Senin, 22 Desember 2025

Perempuan Pertama Tancapkan Merah Putih di Puncak Everest

- Kamis, 22 Agustus 2019 | 10:30 WIB
LUAR BIASA: Naila Novaranti saat didaulat sebagai ikon Pancasila oleh BPIP, beberapa waktu lalu.
LUAR BIASA: Naila Novaranti saat didaulat sebagai ikon Pancasila oleh BPIP, beberapa waktu lalu.

METROPOLITAN - Sosok perempuan satu ini tergolong luar biasa. Di balik sikap lemah gemulainya, siapa yang menduga pemilik nama lengkap Naila Novaranti itu merupakan atlet olahraga ekstrem, sekaligus pelatih skydiving di 46 negara.

Tak heran Badan Pembinaan Ide­ologi Pancasila (BPIP) mendaulat ibu dari tiga anak itu sebagai ikon Pan­casila. Penyematan ikon Pancasila pada Naila Novaranti itu dilakukan langsung Ketua Plt BPIP Hariyono bersama 74 orang lainnya.

Naila Novaranti terpilih sebagai ikon Pancasila dikarenakan sederet pre­stasi skydiving yang dijalaninya. Prestasi yang terakhir, Naila berhasil menancapkan bendera Merah Putih di puncak gu­nung tertinggi di dunia, Mount Everes. Kala itu, Naila satu-satunya perempuan asal Indonesia yang berhasil sampai di puncak Mount Everest bersama tiga orang lainnya dari luar negeri.

Padahal, Naila sudah diprediksi tak akan sampai ke puncak gunung. ”Waktu itu banyak sekali omongan dituju­kan pada saya, kalau saya tidak akan mungkin bisa sampai ke puncak. Banyak yang bilang, saya akan mati sebelum sam­pai ke puncak,” kata Naila.

Naila menerangkan, meski medan yang dilalui cukup ter­jal dan membahayakan jiwanya, akhirnya berhasil sampai pun­cak Mount Everest. Rencannya pada Desember 2019, Naila siap menaklukkan benua ke tujuh atau benua terakhir, yaitu Benua Antartika. ­

Bila hal tersebut berhasil dilakukan Naila, maka ia ada­lah penerjun payung perem­puan dan orang Indonesia pertama yang bisa menakluk­kan tujuh benua di dunia. ”Minta doanya ya, tahun depan saya akan kembali melakukan skydiving ke Benua Antartika,” ujar Naila.

Naila mengaku su­dah delapan tahun berselen­car di udara dengan keahlian skydiving yang diperolehnya dengan menempuh pendidi­kan United States Parasut As­sociation (USPA) Amerika Serikat. ”Awalnya tertarik sky­diving karena saya pernah bekerja di perusahaan parasut di Amerika. Dan saya pahami betul seluk-beluk masalah parasut,” bebernya.

Saat menjalani olahraga ekst­rem ini, bukan tanpa risiko. Naila mengaku mengalami luka, bahkan nyaris kehilangan nyawa. Namun hal itu tidak menyurutkan keinginannya tetap menjalani profesinya se­bagai atlet skydiving interna­sional.

”Mulai dari patah tulang di bagian tangan dan kaki, bermasalah dengan tulang ekor. Bahkan pernah parasut saya tak bisa dibuka, padahal sudah dekat dengan darat,” imbuh Naila.

Naila mengaku kaget saat pihak BPIP menyebut dirinya sebagai salah satu penerima ikon Pancasila. Naila mengaku ada tugas berat yang disandang­nya setelah dirinya didaulat sebagai salah satu duta Panca­sila. ”Saya akan bawa dan jaga nama Pancasila dan Indonesia di mancanegara,” tutupnya. (okz/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X