Senin, 22 Desember 2025

Akhiri Kutukan

- Senin, 3 Juni 2019 | 13:16 WIB

METROPOLITAN - Liverpool tampil sebagai juara Liga Champions 2018/2019. Klub berjuluk The Reds itu akhirnya mengakhiri kutukan juara Eropa setelah menunggu 14 tahun lamanya. Final antara Tottenham vs Liverpool dige­lar di Stadion Wanda Metropolitano, Minggu 2/6) dini hari WIB. Mohamed Salah membuka keunggulan si Merah lewat gol penalti kilat di menit kedua. Kemudian pemain pengganti Divock Origi menghabisi perlawanan Spurs dengan golnya di menit-menit akhir. Hasil itu bak menebus kegagalan Liverpool di musim lalu saat di­kalahkan Real Madrid 1-3 dalam laga final di Kiev. ­

Pasukan Merseyside tersebut akhirnya meraih gelar juara Liga Champions pertamanya setelah terakhir kali memenanginya pada musim 2004/05 ketika menunduk­kan AC Milan lewat comeback sensasional yang diakhiri dengan adu penalti. Dengan gelar tersebut, Liverpool kini telah mengoleksi enam trofi juara Liga Champions. Liverpool menjadi pengumpul juara terbanyak ketiga di kom­petisi ini setelah Milan (7) dan Madrid (13).

"Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata," ucap bek kanan Liverpool Trent Alexander-Arnold usai pertandingan. "Mu­sim yang sudah kami jalani, kami pantas mendapatkannya lebih dari tim lain," imbuhnya.

Sementara itu tak hanya Liver­pool, suksestor The Reds, Jurgen Kloop, juga mengakhiri kutukan Final. Sebelumnya ia selalu kalah di final sejak 2014. Total sepanjang karier kepelatihannya, ia tujuh kali meloloskan klubnya ke final dan hanya sekali sukses mereng­kuh trofi, yakni di Piala Jerman 2012. Sisanya ia selalu gagal.

Yang paling menyakitkan ten­tu di ajang Liga Champions, dua kali pelatih asal Jerman ini ter­tunduk lesu. Pada 2013 saat membesut Borussia Dortmund, Klopp harus mengakui keung­gulan Bayern Munchen dengan skor 2-0. Musim lalu di Liverpool digasak Real Madrid 1-3. Jurgen Klopp dua kali merana bersama Liverpool di pentas Eropa. Musim 2016, The Reds kalah 1-3 melawan Sevilla. Sebelum laga puncak, Jurgen Klopp blak-blakan bi­cara soal kegagalannya berulang­kali di sebuah laga final. "Saya manusia normal, jadi jika aku duduk di ruangan dan berpikir ini semua tentang saya yang ga­gal, benar memang saya jadi penyebabnya. Jika saya melihat diri saya sebagai pecundang atau apa pun, maka kami (Liverpool) semua akan memiliki masalah, tetapi saya tidak melihatnya se­perti ini,” katanya. "Saya pikir mungkin ada saat-saat yang beruntung dan tidak beruntung dan di beberapa final saya adalah bagian dari kita tidak pernah berada di pihak yang beruntung, itu benar, tetapi saya tidak dapat mengubahnya," tambahnya.

Akhir pekan ini Jurgen Klopp berhasil merubah keberuntungan­nya. Liverpool jadi juara Liga Champions. Persembahan Klopp jadi yang ke-6 setelah musim 1976–1977, 1977–1978, 1980–1981, 1983–1984, 2004–2005. Yang spe­sial ini jadi gelar pertama bagi sang mentor sejak mendarat tiga musim lalu di Anfield. (det/bol/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X