METROPOLITAN - Meski sempat menuai polemik penolakan, nyatanya wacana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mendatangkan moda transportasi trem terus berjalan. Pemkot kini menggandeng konsultan asal Prancis demi mematangkan kajian moda transportasi berbasis rel.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, kerja sama itu akan menentukan langkah-langkah dalam mengoperasikan trem terkait jalur, kelaikan jalan, kapasitas jalan, daya angkut, lebar dan panjang rel hingga biaya yang dibutuhkan. Setelah rampung, pemkot juga ‘merayu’ Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk menyiapkan pendanaan dengan berbagai skema. “Bisa pinjam bantuan pemerintah. Jadi ketika ini selesai, bisa lanjut ke pembangunan. Trem rencananya dihibahkan dari Belanda 24 unit,” ujarnya kepada Metropolitan.
Karena itu, jelasnya, kajian menjadi penting karena akan menentukan nasib layak atau tidaknya trem di Kota Bogor. Tak menutup kemungkinan jika kajian memungkinkan, tidak saja hibah dari Belanda, tetapi trem baru dari negara lain. “Ini masih terbuka. Kajian ini bukan karena kita mau dikasih 24 trem, ini kajian serius moda transportasi kota,” papar Bima.
Ia pun mengaku belum bisa menjawab secara teknis karena menunggu kajian yang baru akan dimulai. Yang pasti ini juga diperlukan untuk LRT yang akan masuk Kota Bogor, paling lambat dua tahun, lalu ke Terminal Baranangsiang. Saat itu, setiap lima menit, ribuan orang akan menyemut di sana sehingga harus dipikirkan feeder-nya.
“Kalau masih pakai mobil-motor pribadi, ya macet total. Makanya perlu feeder sistem. Pos anggaran nggak mungkin APBD. Kajian juga nggak ada, tapi dari BPTJ. Jumlah anggaran, nanti kita tahu setelah hasil kajian keluar,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kepala Manajer Colas Group Perwakilan Asia-Pasifik Jerome Bellemin mengaku tertarik menggarap transportasi massal dan mencari solusi yang tepat. Belum lagi ia juga memiliki teknisi lokal, sehingga pembangunan trem tersebut bisa yang pertama di Indonesia.
”Bagi kami, ini yang pertama. Tapi bukan yang pertama untuk proyek transportasi Indonesia karena kami juga terlibat dalam pembangunan LRT di Jabodetabek,” tandasnya.
Beberapa waktu lalu, Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor menolak dengan tegas wacana Pemkot Bogor ingin menerapkan kebijakan pengadaan trem yang rencananya bantuan hibah dari Belanda.
Keberadaan trem diyakini hanya akan menambah masalah di jalanan kota yang ’cuma segitu-gitunya’. Belum lagi ’trayek’ jalan trem yang bersinggungan dengan banyak trayek angkot yang juga lewat jalanan yang sama. Sehingga ada kekhawatiran nantinya trem bisa membunuh perlahan pengusaha angkot.
”Rencana pengadaan trem itu nggak melihat kondisi eksisting jalanan Kota Bogor lho. Apalagi rencananya ngaspal di sekitaran Kebun Raya Bogor. Sedangkan kapasitas jalan ’cuma segitu-gitunya’, nggak ada penambahan. Sekarang saja macet, apalagi kalau ada trem,” kata Ketua DPC Organda Kota Bogor Moch Ischak. (ryn/c/mam/run)