METROPOLITAN - Kementerian Sosial (Kemensos) melakukan pelatihan penjenjangan Tagana Madya bidang Manajemen Kesehatan Relawan. Hal ini dilakukan sebagai upaya pengembangan konsep Community-Based Disaster Management (CBDM) dan melaksanakan penguatan kapasitas SDM relawan Tagana sebagai petugas penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial. "Tagana perlu diberikan pelatihan layanan yang terkait dengan kesehatan, sebab di samping melakukan penanganan bencana, Tagana juga harus mampu menjaga diri,” kata Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos, Rachmat Koesnadi saat membuka kegiatan penjenjangan Tagana Madya di Tagana Center, kemarin. Menurutnya, dalam melaksanakan tugas, personel Tagana sering kali mengabaikan kesehatan sendiri di lapangan, sehingga jatuh sakit. Bagaimanapun, hal ini tidak diinginkan terjadi kepada siapapun. "Banyak yang overlimit, over waktu dalam melaksanakan tugas karena saking militan-nya, saking keterpanggilan jiwanya untuk membantu sesama, namun mengabaikan kesehatannya sendiri sehingga banyak yang jatuh sakit, bahkan meninggal dunia,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Subdirektorat Kesiapsiagaan dan Mitigasi Direktorat PSKBA, Iyan Kusmadiana, menuturkan jumlah personel Tagana se-Indonesia hingga kini mencapai 38 ribu orang. “Sesuai kebijakan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kemensos akan melatih Tagana Muda menjadi Tagana Madya,” katanya. Hal ini, menurut dia, untuk menciptakan pemimpin-pemimpin Tagana yang bisa ikut serta memimpin berbagai layanan kegiatan perlindungan sosial di lapangan, seperti memimpin shelter pengungsian dan dapur umum. "Pemantapan Tagana Madya ini bertujuan untuk membentuk pemimpin Tagana yang mampu menjadi komandan regu suatu layanan mulai dari layanan shelter, dapur umum, hingga Layanan Dukungan Psikososial,” ujar Iyan. Sekadar diketahui, kegiatan ini mengusung tema 'Manajemen Kesehatan Relawan', Kemensos bareng CHIBA Institute of Science (CIS) Jepang, mengisi pelatihan 17-22 Februari ini. Tim dari CIS Jepang didapuk sebagai salah satu pengisi materi Incident Command System for Camp and Health Management of Tagana members kepada para peserta calon Tagana Madya. Pada acara pembukaan juga dilakukan pengukuhan Tim CIS Jepang menjadi instruktur Tagana, serta penandatangan kerjasama teknis antara Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial diwakili oleh Direktur PSKBA dan CIS Jepang. Kerjasama yang dimaksud adalah terkait dengan penerapan Program Penguatan Kapasitas Respon Tanggap Bencana bagi Tagana, yang sebelumnya telah melalui serangkaian diskusi dan disepakati bersama antara Direktorat PSKBA dengan CIS Jepang. Selain itu, kegiatan ini juga dikerjasamakan dengan World Food Programme (WFP) dalam kaitannya dengan logistik personil, kemudian IFRC dan IOM terkait shelter sebagai proses dan kerawanan dalam shelter. Ada juga, RedR Indonesia mengenai kesiapan pribadi menuju medan penanggulangan bencana. Sebanyak 60 orang berasal dari 34 provinsi di Indonesia hadir mengikuti pemantapan. Kegiatan dihadiri para Tagana Utama dari DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai upaya pemantauan agar pemantapan Tagana Madya sesuai dengan kebutuhan Tagana. Dihadiri juga para Tagana Madya dari Jawa Barat dan DKI Jakarta untuk menjadi asisten instruktur. Menteri Sosial Juliari P. Barubara dijadwalkan akan berdialog langsung dengan para peserta pelatihan pemantapan Tagana Madya di Tagana Center, Kamis (20/2) nanti.(ryn/b/rez)