Senin, 22 Desember 2025

Kemacetan Bawa Berkah untuk ‘Pak Ogah’

- Senin, 10 Juni 2019 | 12:07 WIB

METROPOLITAN - Kendati hari masih tera­mat pagi, tak sedikit kendaraan yang melintas di jalan alternatif Citeko-Cisarua. Ya, jalur ini memang menjadi rute primadona menuju kawasan wisata Puncak dan arah sebaliknya. Musababnya, jalan utama kerap mengalami macet parah hingga diberlaku­kannya one way atau sistem satu arah.

Saat-saat seperti Lebaran dan liburan, nyatanya jalur alternatif juga dipadati kendaraan hingga menyebabkan macet. Di momen seperti ini, sangat mudah men­jumpai sejumlah orang di ham­pir tiap simpangan mengatur lalu lintas. Orang tersebut buk­anlah petugas kepolisian, me­reka hanyalah warga biasa yang tetiba menjadi pengatur lalu lintas atau akrab disebut Pak Ogah.

Jalur alternatif Citeko-Cisarua memang terbilang panjang ka­rena mencapai sekitar 1 kilome­ter. Kondisi ini dimanfaatkan Pak Ogah untuk meraup pundi-pundi rupiah dengan mengatur kendaraan untuk mengurai ma­cet. “Ya terus pak, terus. Belok kanan. Mau ke arah mana? Belok kanan pak kalau ke arah Bogor,” ujar seorang pengatur lalu lintas, Ruslan, saat mengatur kendar­aan di pertigaan SS, Kampung Citeko, Kecamatan Cisarua, Ka­bupaten Bogor.

Sibuk bukan main Ruslan hari itu. Meski demikian, lelah yang dialami larut dengan canda-tawa bersama warga lain yang juga ikut mengatur lalu lintas secara bersama-sama.

Nyatanya, para Pak Ogah tak melulu bicara rupiah. Pada da­sarnya, mereka merasa senang lantaran dapat membantu men­gatur lalu lintas agar tak terjadi kemacetan yang mengular di jalur tersebut. Ruslan sendiri sudah saban tahun selalu turun ke jalan saat libur Lebaran.

Di sela-sela aktivitasnya men­gatur lalu lintas bersama para Pak Ogah lainnya, Ruslan sempat menceritakan awal mula turun ke jalan. Ternyata, kebiasaan ini sudah dilakoninya sejak 2012 lalu setelah putus sekolah. Men­urutnya, menjadi Pak Ogah bu­kan pekerjaan hina, melainkan mulia. Sama seperti pekerjaan lainnya. Hasilnya halal untuk dimakan karena tak memaksa ke pengendara.

“Ya daripada menyusahkan dan selalu meminta uang kepada orang tua, lebih baik terjun ke jalan seperti ini,” tutur lelaki ke­lahiran 1998 itu kepada Metro­politan, kemarin.

Bagi pria yang akrab disapa Uchan itu, Pak Ogah memiliki kontribusi karena memberikan jasa kepada pengendara yang melintas agar tak salah jalan atau mengatur agar tak terjadi kema­cetan yang mengular. “Kami ada sekitar 12 orang yang mengatur lalu lintas di daerah-daerah sini. Jadi dibagi tiga shift, setiap shift diisi empat orang,” terangnya.

Biasanya, dalam sehari Uchan memulai mengatur lalu lintas mulai pukul 07:00-17:00 WIB. Uang yang didapat pun berkisar Rp250.000 jika sedang ramai. Selanjutnya, uang yang terkum­pul dibagi rata kepada 12 Pak Ogah yang berjaga di pertigaan SS. “Selain bisa kasih orang tua, untuk tambah-tambahan biaya harian, Bang,” tutur Uchan.

Uchan mengatakan, Pak Ogah tak hanya ditemui di pertigaan SS. Hampir di tiap pertigaan ada Pak Ogah yang mengatur lalu lintas, mulai dari kawasan Ciawi, Cisarua hingga Puncak. Banya­knya Pak Ogah di jalur alternatif ditengarai karena banyaknya wisatawan yang berlibur menu­ju kawasan Puncak.

Bagi Uchan, menjadi Pak Ogah bukanlah pekerjaan satu-satunya. Uchan memiliki pekerjaan lain yaitu sebagai ojek dan juru par­kir. Dirinya juga menganggap menjadi Pak Ogah bukan hanya mencari uang, tetapi mencari pahala dengan membantu para pengendara. “Ya sederhana saja, Bang, nyari duit sekalian pahala. Masa jalan macet nggak ada yang ngurus,” ungkapnya.

Terpisah, salah seorang Pak Ogah lainnya, Heri (25), menga­ku rutinitasnya turun ke jalan dilakukan setiap tahun saat mu­sim libur Lebaran. Pria yang berjaga di pertigaan Citeko Pan­jang ini mengaku bisa menda­patkan uang hingga Rp120.000 setiap hari bersama Pak Ogah lainnya.

“Di sini kendaraan yang melin­tas cukup padat. Alhamdulillah hasilnya juga banyak. Cukup Bang untuk beli susu anak. Kalau saya turun pas libur saja paling, ka­rena sehari-hari jadi karyawan swasta juga,” ujar Heri.

Meski terlihat santai, dirinya mengaku mengatur lalu lintas bukan tanpa risiko. Kondisi jalan yang rusak menyebabkan debu-debu beterbangan hingga risiko lainnya. (yos/d/fin/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X