Minggu, 21 Desember 2025

Rumah Dosen IPB Simpan 29 Bom Molotov

- Senin, 30 September 2019 | 09:48 WIB
SEPI: Rumah tersangka Abdul Basith yang merupakan dosen IPB dipasangi garis polisi. Di dalam rumah ini, polisi mengamankan 29 bom molotov yang rencananya akan diledakkan pada demo Mujahid 212 di Jakarta pada Sabtu (28/9).
SEPI: Rumah tersangka Abdul Basith yang merupakan dosen IPB dipasangi garis polisi. Di dalam rumah ini, polisi mengamankan 29 bom molotov yang rencananya akan diledakkan pada demo Mujahid 212 di Jakarta pada Sabtu (28/9).

METROPOLITAN - Rumah Abdul Basith di Perumahan Pakuan Regency Linggabuana XG VI/I, RT 03/07, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, tampak sepi. Juntaian garis polisi di pintu rumah menjadi saksi bisu diamankannya 29 bom molotov, Sabtu (28/9) dini hari. Kabar penangkapan dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) University itu langsung menyebar luas. Sejak Minggu (29/8) siang, sejumlah awak media silih berganti mendatangi rumah bercat hijau toska itu. Tim Metropolitan pun kembali menyambangi rumah dosen yang dikenal sebagai motivator itu sekitar pukul 20:00 WIB. Ada mobil hitam milik petugas kepolisian dari Jatanras Polda Metro Jaya, dengan nomor 937-VII J terparkir rapi tepat di pintu masuk, lengkap dengan dua petugas berpakaian santai menunggu di dalam mobil. Melihat kedatangan tim Metropolitan, dua wanita dan seorang pria yang diduga keluarga Abdul Basith pun keluar rumah. "Jangan diliput. Sudah, pulang saja sana. Mau apa datang ke sini?" ketus wanita berkerudung merah itu sambil mengusir tim Metropolitan. Berdasarkan pantauan, rumah Abdul Basith berada di sebelah kiri pintu masuk gerbang cluster Linggabuana. Di rumah bergaya arsitektur modern itu terparkir satu unit mobil dan sepeda motor. Terlihat garis polisi masih membentang di seputaran rumah, terikat di tiang besi taman berwarna putih, yang memanjang hingga ke sekeliling rumah. Rumah paling besar di antara rumah lainnya itu digeledah petugas Polda Metro Jaya dan didapati menyimpan 29 bom molotov siap ledak. Penggeledahan itu buntut penangkapan enam pelaku yang diduga penggerak dan inisiator pembuatan bom molotov untuk aksi Mujahid 212 pada Sabtu (28/9). Keenam pelaku ditangkap Jatanras Polda Metro Jaya bersama 88 Antiteror Polri dibantu jajaran Polres Metro Tangerang di Jalan Maulana Hasanudin, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Dari enam terduga pelaku, Abdul Basith salah satunya. Pria kelahiran Kendal 9 Juli 1975 itu dibekuk petugas saat hendak keluar rumah dari kediaman Laksamana Soni Santoso di Perum Taman Royal 2, Jalan Hasyim Asyari Tangerang, pada Sabtu (28/9) sekitar pukul 01:00 WIB. Ia berperan sebagai pemberi instruksi pembuatan bahan peledak jenis bom molotov. Ia juga bertugas menyimpan bom tersebut di kediamannya, di kawasan Pakuan Regency, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Dari tangan Abdul Basith, pihak berwenang berhasil mengamankan sejumlah barang bukti berupa 29 buah bahan bom molotov siap ledak, satu buah handphone Xioami S3, dompet dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) milik pelaku. Selanjutnya Sugiono alias Laode disebut membantu merakit bom molotov bersama teman-temannya. Ia juga disebut mempersiapkan massa perusuh untuk mengikuti Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI dan membuat skenario chaos yang akan dilaksanakan setelah matahari tenggelam. Sementara Yudi dan Ali Udin disebut sebagai salah satu eksekutor melempar bom molotov untuk membuat chaos. Ia juga disebut menerima uang operasional. Berikutnya Okto disebut sebagai penerima bahan peledak berupa granat nanas yang rencananya diserahkan ke salah seorang yang masih DPO. Ia juga disebut eksekutor dan merekrut eksekutor lainnya untuk melakukan pelemparan bensin dan bom molotov untuk membuat chaos. Terakhir, Soni, disebut berperan memberikan bom molotov, menentukan target yang akan dibom dan sebagai pimpinan atau koordinator kelompok untuk membuat chaos menggunakan bom molotov dan granat nanas. Polres Metro Tangerang Kota membenarkan kabar penangkapan enam terduga pelaku berencana chaos dengan bahan peledak. “Polres hanya back up, semua giat dilakukan Jatanras Krimum Polda Metro Jaya dan Densus 88. Kami juga tidak diperbolehkan mengambil dokumentasi,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Kota AKBP Dicky Ario Yustisianto. Terpisah, Paur Subbagian Humas Polresta Bogor Kota Ipda Desty Irianti mengaku tidak mengetahui pasti kronologi kejadian yang melibatkan salah seorang dosen IPB tersebut. “Sebentar ya, saya konfirmasi dulu. Itu kejadiannya di Tangerang, kita tidak tahu dan tidak ikutan juga,” singkatnya kepada Metropolitan. REKTOR DAN MAHASISWA KAGET Rektor IPB University Arif Satria mengaku kaget dengan penangkapan salah satu dosennya. Meski begitu, ia mengaku akan menjenguknya. "Saya terkejut sekali dengan berita tersebut. Malam ini saya menjenguk beliau di PMJ (Polda Metro Jaya, red) dan koordinasi dengan PMJ," ujarnya. Sementara itu, melalui Biro Komunikasi IPB University, pihak kampus prihatin atas apa yang menimpa Abdul Basith. Pihak kampus juga menyangkal bahwa apa yang dilakukan Basith berhubung dengan kegiatan di IPB dan melimpahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada Abdul Basith. "Terkait masalah ini, IPB menghormati proses hukum yang berlaku," ucap Yatri Indah Kusumastuti dari Biro Komunikasi IPB University. Pihak IPB pun hingga kini masih terus berusaha mencari informasi dan kejelasan mengenai hal tersebut kepada pihak berwenang untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya. Terpisah, beberapa mahasiswa IPB pun sempat kaget saat mengetahui bahwa dosen yang mengajar di bidang manajemen proyek itu ditangkap polisi. Mahasiswa yang enggan dikorankan namanya mengaku memang jarang melihat sosok dosen tersebut di kampus belakangan ini. "Dia juga motivator setahu saya. Ya nggak nyangka saja kalau ternyata begini," tutupnya. (cr2/ogi/c/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X