Senin, 22 Desember 2025

Riya dalam Berpuasa

- Selasa, 28 Mei 2019 | 23:47 WIB
DR. H. ADE SARMILI, M. SI
DR. H. ADE SARMILI, M. SI

BERPUASA adalah amalan-amalan yang ter­sembunyi, yang hanya diketahui orang yang menjalankan dan Allah SWT. Tidak seperti iba­dah-ibadah lahir yang lain, seperti salat, haji atau ibadah-ibadah lahir lainnya. Tetapi dalam hadis disebutkan bahwa seorang bisa mengaku dirinya sedang berpuasa jika ada seseorang yang mencela dan menga­jak dirinya untuk bertengkar.

Tetapi yang harus dihindari ada­lah ketika ingin mengatakan, “Saya sedang berpuasa.” Ulama fiqih mewanti-wanti agar ketika berkata demikian tidak disertai dengan rasa riya. Apalagi dalam kondisi yang lain, yang tidak membutuhkan seseorang untuk memberi tahu orang lain bahwa dirinya sedang berpuasa. ­

Karena itu, perlu dihindari riya saat akan mengatakan bahwa kita sedang berpuasa kepada orang lain. Menurut Al-Bujairi­mi dalam kitab Hasiyyatul Bu­jairimi alal Khatib, memang puasa adalah suatu ibadah yang jauh dan terhindar dari perbua­tan riya karena puasa adalah suatu ibadah yang tersembunyi. Tetapi, riya bisa saja terjadi bukan dalam amalan puasa, tetapi da­lam perkataan orang berpuasa yang mengatakan kepada orang lain bahwa dia sedang berpuasa.

Bahkan Rasulullah SAW ber­sabda dalam hadis yang diriway­atkan oleh Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Thabrani. Arti­nya, “Barang siapa yang ber­puasa namun ia riya, maka dia telah berbuat syirik.”

Hal ini sebagaimana yang kita ketahui bahwa puasa adalah mi­lik Allah dan Allah lah yang akan memberikan pahalanya. Maka puasa itu seharusnya hanya un­tuk Allah. Ketika riya dalam ber­puasa berarti seolah-olah puasa itu untuk manusia. Inilah yang disebut syirik dalam hadis ini. Untuk menghindari hal itu, ma­ka Syekh Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimya­thiy dalam Ianatut Thalibin mem­berikan saran agar tidak perlu berkata, “Saya sedang berpuasa,” jika ditakutkan ada sifat riya. Ka­rena yang paling penting adalah bukan berkata demikian, melai­nkan tujuan dari berkata demikian dalam hadis di atas adalah untuk menasihati (al-wa’du). Bahkan disunnahkan untuk tidak me­nampakkan bahwa dirinya sedang berpuasa. Karena itu, dalam ber­puasa kita seharusnya bisa men­ghindari sifat-sifat yang bisa menghilangkan pahala puasa seperti riya. Wallahu a‘lam. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X