Senin, 22 Desember 2025

Desain Sendiri, Dijual Paling Murah Rp600 Ribu

- Senin, 30 Desember 2019 | 08:58 WIB
INOVATIF: Dua pengunjung asyik memilih tas kayu buatan Andri.
INOVATIF: Dua pengunjung asyik memilih tas kayu buatan Andri.

METROPOLITAN - Tas dari bahan kulit tentu sudah biasa. Bagaimana jika bahan bakunya dari kayu? Inovasi ini pula yang dilakukan Andri dalam menjalankan bisnisnya hingga sukses merambah ke pasar mancanegara warga asal Dusun Dadapbong, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Yogyakarta, itu berhasil menciptakan kreasi tas berbahan kayu. Tak hanya lucu, tas buatannya juga punya kualitas oke. Berawal dari tren jam tangan berbahan kayu, rupanya Andri terinspirasi untuk membuat satu hal berbeda. Pada 2014, Andri pun meniru tren yang ada, dengan ikut memproduksi jam tangan dari bahan kayu bersama beberapa rekannya. Tak hanya jam tangan, Andri juga memproduksi speaker yang sebagian besar menggunakan bahan baku kayu. ”Tapi karena saingannya (produsen jam tangan kayu, red) banyak, akhirnya kan harus buat inovasi dan kepikiranlah untuk coba produksi tas dari bahan kayu,” ujarnya. Lulusan Fakultas Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) itu melanjutkan, untuk mewujudkan keinginannya itu, ia pun mulai mengajak tujuh orang yang sudah ahli di bidang pertukangan kayu untuk melakukan produksi. Akhirnya, Andri memproduksi tas berbahan kayu, baik dari kayu akasia, kayu munggur hingga kayu mindi. ”Nah, setelah kita riset ternyata kalau pakai kayu akasia itu bobotnya jadi lebih berat. Karena itu, agar bobotnya lebih ringan saya pakai bahan baku dari kayu mindi saja,” ucapnya. Terlebih, kayu mindi sendiri terbilang mudah didapat, khususnya di sekitar Kabupaten Bantul. Sedangkan untuk harga per kubik kayu mindi sendiri, Andri menyebut harganya mencapai Rp1,5 juta. ”Sedangkan dari segi biaya produksi menggunakan kayu mindi lebih terjangkau, itu karena kayu mindi punya serat yang cukup cantik. Jadi penyelesaian akhirnya hanya dipernis dan ditambahi tali dari bahan kulit dan besi saja,” ujar Andri. Andri menuturkan, setiap tas kayu produksinya memiliki harga yang bervariasi. Menurutnya, penentuan harga tergantung dari model tas, seperti tas jinjing hingga tas punggung. ”Harganya bervariasi ya, paling murah Rp600 ribu dan paling mahal Rp1,2 juta. Kalau mau pesan sesuai selera juga bisa dan biayanya beda lagi,” katanya. Pria berambut gimbal ini menambahkan, saat ini ia telah memiliki tujuh karyawan yang terdiri dari perajin kayu hingga desainer tas. Bahkan, ia turut melibatkan perajin kayu asal Dusun Dadapbong dalam produksi tas kayunya tersebut. ”Alasan melibatkan warga Dusun (Dadapbong) agar perekonomian mereka semakin terangkat dan bisa mengetahui inovasi dalam memanfaatkan kayu sebagai bahan produksi,” ucap Andri. (de/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X