METROPOLITAN - Raut wajah sedih terlihat jelas dari wajah Endang Supandi (52) dan Imas Masriah (40). Mereka berusaha tetap tegar saat jenazah buah hatinya akan diturunkan ke liang lahat di tempat pemakaman umum yang berlokasi tidak jauh dari rumah orang tuanya, kemarin siang.
Meski sudah ikhlas atas kepergian putri sulungnya, AUS (22), mereka tetap tak menyangka bahwa anaknya harus pergi selama-lamanya dengan kondisi yang tidak wajar.
Sejak Senin (22/7) malam, jenazah AUS sudah dibawa ke kediamannya di Jalan Profesor Mohamad Yamin, RT 02/9, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur. Sejak itulah tiap kenangan menjadi lebih sering terbesit dalam benak mereka.
Sebab, bagaimana mungkin anak yang dikenal saleha dan baik hati itu menjadi korban pelaku kejahatan. Jauh sebelum hari ini, AUS yang diketahui sangat menyukai anime Jepang itu dikenal sebagai anak yang pandai saat menempuh bangku pendidikan.
Mulai SD, dara kelahiran 3 Januari 1997 itu selalu berhasil meraih ranking satu dari kelas satu hingga kelas enam. Kepintarannya itu pun berlanjut saat AUS melanjutkan pendidikan di tingkat SMP. “Dia adalah anak yang giat dan berprestasi. Dari SD selalu ranking satu sampai kelas enam. Waktu SMP pernah ranking dua dan tiga, juga waktu SMA,” ujar Imas.
Prestasi semasa sekolah itulah yang mampu mengantarkannya untuk memuluskan cita-citanya mengambil kuliah di bidang agroteknologi. Lulus dari MAN Cianjur, AUS dengan mudah masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa proses tes atau melalui jalur undangan. ”Dia ambil jurusan pertanian, tapi lebih ke Teknologi Industri Benih (TIB). Itu sudah jadi pilihannya sejak kelas tiga di MAN Cianjur,” tuturnya mengingat-ingat masa itu.
Tak hanya pandai, almarhumah juga dikenal aktif di pengajian dan karang taruna tempat tinggalnya. ”Dia itu tidak pernah menyakiti orang tua. Tidak pernah melawan sama orang tua. Mudah-mudahan segala amal ibadah anak kami diterima oleh Allah,” tutur Imas diamini suaminya, Endang.
Rencana besar AUS memang sudah dinyatakan kepada kedua orang tuanya jauh-jauh hari. Setelah lulus kuliah D3 di IPB, AUS bekerja di PT Pou Yuen Indonesia (PYI). AUS kala itu sempat bertanya mengenai pekerjaannya di PYI jika hendak meneruskan pendidikannya. Namun ambisi anak pertama dari dua bersaudara itu sudah bulat meneruskan jenjang pendidikannya meski harus keluar dari pekerjaannya.
Imas menjelaskan, sebelum kejadian, anaknya berangkat ke Bogor kuliah ke IPB. Anaknya itu sangat menginginkan kuliah jurusan pertanian, walau sebelumnya disuruh mengambil jurusan keguruan.
AUS meminta izin ke Bogor hendak menyelesaikan persyaratan pendaftaran. ”Kalau nggak salah yang terakhir untuk menyelesaikan konversi nilai, ada diplomanya, ada transkrip nilai. Dia titipin sama temannya. Dia rencananya mau ngambil itu, sambil ketemuan sama teman-temannya,” timpal Endang Supandi.
Selepas D3, AUS berencana melanjutkan kuliah S1 di IPB dengan jurusan yang sama. ”Saya nggak nyangka. Kan dia sudah biasa pulang seperti itu, malam. Tiga tahun di Bogor seperti itu. Paling kalau kemalaman dia minta dijemput,” paparnya.
Teman-temannya sempat mengingatkan juga bahwa sudah malam karena sudah tida ada angkutan lagi ke Cianjur. ”Mending nginap saja lagi. Tapi dia bilang tetap akan pulang karena Senin-nya kerja. Jadi waktu mau pulang itu dianterin temannya yang dua tadi, orang Padang dan satu orang Papua. Dulu bareng kuliahnya, sahabatnya sejak lama,” ungkapnya.
AUS juga dikenal sebagai anak yang sayang terhadap keluarga. Sebelum pergi pada Sabtu (21/7), putri cantiknya itu sempat memasak makan siang berupa telur dadar dan sambal karena saat itu ibunya sedang ke Cibeber. (rc/mam/run)
7