METROPOLITAN - Liverpool tampil sebagai juara Liga Champions 2018/2019. Klub berjuluk The Reds itu akhirnya mengakhiri kutukan juara Eropa setelah menunggu 14 tahun lamanya. Final antara Tottenham vs Liverpool digelar di Stadion Wanda Metropolitano, Minggu 2/6) dini hari WIB. Mohamed Salah membuka keunggulan si Merah lewat gol penalti kilat di menit kedua. Kemudian pemain pengganti Divock Origi menghabisi perlawanan Spurs dengan golnya di menit-menit akhir. Hasil itu bak menebus kegagalan Liverpool di musim lalu saat dikalahkan Real Madrid 1-3 dalam laga final di Kiev.
Pasukan Merseyside tersebut akhirnya meraih gelar juara Liga Champions pertamanya setelah terakhir kali memenanginya pada musim 2004/05 ketika menundukkan AC Milan lewat comeback sensasional yang diakhiri dengan adu penalti. Dengan gelar tersebut, Liverpool kini telah mengoleksi enam trofi juara Liga Champions. Liverpool menjadi pengumpul juara terbanyak ketiga di kompetisi ini setelah Milan (7) dan Madrid (13).
"Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata," ucap bek kanan Liverpool Trent Alexander-Arnold usai pertandingan. "Musim yang sudah kami jalani, kami pantas mendapatkannya lebih dari tim lain," imbuhnya.
Sementara itu tak hanya Liverpool, suksestor The Reds, Jurgen Kloop, juga mengakhiri kutukan Final. Sebelumnya ia selalu kalah di final sejak 2014. Total sepanjang karier kepelatihannya, ia tujuh kali meloloskan klubnya ke final dan hanya sekali sukses merengkuh trofi, yakni di Piala Jerman 2012. Sisanya ia selalu gagal.
Yang paling menyakitkan tentu di ajang Liga Champions, dua kali pelatih asal Jerman ini tertunduk lesu. Pada 2013 saat membesut Borussia Dortmund, Klopp harus mengakui keunggulan Bayern Munchen dengan skor 2-0. Musim lalu di Liverpool digasak Real Madrid 1-3. Jurgen Klopp dua kali merana bersama Liverpool di pentas Eropa. Musim 2016, The Reds kalah 1-3 melawan Sevilla. Sebelum laga puncak, Jurgen Klopp blak-blakan bicara soal kegagalannya berulangkali di sebuah laga final. "Saya manusia normal, jadi jika aku duduk di ruangan dan berpikir ini semua tentang saya yang gagal, benar memang saya jadi penyebabnya. Jika saya melihat diri saya sebagai pecundang atau apa pun, maka kami (Liverpool) semua akan memiliki masalah, tetapi saya tidak melihatnya seperti ini,” katanya. "Saya pikir mungkin ada saat-saat yang beruntung dan tidak beruntung dan di beberapa final saya adalah bagian dari kita tidak pernah berada di pihak yang beruntung, itu benar, tetapi saya tidak dapat mengubahnya," tambahnya.
Akhir pekan ini Jurgen Klopp berhasil merubah keberuntungannya. Liverpool jadi juara Liga Champions. Persembahan Klopp jadi yang ke-6 setelah musim 1976–1977, 1977–1978, 1980–1981, 1983–1984, 2004–2005. Yang spesial ini jadi gelar pertama bagi sang mentor sejak mendarat tiga musim lalu di Anfield. (det/bol/rez/run)