Senin, 22 Desember 2025

Tinggalkan Negeri Sakura demi Tanah Kelahiran

- Jumat, 21 Juni 2019 | 08:59 WIB
INSPIRATIF: Markus Seseray yang sukses sebagai wirausaha Papua.
INSPIRATIF: Markus Seseray yang sukses sebagai wirausaha Papua.

Keindahan dan pekerjaan yang menjanjikan tak membuat pria satu ini luluh menetap di Negeri Sakura. Kesempatan mengadu nasib di Jepang dijadikan pelajaran dan modal bagi Markus Seseray (47) untuk membangun tanah kelahirannya di Papua.

METROPOLITAN -  Perjalanan Markus dimulai pada 1996. Awalnya ia mengikuti program pertukaran pelajar Papua ke Jepang. Namun karena terkendala bahasa, Markus harus rela pulang ke kampung halamannya. Hal tersebut tidak membuat semangatnya padam. Ia kembali mencoba mengikuti pelatihan untuk dapat bekerja di Jepang. Usahanya membuahkan hasil. Ia berangkat ke Osaka untuk bekerja di perusahaan bidang bangunan.

Setelah menimba ilmu serta mendapatkan modal yang cukup, pada 2000, Markus memutuskan pulang ke tanah kelahirannya. Ia bertekad berkontribusi memajukan ekonomi Papua yang dicintainya. Saat kembali, tekadnya itu dimulai dengan membeli sebidang tanah di kawasan Jayapura, Papua. Dari situ, ia membangun usaha toko yang kini berkembang kian maju. “Saya beli tanah tahun 2000. Kemudian sekarang toko punya sendiri,” ucap pria kelahiran 13 Januari 1972 itu seraya menyebutkan, keputusan tersebut untuk merealisasikan janjinya membangun masyarakat sekitar. “Kalau berhasil di sana (Jepang, red), saya harus pulang buka lapangan kerja,” imbuhnya. Tanah yang ia beli dari hasil bekerja di Jepang menjadi modal Markus membangun usaha.

Setelah toko, ia juga mendirikan usaha olahraga biliar dan warung telekomunikasi (wartel). Saat itu, Markus membeli 16 meja biliar sekaligus. Namun usahanya memudar, khususnya wartel. Hal itu dikarenakan sudah adanya ponsel yang memudahkan komunikasi. Dengan berat hati, ia menutup usahanya tersebut. Tak mudah menyerah, Markus memutar otak untuk membangun usaha lainnya. Akhirnya ia membuka toko sembako dan fotokopi. Berjalannya waktu, usaha fotokopi pun tutup dan hanya menyisakan toko sembako yang bertahan sampai saat ini. Padahal sebelumnya, Markus khawatir dengan adanya pusat perbelanjaan yang saat itu baru dibangun di Jayapura, tepat di samping tokonya. Tetapi kekhawatirannya tak terbukti. Ia justru melihat peluang bisnis baru, yaitu jasa penitipan helm bagi para pengunjung mal. “Sejak mal buka lima tahun lalu, saya pikir penghasilan berkurang. Malah penghasilan saya bertambah.

Penitipan helm, satu helm biayanya Rp3.000, jadi tambahan pemasukannya lumayan,” katanya. Untuk memajukan usahanya, pada 2012, Markus menerima tawaran bergabung dengan Sampoerna Retail Community (SRC) yang merupakan program pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) binaan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna). Alhasil, berbagai pembenahan dilakukan terhadap tampilan tokonya demi kenyamanan konsumen dan pengembangan serta peningkatan omzet. Markus mengaku setelah bergabung dengan SRC, banyak manfaat yang telah ia rasakan. Salah satunya pendampingan untuk pembenahan. Sebagai contoh, rak kayu diganti rak besi dan tatanan yang lebih apik. Dalam perjalanannya bergabung dengan SRC, Markus mengaku jadi tahu seluk-beluk pengembangan usaha dan bisa melihat peluang ekspansi bisnis. Perubahan yang dilakukan juga berdampak pada kenyamanan konsumen dan peningkatan penjualan hingga berkali-kali lipat. (lip/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X