METROPOLITAN - Aksi demonstrasi mahasiswa di Jakarta pada Selasa (24/9) memberi dampak positif kepada jumlah penumpang Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta. PT MRT Jakarta mencatat jumlah penumpang pada Selasa kemarin mencapai 113 ribu orang. ”Angka ridership ini sangat tinggi dibandingkan angka ridership sebelumnya,” kata Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin. Melonjaknya jumlah penumpang MRT diduga lantaran moda ini diandalkan untuk mobilitas menembus kemacetan. Diketahui, pada Selasa kemarin koridor Sudirman-Thamrin cukup padat dan tersendat lantaran adanya aksi demonstrasi dan longmarch mahasiswa. ”Berdasarkan observasi kami, penumpang MRT kemarin terdiri dari para mahasiswa, pelajar, para pekerja, ibu rumah tangga dan keluarga yang memilih MRT Jakarta sebagai moda untuk menembus kemacetan,” kata Kamaluddin. Untuk diketahui, dalam kurun waktu empat bulan sejak awal beroperasi hingga 24 Juli 2019, MRT Jakarta mencatatkan jumlah penumpang sebanyak 81.388 orang per hari. Pada Juli 2019, penumpang per hari Ratangga mencapai angka rata-rata tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Selama 1-24 Juli 2019, rata-rata jumlah penumpang MRT Jakarta mencapai 94.824 orang per hari atau naik 15% dari rata-rata jumlah penumpang pada bulan sebelumnya. MRT Jakarta sendiri menargetkan jumlah pengguna dapat mencapai 100 ribu orang per hari sampai akhir tahun nanti. Beberapa program tengah digalakkan demi meningkatkan jumlah penumpang, di antaranya program retensi (benefit diskon dari mitra MRT) dan program akuisisi (untuk penumpang non reguler). Meningkatnya penumpang MRT juga diperngaruhi program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memperluas aturan ganjil-genap di 25 jalan terhadap kendaraan roda empat. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, sejak diberlakukannya perluasan tersebut, penumpang MRT meningkat penumpang MRT bertambah menjadi 87.000 orang dari angka rata-rata penumpang di hari Senin hanya 70.000-80.000 orang. ”Dibanding minggu lalu ada (peningkatan, red). Jadi kita akan lihat berapa angka kita hari Senin kemarin 87.000 penumpang. Biasanya di hari Senin sekitar 70.000-80.000,” kata William. Ia menjelaskan ada tambahan sekitar 5.000-6.000 penumpang di hari pertama perluasan ganjil-genap ke 25 ruas kemarin. Namun, pihaknya belum bisa memberikan evaluasi secara keseluruhan karena perluasan ini baru berlaku satu hari. ”Ada sekitar 5.000-6.000 penumpang naik kemarin. Tapi itu baru hari pertama, jadi belum bisa kita gunakan sebagai angka evaluasi menyeluruh,” ujarnya. Ia mengaku pihaknya akan melakukan evaluasi jumlah penumpang satu minggu hingga satu bulan ke depan. Namun, perluasan ganjil-genap ini memberikan peningkatan penumpang MRT yang cukup signifikan. ”Saya harus lihat satu minggu ke depan seperti apa, satu bulan ke depan seperti apa. Dampak dari ganjil-genap itu cukup signifikan. Dan memang kita ingin ajak masyarakat untuk daripada bermacet-macet di wilayah yang tidak ganjil-genap. Naik MRT sepanjang Lebak Bulus-Bundaran HI paling aman dan enak, 30 menit sampai,” terang William. Untuk mengantisipasi penambahan penumpang lagi, lanjut William, pihaknya akan mendorong perkembangan integrasi MRT dengan moda transportasi lain. ”Yang kita sedang dorong benar-benar itu adalah integrasi,” tuturnya. Namun untuk antisipasi penambahan rangkaian kereta, pihaknya akan lakukan ketika angka penumpang sudah menembus 170.000 per hari. Ia memprediksi angka tersebut baru akan tercapai dua sampai tiga tahun ke depan. ”Iya, kita baru bisa bicara rangkaian kalau dia sudah di angka 170.000 (penumpang, red) ya. Itu mungkin dua sampai tiga tahun dari sekarang,” pungkas William. (dtk/mam/run)