Minggu, 21 Desember 2025

Anjay! Tiga Siswi SMK Jadi Koordinator Demo

- Selasa, 1 Oktober 2019 | 09:20 WIB

METROPOLITAN - Sekitar 174 pelajar Bogor gagal berangkat mengikuti aksi demonstrasi ke Jakarta, kemarin. Mereka lebih dulu diamankan anggota Polresta Bogor Kota. Dari ratusan pelajar tersebut, tiga siswi SMK pun ikut digiring ke mako Kapten Muslihat, meski tak berniat ikut ke Senayan. Ketiganya mengaku hanya mengoordinasikan keberangkatan teman-temannya. Saat tiba di halaman Mako Polresta Bogor Kota, ketiga pelajar perempuan itu mendapat tepuk tangan dari para pelajar lainnya yang sudah lebih dulu berada di kantor polisi. Mereka pun kemudian langsung duduk di tengah lapangan, bersamaan dengan para pelajar lainnya. Ketiga perempuan itu pun kemudian dipersilakan duduk di tempat yang teduh. Namun, pelajar tersebut malah menolak. "Nggak apa-apa Pak, di sini saja. Kebersamaan sama yang lain," ujarnya. Tiga siswi berinisial ND, SR, NL itu berasal dari sekolah swasta di Citeureup. Mereka diamankan pihak kepolisian di Stasiun Bogor ketika berkerumun bersama para pelajar lainnya yang hendak ke Jakarta. Saat ditanya Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Hendri Fiuser terkait tujuan ke Jakarta, pelajar tersebut mengaku hanya ingin meramaikan. “Mau ikut ngeramein aja," katanya sembari menutupi wajahnya. Namun salah seorang pelajar, NL, menyebut aksi para pelajar itu karena ingin memprotes RUU KUHP tentang larangan keluar malam. Ia menilai larangan keluar malam yang diatur dalam RKUHP yang baru tidak jelas. Bila UU tersebut disahkan DPR RI hanya akan mengekang dirinya yang kadang harus keluar malam untuk kegiatan-kegiatan sekolah bersama teman-temannya. “Kami berharap RUU KUHP tentang larangan jam malam dihapus. Makanya kami mau protes,” tegasnya. Meskipun tidak menyebutkan pasal berapa dalam RKUHP yang baru, ia khawatir alih-alih mau keluar malam untuk beraktivitas dengan teman-teman sebayanya untuk kebutuhan sekolah, malah ditangkap pihak berwajib lantaran dinilai sebagai gelandangan. Sebab, dirinya suka keluar malam untuk bersilaturahmi dengan teman sebayanya. “Ntar kita nggak bisa ngalong (kumpul, red), malah ketangkep. Kita suka namu sampe malem, silaturahmi. Main agar siswa di sekolah kami tetap kompak,” ujarnya. Ia juga mengaku keberadaan di Stasiun Bogor bukan karena ingin berangkat ke Jakarta mengikuti aksi demonstrasi. Tetapi untuk memastikan kepada teman-temannya yang masih di Citeureup bahwa di lokasi tersebut sudah ada polisi yang sedang beroperasi untuk menjaring para pelajar yang hendak berdemo ke Senayan. “Anak-anak mau pada ikut (demo, red), kita mah cuma koordinasikan supaya teman-teman selamat. Akhirnya kita bertiga yang ketangkep (Polresta Bogor, red). Kan kita nggak salah, jadi biasa aja,” imbuhnya. Sementara itu, Kapolres Bogor Kota Kombes Hendri Fiuser mengatakan, para pelajar tersebut bergerak ke Jakarta karena ada ajakan viral untuk ikut aksi di DPR, kemarin. Ada dua spanduk yang mereka bawa, yakni bertuliskan ‘SBYM REPOT19.10’ dan ‘Tolak RUU Reformasi dan Tolak KUHP’. Polisi pun telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk mencegah para pelajar ikut-ikutan aksi. "Viralnya ajakan untuk melaksanakan unjuk rasa di DPR. Upaya yang kita