METROPOLITAN - Sosok perempuan satu ini tergolong luar biasa. Di balik sikap lemah gemulainya, siapa yang menduga pemilik nama lengkap Naila Novaranti itu merupakan atlet olahraga ekstrem, sekaligus pelatih skydiving di 46 negara.
Tak heran Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mendaulat ibu dari tiga anak itu sebagai ikon Pancasila. Penyematan ikon Pancasila pada Naila Novaranti itu dilakukan langsung Ketua Plt BPIP Hariyono bersama 74 orang lainnya.
Naila Novaranti terpilih sebagai ikon Pancasila dikarenakan sederet prestasi skydiving yang dijalaninya. Prestasi yang terakhir, Naila berhasil menancapkan bendera Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everes. Kala itu, Naila satu-satunya perempuan asal Indonesia yang berhasil sampai di puncak Mount Everest bersama tiga orang lainnya dari luar negeri.
Padahal, Naila sudah diprediksi tak akan sampai ke puncak gunung. ”Waktu itu banyak sekali omongan ditujukan pada saya, kalau saya tidak akan mungkin bisa sampai ke puncak. Banyak yang bilang, saya akan mati sebelum sampai ke puncak,” kata Naila.
Naila menerangkan, meski medan yang dilalui cukup terjal dan membahayakan jiwanya, akhirnya berhasil sampai puncak Mount Everest. Rencannya pada Desember 2019, Naila siap menaklukkan benua ke tujuh atau benua terakhir, yaitu Benua Antartika.
Bila hal tersebut berhasil dilakukan Naila, maka ia adalah penerjun payung perempuan dan orang Indonesia pertama yang bisa menaklukkan tujuh benua di dunia. ”Minta doanya ya, tahun depan saya akan kembali melakukan skydiving ke Benua Antartika,” ujar Naila.
Naila mengaku sudah delapan tahun berselencar di udara dengan keahlian skydiving yang diperolehnya dengan menempuh pendidikan United States Parasut Association (USPA) Amerika Serikat. ”Awalnya tertarik skydiving karena saya pernah bekerja di perusahaan parasut di Amerika. Dan saya pahami betul seluk-beluk masalah parasut,” bebernya.
Saat menjalani olahraga ekstrem ini, bukan tanpa risiko. Naila mengaku mengalami luka, bahkan nyaris kehilangan nyawa. Namun hal itu tidak menyurutkan keinginannya tetap menjalani profesinya sebagai atlet skydiving internasional.
”Mulai dari patah tulang di bagian tangan dan kaki, bermasalah dengan tulang ekor. Bahkan pernah parasut saya tak bisa dibuka, padahal sudah dekat dengan darat,” imbuh Naila.
Naila mengaku kaget saat pihak BPIP menyebut dirinya sebagai salah satu penerima ikon Pancasila. Naila mengaku ada tugas berat yang disandangnya setelah dirinya didaulat sebagai salah satu duta Pancasila. ”Saya akan bawa dan jaga nama Pancasila dan Indonesia di mancanegara,” tutupnya. (okz/rez/run)