METROPOLITAN - Meski baru mengikuti dua kali, Tim Olimpiade Ekonomi Indonesia berhasil meraih satu medali emas, tiga perak dan satu perunggu dalam kompetisi bergengsi dunia, International Economics Olympiad (IEO), yang diselenggarakan di Saint Petersburg, Rusia.
Direktur Pembinaan SMA, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI, Purwanto Sutanto, mengaku berkat perolehan medali itu Indonesia berada di posisi keempat dari 24 negara peserta. Jumlah peserta secara keseluruhan sebanyak 133 siswa. “Kami ingin peserta didik Indonesia tak hanya berjaya pada bidang eksakta, tetapi juga bidang lainnya seperti ekonomi,” katanya.
Purwanto menambahkan, keberhasilan peserta didik Indonesia di Rusia merupakan kado terindah menyambut momen peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Ia berharap prestasi mereka membawa dampak pada peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Kelima siswa berprestasi itu adalah Owen Lim dari SMAK Penabur Gading Serpong (medali emas), Muhammad Ghithrif Gustomo Putra dari SMA Nasima Semarang (medali perak), Hanan Tsabitah dari SMAN 2 Depok (medali perak), Gabriella Caryn Nanda dari SMAN 68 Jakarta (medali perak) dan Rayhan Ali Rachman dari MAN Insan Cendekia Serpong (medali perunggu).
Muhammad Ghitrif Gustomo Putro menuturkan, kompetisi yang digelar di National Research University Higher School of Economics Rusia itu menyajikan 20 soal pilihan ganda dan lima soal studi kasus. Tahap selanjutnya berupa penilaian individual, yaitu financial literacy yang diselesaikan lewat permainan (game, red) dalam empat ronde.
“Ronde pertama adalah menyelesaikan game di komputer untuk materifinancial literacy selama 150 menit. Di ronde kedua ada lima soal essay, siswa boleh memilih empat soal saja. Selan itu ada 20 soal pilihan ganda dengan tingkat kesulitan yang tinggi,” ujarnya.
Ia menambahkan, ronde ketiga menyiapkan bahan presentasi dengan melakukan analisis data dan menuangkan dalam bentuk presentasi Power Point tentang transportasi masa depan di Rusia. Ronde keempat presentasi selama sepuluh menit dan tanya jawab sepuluh menit dalam bentuk panel. “Pada sesi ini Indonesia mendapat peringkat dua setelah Brasil dalam satu kelompok. Untuk soal essay, siswa Indonesia dapat nilai di kisaran 75 sampai 145. Nilai kami mampu bersaing,” tuturnya.
Sementara itu, Owen Lim mengakui tantangan terberat saat ronde ketiga pada kasus bisnis. Kasus itu harus diselesaikan dalam 12 jam, lalu dipresentasikan di depan juri dari masing-masing negara peserta. “Supaya bisa menang, kita harus tahu keinginan dari para juri. Dengan demikian, kasus diselesaikan dengan menggunakan teori-teori ekonomi yang sesuai,” kata Owen seraya menambahkan bahwa Indonesia berada di posisi teratas di antara negara-negara di Asia Tenggara.
“Syukur pada Allah SWT atas prestasi ini. Terima kasih kepada kedua orang tua, para guru, karyawan dan teman-teman di SMA Nasima, serta seluruh rakyat Indonesia atas doa dan dukungannya. Prestasi ini kami persembahkan untuk kedua orang tua, sekolah Nasima dan Indonesia tercinta,” kata Ghitrif yang juga lulus dengan nilai tertinggi dari SMA Nasima 2019 ini. (sm/mam/run)