METROPOLITAN - Buntut kericuhan yang terjadi antara warga dengan mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, berujung panjang. Gelombang protes disampaikan mahasiswa Papua di beberapa daerah. Di antaranya di Medan, Sumatera Utara, dan Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Seperti di Kota Medan, puluhan mahasiswa asal Papua yang kuliah di Kota Medan memprotes persekusi, intimidasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur. Mereka melakukan longmarch dari kampus Universitas Sumatera Utara (USU) menuju kantor DPRD Sumatera Utara, kemarin.
Dalam aksi protesnya, para mahasiswa mengenakan atribut bernuansa Bintang Kejora, seperti kaus, gelang dan tas. Bahkan di salah satu spanduk yang dibawa peserta aksi Ikatan Mahasiswa Papua (IPM) itu terpampang jelas lambang bendera Bintang Kejora.
Mereka juga menyanyikan penggalan lagu Papua Bukan Merah Putih di depan kantor DPRD Sumatera Utara. ”Papua bukan Merah Putih. Papua bukan Merah Putih. Papua Bintang Kejora. Baru-baru kau bilang Merah Putih,” urai puluhan mahasiswa menyanyikan penggalan lagu Papua Bukan Merah Putih.
”Kalian (Indonesia, red) menindas kami, bangsa Papua. Ini sebagai bentuk solidaritas terhadap saudara kami di Surabaya yang disebut ’monyet’,” kata koordinator aksi, Damiel Wandik, saat orasi di depan kantor DPRD Sumatera Utara. Di depan gedung DPRD Sumatera Utara, penjagaan diperketat. Petugas keamanan dan kepolisian sudah bersiaga. Pintu gerbang utama gedung dewan juga sudah ditutup rapat.
Aksi serupa juga terjadi di Bandung, Jawa Barat. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua (Imasepa) menggelar unjuk rasa damai di Gedung Sate, Kota Bandung, kemarin. Mereka menggelar aksi mengecam diskriminasi rasial yang menimpa mahasiswa asal Papua di Malang dan penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya, pekan lalu.
Unjuk rasa tersebut digelar pukul 14:00 WIB. Tampak para demonstran dikawal ketat aparat kepolisian. Mahasiswa meneriakkan yel-yel sambil membentangkan poster berisi tuntutan mereka. Menurut koordinator Imasepa Bandung, Jawa Barat, Wek Kosay, aksi unjuk rasa itu dilakukan untuk mengecam dan menyatakan sikap atas kejadian yang menimpa rekan mereka di Malang dan Surabaya.
”Kami mengecam keras tindakan represif yang dilakukan pihak kepolisian terhadap demonstran. Kami menganggap kepolisian Malang dan Surabaya gagal dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan, yakni Peraturan Kapolri No 16 Tahun 2016,” kata Wek Kosay membacakan tuntutan Imasepa.
Dalam kesempatan itu, Imasepa juga menuntut Kapolda Jawa Timur meminta maaf kepada mahasiswa Papua yang menjadi korban. ”Wali kota Malang segera cabut dan meminta maaf atas pernyataan sikap berupa wacana pemulangan mahasiswa Papua studi di Malang,” ujarnya.
Selain itu, massa aksi juga mendesak aksi rasialisme dan represif terhadap mahasiswa Papua segera diakhiri. Sekaligus mendesak kepolisian mengungkap pelaku kekerasan di Surabaya. Diketahui sebelumnya, sejumlah ormas mendatangi asrama mahasiswa Papua yang berada di Kota Surabaya, Jawa Timur. Mereka berusaha masuk ke asrama namun dicegah aparat keamanan yang berjaga di pagar asrama.
Pemicunya diduga karena mahasiswa Papua enggan mengibarkan bendera Merah Putih di halaman asrama. Massa ormas kemudian melempari asrama mahasiswa dengan batu sembari mengeluarkan kalimat bernada rasis terhadap mahasiswa Papua yang berada di asrama tersebut. Atas insiden itu, protes terjadi di sejumlah wilayah, salah satunya di Kota Medan. (cnn/rez/run)