lakukan, kita melaksanakan koordinasi dengan pihak sekolah, Disdik (Dinas Pendidikan, red), melaksanakan rapat koordinasi dengan Dishub (Dinas Perhubungan, red) dan Satpol PP. Hari ini kegiatan yang kita lakukan adalah melakukan penyekatan di titik-titik masuk ke wilayah Kota Bogor," ujarnya. Ia mengatakan, satu pelajar ditetapkan sebagai tersangka karena diketahui membawa senjata tajam. "Iya, celurit satu buah, satu orang (tersangka, red). Kita proses hukum karena sudah masuk proses kriminal. Sudah proses," kata Hendri. Namun, Hendri tidak dapat menyebutkan rinci nama dan asal sekolah siswa tersebut. Ia menegaskan bahwa siswa itu dijerat UU Darurat No 12/1951. "Iya (tersangka, red), dijerat UU Darurat 12 Tahun 1951," ujarnya. Hendri menjelaskan seluruh pelajar yang sebelumnya diamankan di Polres Bogor Kota sudah diperbolehkan pulang. Para pelajar diperbolehkan pulang setelah didata. Selain itu, pihak sekolah serta orang tua juga telah dipanggil. "Iya sudah pulang, kita kan sifatnya mengamankan agar mereka tidak terprovokasi untuk ikut ke Jakarta. Kita lebih banyak ke sifat preventif, karena kita sayang sama mereka (pelajar, red)," tutur Hendri. Ia mengatakan, para pelajar yang diamankan merupakan anak-anak di bawah umur. Hendri menyebut mereka belum memiliki konstitusi untuk ikut aksi unjuk rasa. Hendri mengaku polisi masih akan melakukan pengamanan. Bila ditemukan ada pelajar yang hendak ke Jakarta maka akan dibawa ke Polres Bogor Kota untuk dibina dan didata. "Tetap akan dibina. Sampai malam nanti, besok, masih akan dilakukan pengamanan. Nanti akan dilihat lagi perkembangannya karena berkaitan informasi intelejen di luar. Tapi secara umum, operasi ini tetap berlangsung. Kegiatan sekarang ini sampai dengan pelantikan Presiden merupakan bagian dari Operasi Mantap Brata di kepolisian," jelasnya. Dipengaruhi Media Sosial Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bogor Dudih Syiaruddin mengatakan, pelajar memang tidak seharusnya ikut ambil bagian dalam aksi demonstrasi di Jakarta. Sebab berdasarkan undang-undang, para pelajar tersebut mayoritas belum genap 18 tahun, yang otomatis masuk kategori anak-anak berdasarkan aturan. Meski begitu, ia memaklumi kejadian tersebut. Lantaran adanya imbauan khusus di media sosial, ditambah dengan kondisi kejiwaan pada usia remaja yang cenderung masih sangat labil dan rentan ikut-ikutan. Meski begitu, seharusnya pihak sekolah dan orang tua lebih awas dalam mengawasi dan membina peserta didiknya. Kecenderungan mereka ikut dalam aksi bisa juga lantaran efek dari masyarakat. Pasalnya, sejumlah masyarakat banyak yang memuji tindakan berani para pelajar yang sempat viral di sejumlah media sosial. Pujian dari masyarakat terhadap para pelajar otomatis dinilai membuat mereka bersemangat untuk ikut demonstrasi. “Intinya banyak faktor yang menjadi penyebab ini semua. Mulai dari seruan di media sosial, lemahnya pengawasan, kondisi kejiwaan yang labil. Ditambah banyak masyarakat yang memuji pelajar karena ikut aksi demonstrasi di Jakarta. Yang tadinya pelajar tawuran dikucilkan, berangkat ke Jakarta mendapatkan pujian. Makin merasa terpanggil lah mereka untuk ikut aksi,” jelasnya. (dtk/tib/ogi/b/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X