METROPOLITAN – Di balik mirisnya kondisi SDN Kertajaya 02, ternyata masih menyisakan persoalan lain. Dari 12 tenaga pengajar yang ada, hanya satu orang yang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sisanya masih berstatus tenaga honorer. Bukan hanya karena perbedaan status, tapi pemasukan dari hasil mengajar cukup berbeda. Para guru honorer hanya dibayar Rp500.000 per bulan. “Iya benar cuma segitu,” kata guru honorer SDN Kertajaya 02, Aceng Saprudin (28). Menurut Aceng, jumlah itu memang jauh dari kata cukup. Untuk itu, ia mencari pemasukan lain untuk menghidupi keluarganya, yakni dengan menjadi seorang ojek online (ojol). “Biasanya habis pulang ngajar ya ngojek. Pulang (narik) bisa sampai jam 10 malam. Besok paginya lanjut ngajar lagi,” tutur alumni SMA Rumpin 01 itu. Aceng menjelaskan, jumlah pemasukan dari hasil ojol memang lebih besar ketimbang menjadi guru honorer. Akan tetapi, ia tidak berani meninggalkan pekerjaannya sebagai guru lantaran ini amanat yang sudah disampaikan almarhum orang tuanya. “Dapat amanah dari orang tua. Almarhum (orang tuanya) juga salah satu perintis SDN Kertajaya 02. Saya bingung mau ninggalinnya juga,” jelasnya. Aceng hanya bisa berharap pemerintah bisa mengangkat ia dan rekan-rekan guru honorer di SDN Kertajaya 02 sebagai PNS. Sebab, ia sudah aktif mengajar sejak 2008. Saat ini ia mengajar untuk siswa kelas 6 yang berjumlah 30 orang. “Ya ngajar semua mata pelajaran. Harapan mah ingin menjadi PNS, karena saya sudah mengabdi 11 tahun di sini,” pintanya.(mul/c/rez/py)