Minggu, 21 Desember 2025

Ratusan Pengungsi Telantar, Warga Mulai Menjarah

- Sabtu, 4 Januari 2020 | 09:46 WIB

METROPOLITAN - Tiga hari pasca banjir dan longsor yang melanda Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, ternyata masih ada beberapa lokasi yang terisolasi. Di antaranya Desa Cileuksa, Desa Pasirmadang, Desa Cisarua dan Desa Kiarasari. Bahkan, belum ada bantuan sama sekali yang menyentuh warga di lima desa tersebut. Selain terisolasi, rupanya tanah longsor tersebut melenyapkan puluhan rumah di Kampung Ciputih Tonggoh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sukajaya. Metropolitan pun langsung meninjau lokasi tersebut. Dimulai Jumat (3/1) pukul 07:00 WIB, tim Metropolitan bergerak menuju lokasi. Melalui Jalan Raya Sukajaya yang diselimuti rintik hujan semakin menambah rasa dingin karena tak terasa sudah berada di atas ketinggian 1.500 mdpl. Sesampainya di persimpangan Jalan Raya Sukajaya dan Jalan Nanggung, yang biasa disebut warga Jalan Kebon Kelapa, keberadaan aspal yang sudah dilalui sepanjang dua kilometer itu seketika lenyap dan digantikan tanah merah bekas longsoran. Setelah melewati tanah merah sepanjang 20 meter, antrean warga yang ingin keluar dari kawasan terisolasi itu sudah mengekor sepanjang belasan meter. Ternyata untuk kendaraan yang ingin melewati bekas longsoran itu harus bergantian, antara yang menuju Kecamatan Sukajaya dengan yang hendak keluar. “Awas kang, hati-hati licin, masih banyak tanahnya,” ujar salah seorang warga yang melintas. Perjalanan kembali dilanjutkan untuk menuju Kampung Ciputih Tonggoh, Desa Sukajaya. Di tengah perjalanan tiba-tiba tampak dari kejauhan seorang pria paruh baya memikul cangkul di bahu kanannya, dengan bercelana krem yang sudah tertutup tanah setinggi pahanya. Lusuh pakaiannya sangat pas dengan mimik wajah lelahnya. “Di depan masih ada longsoran lagi. Cukup panjang dan ada pohon yang melintang juga. Lebih baik balik lagi saja. Tunggu petugas datang untuk membuka jalan. Nggak bisa lewat,” katanya kepada Metropolitan. Usep (54) ternyata sudah sedari pagi membuka jalur untuk warga. Warga Kampung Dusun 1, Desa Sukamulih, itu mengaku membuka jalan tersebut sedari Subuh karena sedang tidak hujan. Sesampainya di Kampung Ciputih Tonggoh, rupanya puluhan rumah sudah rata dengan tanah, termasuk rumah milik Umi Iis (65). Wanita yang sudah memasuki masa tuanya itu merupakan salah satu warga yang harus merelakan sebagian rumahnya rata diterjang tanah merah. Mengungsi sejak hari pertama kejadian, Umi Iis beserta suaminya, Abah Rahman (70), mengungsi ke rumah sanak saudaranya di Kampung Cibadak. Kondisi tanah longsor yang belum stabil tidak mengurungkan niatnya kembali ke rumahnya hanya untuk mengecek hewan peliharaannya. "Punya ayam jago tiga. Dari kemarin pasti pulang untuk ngasih makan. Amanat dari Abah, karena dia sudah tidak bisa jalan," kata Iis kepada Metropolitan. Selama tiga hari itu juga Iis mengaku belum mendapat bantuan apa pun, baik dari pihak desa, kecamatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ataupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. Untuk terus menyambung hidup dan membeli makanan, Iis pun berniat menjual ayamnya seharga Rp100 ribu kepada tim Metropolitan. "Buat beli makan mau dijual saja (ayam, red). Nggak enak kalau harus minta sama saudara terus," ujarnya. Kini, ia