Minggu, 21 Desember 2025

Telantar! Imigran Bogor Geruduk Penampungan UNHCR

- Senin, 2 September 2019 | 09:57 WIB
MENYUSUL: Para pencari suaka asal Puncak, Bogor, mendatangi penampungan di gedung eks Kodim Kalideres, Jakarta Barat, setelah teman-temannya diberangkatkan ke negara tujuan.
MENYUSUL: Para pencari suaka asal Puncak, Bogor, mendatangi penampungan di gedung eks Kodim Kalideres, Jakarta Barat, setelah teman-temannya diberangkatkan ke negara tujuan.

METROPOLITAN - Meski Pemerintah DKI Jakarta telah menghentikan bantuan kepada ratusan pencari suaka di gedung eks Komando Distrik Militer (Kodim) Kalideres, Jakarta Barat, para pencari suaka baru dari Puncak, Bogor, malah berdatangan lantaran mendengar kabar bahwa teman-temannya telah diberangkatkan ke negara tujuan.

Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jakarta yang berjaga di gedung eks Kodim, Iwan, membenarkan bahwa pencari suaka tambahan ter­sebut kebanyakan datang dari Puncak. “Pada datang dari Puncak, mungkin dikabari sama teman-temannya di sini,” kata Iwan di depan gedung eks Kodim, Minggu (1/9).

Jumlah pencari suaka sem­pat berkurang dari 1.200 men­jadi 500 orang setelah dipin­dahkan pada Jumat dan Sa­btu (30-31/8). Namun, saat ini jumlah pengungsi diper­kirakan mencapai 700 orang lebih. Artinya, jumlah pen­cari suaka yang baru seba­nyak 200 orang. Selain orang baru, banyak juga pengungsi yang kembali setelah menda­pat bantuan dari badan PBB untuk pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

Meski sudah tak dialiri list­rik lantaran genset telah di­tarik, gedung eks Kodim ma­sih ramai oleh pengungsi. Tenda-tenda tempat mereka tidur masih berdiri di dalam bangunan maupun di trotoar depan gedung tersebut.

Anak-anak tampak bermain dengan membakar kertas dan dijadikan obor-obor kecil. Di dalam gedung, penerangan para pencari suaka hanya dibantu dengan lilin. Suasana di dalam gedung terasa panas dan pengap. Tak jarang ny­amuk-nyamuk datang meng­gigit. Para pencari suaka pun mengolesi badan mereka dengan obat antinyamuk atau melindungi badan mereka dengan kelambu.

Ada sejumlah kipas angin besar dan kecil, namun ka­rena tak ada listrik, kipas itu tidak ada yang menyala. Para pencari suaka banyak yang memilih beraktivitas di luar agar tidak kegerahan.

Lima toilet serta satu truk tangki air bersih bantuan dari Pemda DKI yang biasanya berada di belakang gedung pun telah tiada. Hanya terlihat empat unit toilet bantuan dari UNHCR, namun tak bisa digunakan. Meski begitu, bantuan bagi para pengung­si masih berdatangan. Sejak siang tadi, setidaknya ada dua gelombang kiriman nasi kotak ke gedung eks Kodim untuk pencari suaka.

Iwan mengaku saat ini pi­haknya menunggu arahan dari pemerintah lantaran masih banyak pengungsi yang bertahan. “Kami menunggu arahan saja,” tuturnya.

Sebelumnya, Pemerintah DKI telah menetapkan teng­gat penampungan di eks ge­dung Kodim itu per Sabtu (31/8). Sebanyak 400-an orang telah dipindahkan oleh UNH­CR sejak Kamis lalu. Mereka dibekali uang Rp1,0-1,6 juta per orang atau keluarga se­belum ’dilepas’ begitu saja.

Sebagian sisanya masih ber­tahan sehingga pemerintah pusat memutuskan menunda pengosongan hingga Senin (2/8). Di antara yang masih bertahan itu ada yang mengan­cam kembali ke trotoar di depan kantor perwakilan UNHCR di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, lokasi mereka semula sebelum dipindahkan Pemerintah DKI ke gedung tersebut.

Sementara salah seorang pencari suaka, Muhammad Sadiq (25), asal Afganistan, mengatakan bahwa listrik sudah tidak menyala sejak Sabtu (31/8). Saat malam hari, suasana menjadi gelap dan membuat Sadiq tak bisa mengenali rekannya yang lain. ”Iya betul, ini kami nggak ada listrik sama sekali. Gelap se­mua. Ya nggak ada aktivitas kalau malam. Lihat orang saja nggak bisa tahu siapa gitu, karena gelap banget. Gedung itu, ini semua gelap. Panas, banyak nyamuk, gelap,” jelas Sadiq.

Tak hanya listrik, pasokan air bersih pun sudah tidak didapatkan pencari suaka. Namun, mereka masih menda­patkan jatah makanan dua kali sehari. ”(Air, red) sama, nggak ada. (Toilet, red) kita pergi di luar, cari kamar man­di umum. Lumayan jauh,” ucapnya.

Sadiq mengatakan bahwa para pencari suaka akan kem­bali ke trotoar di depan kan­tor UNHCR di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Ia berharap pihak UNHCR mengerti kon­disi para pencari suaka. ”Ka­lau mereka (UNHCR, red) ngerti perasaan manusia ya ini lihat sendiri. Pasti mereka ngerti kalau mereka mau ng­erti. Kalau mereka masih pu­nya hati, mereka ngerti gi­mana situasi di sini,” tutur Sadiq.

Terpisah, Kepala Perwakilan UNHCR Indonesia, Thomas Vargas, mengaku tak dapat berbuat banyak terkait lokasi baru untuk para pencari sua­ka. UNHCR menyerahkan keputusan kepada para pen­cari suaka untuk mencari tempat tinggal sendiri setelah penampungan Kalideres dit­utup. ”Kami hanya memberi bantuan sebatas untuk berta­han hidup dan membangun proyek agar mereka bisa hidup secara mandiri,” pungkas Tho­mas. (tem/dtk/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X