METROPOLITAN - Mempekerjakan penyandang disabilitas menginspirasi sesama bahwa semua orang memiliki kesempatan sama untuk bekerja. Seperti yang dilakukan Dea Valencia, yang dikenal sebagai pengusaha muda, yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan karena mempekerjakan banyak penyandang disabilitas.
Dea merupakan pemilik brand Batik Kultur yang mengawali perjalanan bisnisnya dengan berdagang kain batik lawasan. ”Berawal dari satu orang penjahit di ujung lorong garasi rumah orang tua saya. Dan kain batik lawasan punya ibu saya. Selanjutnya karena kain kuno tidak bisa dijual sebagai kain, jadi ada beberapa yang kita bordir. Kita switch menjadi clothing line,” kata wanita 25 tahun itu.
Dea yang dibekali ilmu dalam berbisnis oleh orang tuanya itu pada akhirnya memantapkan diri untuk terjun di bisnis retail batik. Penyandang gelar sarjana komputer itu pertama kali meluncurkan Batik Kultur pada 2011. ”Nama Batik Kultur itu terinspirasi dari kultur Indonesia adalah batik. Maka dari situlah sebenarnya awal inspirasinya,” ujar Dea.
Dalam memproduksi batik, Dea dibantu 120 karyawannya yang terdiri dari berbagai bagian, yaitu penjahit, finishing, admin dan quality control. Ia juga melakukan kemitraan dengan 200 perajin batik dan tenun.
Menariknya dari total 120 karyawannya, 50% dari mereka adalah penyandang disabilitas. Dea mengaku tidak pernah secara khusus mencari atau merekrut penyandang disabilitas tersebut. ”Berjalan natural saja. Begitu ada yang melamar kerja dari disabilitas, saya rekrut. Lalu yang tadinya ada 15-20%, sekarang malah bertambah sebanyak 50% dari total karyawan saya adalah para penyandang disabilitas,” ungkap Dea.(dtk/mam/run)