masih belum memiliki arah tujuan di mana akan melanjutkan hidupnya. Ia sendiri mengaku rela jika harus meninggalkan kampung halamannya walau berat. Melihat kondisi kerusakan yang melanda Kecamatan Sukajaya, Dandim 0621 Kabupaten Bogor Kolonel Inf Herry Eko bersama anggotanya langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pemetaan. Setelah berkeliling desa-desa yang sudah bisa diakses, ternyata rombongan Kodim 0621 Kabupaten Bogor membelah hutan untuk mengecek kondisi di desa yang terisolasi. Di Desa Sukajaya sendiri, menurut Herry Eko, kondisinya sangat parah. Khususnya di Kampung Ciputih Tonggoh, yang menjadi penyambung antara Desa Jayaraharja dengan Desa Pasirmadang yang hancur. Di mana puluhan rumah tertimbun tanah dan akses jalan terputus total selama tiga hari. “Kondisi di Kampung Ciputih Tonggoh ini sudah tidak dimungkinkan untuk ditinggali. Saya juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bogor untuk segera melakukan pendataan berapa banyak jiwa yang terdampak bencana alam di sini,” kata Herry. Selain itu, Herry juga menyinggung soal beberapa desa lainnya yang masih terisolasi di Kecamatan Sukajaya. Ia menyebutkan Desa Cileuksa, Desa Cisarua, Desa Pasirmadang, Desa Kiarasari dan Desa Urug merupakan desa-desa yang masih terisolasi. Karena dampak putusnya jalur komunikasi dan transportasi, keadaan di wilayah itu pun jadi sulit terpantau. Contohnya di Desa Pasirmadang, terjadi sebuah penjarahan yang dilakukan warganya sendiri. Berdasarkan keterangan Kepala Desa Pasirmadang, Encep, penjarahan itu terjadi pada Kamis (2/1). Warga Kampung Gunungkembang, Desa Pasirmadang, Kecamatan Sukajaya, yang terdampak longsor paling parah, saat dievakuasi meninggalkan semua barang-barangnya di rumahnya, terutama kendaraan bermotor. Pasca-kejadian, beberapa warga berinisiatif kembali ke rumahnya. Dengan tujuan menyelamatkan barang-barang berharga yang masih bisa diselamatkan. Saat sampai di rumahnya, ternyata beberapa unit motor hilang tanpa jejak. Warga pun melaporkan hal tersebut kepada aparatur desa. Anehnya, saat warga ingin melaporkan kejadian tersebut, beberapa masyarakat tidak ada di posko pengungsian. Kecurigaan pun menjurus atas tindakan penjarahan dan pencurian. Warga yang curiga pun berinisiatif menjaga dua akses jalan yang terputus agar si maling tidak dapat keluar dari Desa Pasirmadang yang terisolasi. Jelang malam hari, warga pun mendapati beberapa tokoh masyarakat menggendong karung dengan tujuan keluar dari desa untuk mencari bantuan. Yang membuat warga curiga adalah karung yang dibawa para tokoh masyarakat itu terisi penuh, bukannya dikosongkan untuk mengisi bantuan yang didapat dari luar. Saat diperiksa, ternyata dalam karung tersebut terdapat perangkat kendaraan bermotor milik warga yang hilang. Warga yang emosi pun langsung menghakimi enam pelaku dan menahannya. “Menurut penuturan warga, ada empat motor yang dipereteli. Saya sangat menyayangkan atas terjadinya kejadian ini,” kata Encep. Kondisi tersebut menggambarkan jelas betapa ricuhnya keadaan di Desa Pasir Madang. Sejak terjadinya penjarahan, beberapa warga yang memiliki warung memilih untuk menutup warungnya agar tidak jarah. Kejadian itu pun berdampak kepada para 1000 orang pengunsi yang berada di Kantor Desa Pasir Madang dan Masjid Desa. (dil/d/mam)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X