Senin, 22 Desember 2025

Sopir Ojol Bangun Yayasan Pendidikan

- Sabtu, 14 September 2019 | 09:02 WIB
BANGGA: Sopir ojek online membangun yayasan pendidikan Sinar Pelangi untuk anak-anak kurang mampu.
BANGGA: Sopir ojek online membangun yayasan pendidikan Sinar Pelangi untuk anak-anak kurang mampu.

METROPOLITAN - Kata orang, kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Pepatah itu tampaknya sangat tepat untuk salah seorang driver ojol, Joko Kristianto. Ia berhasil mendirikan sebuah yayasan pendidikan. Melalui usaha yang kuat serta dorongan dari teman temannya, akhirnya niat baik itu bisa terwujud.

Awalnya niat Joko ingin mempunyai sebuah yayasan itu sudah tertanam sejak 2006. Berawal dari pengalaman pribadi karena keluarganya berada pada tingkat ekonomi rendah, sehingga dirinya harus bekerja terlebih dahulu untuk memenuhi biaya pendidikannya.

Dirinya tidak mau anak-anak sekarang seperti dirinya. Joko ingin anak-anak di lingkungannya bisa mengenal pendidikan karena anak-anak di sana rata rata tidak bersekolah dan berprofesi sebagai pemulung, pengamen maupun pengemis.

Beruntungnya, niat baik driver ojol itu dipermudah pemerintah setempat. Pemerintah setempat juga memberikan bantuan dana untuk upah para tenaga pengajar. Usahanya mendirikan Sinar Pelangi bukanlah perkara mudah. Sebab, yayasan itu sempat vakum dua bulan karena desa setempat diterjang banjir yang mengakibatkan bangunan rusak.

Yayasan yang diberi nama Sinar Pelangi itu berawal dari ide Joko. Sinar Pelangi memiliki makna tersendiri. Suatu ketika atap yayasan tersebut bocor sehingga hujan masuk ke ruangan. Setelah hujan reda, dirinya melihat pelangi yang bersinar begitu indah. Pelangi yang mempunyai tujuh warna diambilnya untuk melambangkan bahwa anak anak didik di Sinar Pelangi dari latar belakang suku dan agama yang berbeda, sehingga di yayasannya tidak ada yang namanya perbedaan.

Tenaga pengajar di yayasan Sinar Pelangi dilakukan teman teman driver ojolnya sendiri. Yayasan Sinar Pelangi juga pada awalnya menerima sumbangan buku untuk modal belajar anak-anak PAUD. PAUD itu pada dasarnya tidak dipungut biaya apa pun. Namun inisiatif para orang tua untuk mengumpulkan uang Rp5.000 sebagai biaya bulanan. Namun Joko tidak ingin ada pungutan sepeser pun karena dirinya khawatir ketika orang tua mereka sedang tidak punya uang, anak-anak jadi enggan bersekolah lagi.

Selain PAUD, Joko mulai melebarkan sayapnya ke bidang outbond dan pariwisata. Kegiatan outbond dan pariwisata diakuinya untuk menambah profit sehingga anak-anak tetap bisa belajar secara sukarela dan kegiatan yayasan juga tetap berjalan dengan baik. Seiring berkembangnya taraf ekonomi di Surakarta, sayangnya PAUD ini tidak dapat beroperasi lagi karena di sana sudah dibangun PAUD negeri oleh pemerintah setempat.

Namun, Joko mengaku bangga dengan keadaan peningkatan ekonomi di desanya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, ia tak lagi menemukan anak-anak di bawah umur yang putus sekolah. ”Sudah mulai hilang kebiasaan negatif masyarakat yang suka nyuruh anaknya mulung, ngamen, sekarang semua anak-anak sudah mulai sekolah,” terang Joko.

Saat ini Sinar Pelangi bergerak sebagai platform pariwisata dan outbond. Karena keadaan ekonomi setempat sudah mulai meningkat, Joko mengakui bisnisnya ini berjalan sesuai pangsa pasar. Dirinya berprinsip bahwa pendidikan orang tua harus tinggi, karena ia meyakini bahwa anak-anak baik lahir dari orang tua yang baik. (okz/ mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X