menjadi primadona dalam banyak hal. Mulai dari drama, makeup dan pariwisata. Di Seoul, banyak tempat wisata yang ramah keluarga. Yakni taman, tempat bersejarah dan tempat kuliner yang enak.
Kota Bogor? Pati bisa. Meski mewujudkan kota ramah anak bukanlah perkara mudah. Diperlukan keterlibatan banyak pihak. Diantaranya masyarakat, dunia pendidikan, dunia usaha dan tentunya pemerintah. Semuanya harus kerja keras demi mewujudkan hal tersebut. Sebab tak ada yang mustahil yang tak dapat dikerjakan apabila semua elemen bersinergi mewujudkan kota ramah keluarga. Kita mesti percaya dan mendukung penuh Kota Bogor agar bisa menandingi kota ramah keluarga seperti negera lain. Semoga! (*)