Senin, 22 Desember 2025

Kecanduan Gawai, Belasan Bocah Dilarikan ke RSJ

- Jumat, 18 Oktober 2019 | 09:10 WIB
ILUSTRASI: Penggunaan gawai terhadap anak-anak terbukti mesti diawasi. Salah-salah bisa dilarikan ke RS jiwa lantaran kecanduan.
ILUSTRASI: Penggunaan gawai terhadap anak-anak terbukti mesti diawasi. Salah-salah bisa dilarikan ke RS jiwa lantaran kecanduan.

METROPOLITAN – Sejumlah anak asal Bogor kini harus dirawat di Rumah sakit jiwa RSMM (Rumah Sakit Marzuki Mahdi) lantaran mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan gawai. Para bocah yang seharusnya duduk di bangku sekolah tersebut, diharuskan mengikutin cekup rutin yang telah dijadwalkan. Dokter spesialis kejiwaan anak dan remaja RSMM, dr Ira Safitri T mengibaratkan gangguan kejiwaan akibat gawai ini sebagai fenomena gunung es. Menurut Ira, jumlah pasien setiap tahunnya meningkat. "Kalau selama 2019 itu kita tangani 10-15 pasien (akibat kecanduan gawai). Ada 3 orang yang sempat jalani rawat inap, tapi sekarang sudah pulang. Sampai sekarang, kita layani antara 2 sampai 3 orang (pasien akibat kecanduan gawai) yang rawat jalan setiap hari," kata Ira Safitri. "Untuk gangguan masalah kejiwaan di sini memang kebanyakan yang dirawat itu dengan gangguan kejiwaan skizofrenia, tapi memang saat ini mulai meningkat pasien-pasien dengan masalah gangguan adiksi internet, gawai atau gawai," tambahnya. Selama 2019, ada 3 remaja yang dirawat di RSMM karena mengalami gangguan kejiwaan akibat kecanduan gawai. Rata-rata usia mereka antara 11-16 tahun dan berasal dari Bogor. Hanya sebagian kecil dari luar Bogor seperti Jakarta dan Bekasi. "Ada anak usia 11 tahun, masih SD. Dia kecanduan gawai dan sudah tidak terkontrol lagi. Orang tuanya tidak bisa menangani sehingga dibawa kesini. Kemudian ada anak yang usianya sudah 16 tahun. Sudah tidak mau ngapa-ngapain, tidak mau mandi bahkan sampai sebulan, orang tuanya audah tidak bisa mengendalikannya sehingga dibawa ke sini, dan kami rawat," papar Ira. Ira berharap orang tua bisa lebih berperan untuk mengantisipasi agar anak-anak tidak kecanduan gawai. Orang tua juga diminta konsisten jika sudah memberikan aturan terhadap anak kapan bisa bermain gawai. "Orang tua. Karena semuanya kan diawali oleh orang tua. Yang memberikan gawai kan orang tua, yang membelikan kuota juga orang tua, jadi orang tua di sini harus sebijaksana mungkin, memberikan gawai kepada anak. Ketika aturan itu dikasih kepada si anak, ini harus konsisten. Ini kadang orangtuanya yang tidak konsisten, apalagi anaknya merengek, akhirnya dibiarin aja (bermain gawai). Ini kan tidak konsisten, nanti yang ada kebablasan," tutupnya. (dtk/mam/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X