METROPOLITAN - Kekecewaan suporter atas kekalahan Tim Nasional (Timnas) Indonesia berujung ricuh. Tak hanya menghentikan pertandingan selama sepuluh menit, oknum suporter juga melempari petugas di luar Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Tiga suporter Malaysia pun dikabarkan luka-luka hingga patah tulang akibat insiden tersebut.
Kericuhan terjadi dalam laga Indonesia melawan Malaysia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia di Stadion Utama GBK, Jakarta, Kamis (5/9) malam. Pada menit 72, saat kedudukan Indonesia kontra Malaysia sama kuat 2-2, tiba-tiba pelemparan dilakukan oknum suporter tribun atas ke arah tribun suporter Malaysia.
Sesaat kemudian, suporter di tribun selatan masuk area pinggir lapangan dan berusaha menyerang ke tribun suporter Malaysia. Pihak keamanan pun sempat keteteran saat suporter masuk, hingga personel keamanan bantuan dikerahkan. Akibat kejadian itu, laga sempat terhenti sekitar sepuluh menit. Setelah sebuah bom asap membuat suasana makin panas, pihak keamanan bertindak tegas dan suasana kembali kondusif.
Kekecewaan suporter timnas bertambah saat harus menerima kenyataan Indonesia kalah dengan 3-2 di kandang sendiri. Usai pertandingan, segerombolan suporter terlihat melempari para petugas yang berjaga di lokasi dengan botol plastik dan batu.
Aksi pelemparan itu terjadi di dekat pintu masuk VIP l. Untuk membubarkan suporter yang tersulut emosi, petugas terpaksa menembakkan gas air mata. Polisi juga sambil berjaga dengan menggunakan perisai di dalam pagar terdekat dengan stadion.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan pun memberi imbauan kepada para suporter untuk segera membubarkan diri. ”Kalau kalian (suporter, red) rusuh, nanti kami dari polisi tidak kasih izin lagi,” tegas Harry. ”Saya ingatkan tidak usah merusuh. Rekan-rekan dari polisi bertahan, bertahan,” sambungnya.
Pendukung timnas asal Pondokkacang, Tangerang, Eko Supriyono, tak bisa menyembunyikan kesedihannya usai timnas dikalahkan Malaysia. Menurutnya, kekalahan skuat Garuda tak lepas dari pengaruh besar buruknya kepengurusan di federasi sepak bola Indonesia, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
”Jujur, kalau dibilang kecewa pasti kecewa banget. Kekalahan ini bisa menjadi teguran keras buat PSSI, dari dulu kita memang selalu bermasalah dari manajemen PSSI,” ucap Eko. ”Malam ini jujur saya kecewa dari segala aspek, kekalahan pemain, oknum suporter yang bisa merugikan kita ke depannya,” tambahnya.
Eko menilai harusnya suporter Indonesia bisa lebih dewasa memberikan contoh kepada suporter tim lawan. ”Memang selama ini ultras kita bisa dibilang tidak pernah akur. Tapi seharusnya kita harus bisa memberikan contoh lebih baik lagi. Jadi tuan rumah lebih baik dari segala hal,” papar Eko.