Gelombang aksi mahasiswa di Balai Kota Bogor hingga Ibu Kota Jakarta rupanya diikuti para ’junior’. Namun bukannya menyuarakan aspirasi penolakan berbagai Rancangan Undang-Undang (RUU), bocah-bocah ingusan itu malah turun ke jalan tanpa alasan jelas. Betapa beraninya mereka sebab mobil Satlantas Bogor Kota jadi korban keganasan para siswa layaknya sedang tawuran. Tak aneh, sebelum turun ke jalan, siswa-siswa Bogor itu rupanya ‘ngobat’ dulu untuk menambah keberanian. Delapan dari 129 pelajar Bogor masih diperiksa jajaran Polresta Bogor Kota. Sebab, mereka terlibat kasus perusakan mobil dinas milik kepolisian Kota Bogor di kawasan Balai Kota Bogor, Rabu (25/9). Pada Kamis (26/9) sekitar pukul 14:00 WIB, kedelapan pelajar tersebut masih dimintai keterangan oleh tim penyidik dari Polresta Bogor Kota di gedung belakang Mako Polresta Bogor Kota, Lantai III, di ruangan Satuan Reserse Kriminal. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, tindak anarkis berupa perusakan yang dilakukan kedelapan pelajar tersebut diduga lantaran pengaruh narkoba jenis obat-obatan dengan kategori psikotropika. Bahkan dua hingga tiga pelajar dari delapan yang diamankan itu positif mengonsumsi barang haram tersebut. ”Kemarin kami menerima laporan, sekitar dua atau tiga dari para pelajar itu positif mengonsumsi Benzo saat dites urine tim penyidik,” kata Kepala Satuan Narkoba Polresta Bogor Kota Kompol Indra Sani. Meski positif menggunakan barang haram, pihaknya tidak bisa menjelaskan detail lantaran kasus ini masih didalami tim penyidik dari Satuan Reserse Kriminal Polresta Bogor Kota. Pihaknya mengaku hanya menerima laporan kasar untuk sementara, sambil menunggu hasil pasti penyidikan. ”Lebih jelas langsung saja ke Reserse Kriminal. Penyidiknya dari mereka. Kami belum menerima laporan rincinya. Pokoknya ada yang positif, sekitar dua apa tiga gitu,” ujarnya. Paur Sub Bag Humas Polresta Bogor Kota Ipda Desty Irianti mengatakan, 129 pelajar berhasil diamankan petugas dari tiga lokasi berbeda, mulai dari depan Mako Polresta Bogor Kota, sekitaran balai kota, Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Jawa Barat hingga kawasan Taman Sempur. Disinggung soal sejumlah pelajar yang positif menggunakan narkoba, Desty mengaku tidak bisa memberi keterangan. Sebab, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan penyidik. Namun, ia membenarkan bahwa kedelapan pelajar tersebut diperiksa lantaran terlibat kasus perusakan. ”Kalau soal itu saya tidak tahu. Saya belum berani berkomentar karena harus menunggu dulu hasil dari penyidikan. Yang pasti mereka terlibat dalam perusakan mobil dinas,” katanya. Untuk diketahui, penangkapan pelajar tersebut berawal dari pembubaran yang dilakukan Satuan Petugas (Satgas) Pelajar di depan pintu masuk Stasiun Kereta Api Bogor pada Rabu (25/9). Pelajar yang dibubarkan paksa oleh satgas itu pergi berhamburan mengarah ke Plaza Taman Topi. Sebelumnya, siang pukul 12:30 WIB, sekitar 400 pelajar dari berbagai sekolah di Bogor berkumpul di Stasiun Bogor. Mereka tiba di stasiun secara bertahap. Saat hendak membeli tiket kereta untuk berangkat ke Jakarta, ratusan pelajar tersebut langsung dihalau Satgas Pelajar. Ratusan pelajar itu kemudian digiring petugas ke depan stasiun untuk diberi pengarahan. Namun, ratusan pelajar itu kukuh ingin pergi ke Jakarta hingga akhirnya petugas membubarkan paksa. Di tengah jalan, tepatnya di depan Mako Polresta, kerumunan pelajar tersebut berhamburan lantaran ketakutan melihat sejumlah petugas kepolisian yang berjaga di depan Mako Polresta Bogor Kota. Pelajar tersebut langsung dikejar petugas kepolisian hingga sempat membuat kemacetan lalu lintas. Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor Fakhrudin mengaku pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kantor Cabang Dinas (KCD) serta Disdik Provinsi Jawa Barat untuk menginstruksikan anak-anak didiknya agar tidak pergi ikut aksi, baik di Bogor ataupun sampai ke Jakarta. “Pada dasarnya para siswa tidak paham persoalan, tidak punya izin serta tidak ada yang mendampingi. Bisa-bisa sampai sana ya konyol,” ujarnya. Meski tidak mempunyai kewenangan langsung, pihaknya berkewajiban menjaga ketertiban dunia pendidikan di Kota Bogor, dengan menurunkan Satgas Pelajar serta peran pemkot melalui Kesbangpol. “Kita nggak beri teguran langsung, kita bantu pencegahan melalui satgas. Ini pengaruh medsos kan luar biasa, jadi pemicu,” imbuhnya. Fahmi, sapaan karibnya, juga mengaku sulit jika harus menerapkan sanksi kepada siswa-siswa yang ikut aksi ke ibu kota. Sebab, sebagian besar dari mereka pergi dan makan dengan uang saku sendiri. Sehingga sulit menerapkan sanksi. “Yang paling bijak ya edukasi dan diingatkan. Bukan disanksi, kan bingung juga. Pergi dengan uang sndiri. Kecuali ada keterlibatan kriminal,” terangnya. Sementara itu, Petugas Satgas Kota Bogor Martin mengatakan, tindakan dari satgas sampai hari ini masih melakukan penghalauan dan antisipasi kerumunan siswa yang terindikasi hendak ke Jakarta. Serta berkoordinasi dengan polsek atau polresta untuk penanganan di lapangan. “Seperti tadi siang (kemarin, red) juga kita berhasil menghalau dan mengamankan puluhan pelajar SMP gabungan, plus ada anak SMK-nya juga di sekitaran underpass Tugu Kujang. Mereka rencana akan mengarah Jakarta, diarahkan sama anak-anak SMK-nya,” jelasnya. Tak cuma itu, sejak pagi hari juga pihaknya menghalau anak-anak SMP dan SMK di sekitaran Jambu Dua yang akan mengarah ke Tugu Kujang. Disertai halauan menghalau anak-anak SMP dari Sukabumi sebanyak dua truk bersama Polsek Bogor Utara. Sudah dibalikkanankan untuk pulang lagi ke Sukabumi. “Gabungan SMP dan SMK. Hari ini (kemarin, red) siswa SMP-nya yang digerakin ada jarkom (jaringan komunikasi, red)-an via grup WhatssApp, yang intruksinya kumpul di Tugu Kujang. Sejauh ini kira-kira ratusan siswa SMP-SMA lah yang sudah terjaring dan kita halau mundur,” pungkasnya. (ogi/ryn/d/mam/run)