Suasana halaman kantor Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Bogor di Jalan Bersih, Kompleks Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, Senin (20/4) pagi, mendadak riuh. Seakan tak memedulikan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), warga tampak berdesak-desakan untuk masuk dan mendapatkan bantuan. Demi satu paket sembako, aturan menjaga jarak atau physical distancing demi mencegah penularan virus corona (Covid-19) pun diabaikannya. Ketua Baznas Kabupaten Bogor KH Lesmana mengatakan, sejak awal pihaknya tidak pernah mengundang warga untuk pembagian sembako di kantornya itu. Sebab, Baznas hanya menyiapkan 11 ribu paket sembako untuk para ustadz, guru ngaji di pondok pesantren hingga amil yang tersebar di kecamatan se-Kabupaten Bogor. Itu pun distribusinya dilakukan dan koordinasi dengan pemerintah desa serta kecamatan. ”Kami sudah berikan surat kepada camat hingga kades untuk mendata guru ngaji, ustadz, pondok pesantren dan amil untuk dapat bantuan melalui koordinasi itu. Tapi kalau warga yang datang hari ini (kemarin, red), kami nggak tahu. Datang tiba-tiba. Ya kalau diminta balik lagi ya kasihan, sudah desak-desakan. Kami berikan stok sembako, yang alhamdulillah masih ada,” katanya. Ia juga mengakui munculnya kerumunan di depan kantornya menarik perhatian masyarakat karena Kabupaten Bogor sendiri sedang melaksanakan kebijakan PSBB demi memutus mata rantai Covid-19. Sehingga meskipun antrean masih panjang, pihaknya bersama aparat keamanan meminta warga untuk bubar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dari informasi yang ia dapatkan, ratusan warga itu datang berharap mendapatkan sembako dengan bermodalkan Kartu Keluarga dan KTP berdasarkan informasi dari grup percakapan singkat yang berlanjut pada informasi dari mulut ke mulut warga. ”Jadinya sulit diatur, jaga jaraknya juga. Datang spontan, tetap kami kasih. Dan setelah datang keamanan, ya dibubarkan,” papar Lesmana. Hal itu pun mengundang reaksi keras dari Bupati Bogor Ade Yasin yang mengaku kaget juga geram dan langsung menegur keras ketua Baznas karena tidak melakukan konfirmasi akan adanya pembagian sembako. ”Saya kaget, kok tiba-tiba ada pembagian sembako oleh Baznas. Tidak ada konfirmasi ke saya sebagai ketua Gugus Tugas Covid-19,” ujarnya. Seharusnya, ia menilai pihak Baznas melakukan koordinasi terlebih dahulu kepada Pemkab Bogor dan juga pihak kepolisian agar ikut mengamankan. Ia juga menilai pembagian sembako yang dilakukan Baznas kemarin pagi cukup memprihatinkan, sebab tidak mematuhi aturan pemerintah kaitan physical distancing. ”Seharusnya berkoordinasi dengan kami dan juga kepada pihak polisi agar aman dan tidak terjadi kericuhan seperti yang terjadi pagi tadi (kemarin, red),” ujar AY, sapaan karibnya. Kerumunan yang terjadi di halaman kantor Basnaz di tengah penerapan PSBB membuat banyak pihak angkat suara. Tak terkecuali Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor Muad Khalim. Ia terang-terangan mengungkapkan bahwa kinerja pemerintah daerah, khususnya dinas terkait hingga aparat kewilayahan, sangat buruk dan mesti mendapat evaluasi lantaran persoalan pendataan penerima bansos hingga kisruh distribusinya. ”Catatan untuk dinas terkait, khususnya Dinas Sosial (Dinsos), perlu dievaluasi kinerjanya untuk lebih detail dalam mendata warga yang benar-benar masuk kategori penerima manfaat bantuan. Termasuk kewilayahan, kecamatan, kelurahan/desa sampai RT/RW. Kesiapan RT/RW, (pemerintah, red) desa juga kurang tertib dalam administrasi pendataan warga, yang juga berpengaruh kepada kinerja Dinsos dalam hal bantuan manfaat,” katanya kepada Metropolitan, Senin (20/4). Ia pun berkaca pada apa yang terjadi di Kabupaten Bogor wilayah timur, yang merupakan daerah pemilihan (dapil)-nya. Di mana hingga kini dari informasi yang ia dapat, warga di Bogor Timur belum menerima bantuan APBD terkait sembako yang akan dibagikan. Tak cuma itu, penyaluran bantuan mungkin akan sedikit menuai reaksi dari masyarakat karena hampir semua jumlah Kepala Keluarga yang disetorkan RT ke pemerintah desa pasti berharap untuk dapat semua. ”Berawal dari data yang masuk ke Dinsos terlalu banyak, sementara data yang masuk dar desa-desa tidak semua bisa mendapatkan karena disesuaikan dengan kemampuan daerah,” ujarnya. Carut-marutnya pendataan masyarakat mampu dan tidak mampu, jelas Muad, itu yang tidak dilakukan Dinsos dari jauh-jauh hari sebelum ada wabah Covid-19. Malah ada beberapa tempat yang dianggap sudah mampu tapi masih dapat penerima manfaat dan belum dialihkan ke masyarakat yang tidak mampu. ”Ini catatan,” jelas politisi PDI Perjuangan itu. Sementara itu, Kepala Dinsos Kabupaten Bogor Rustandi mengaku kewalahan dalam melakukan pendataan warga penerima manfaat bansos di saat kondisi situasi Covid-19 seperti ini. Ia mengaku pendataan untuk bantuan sering berbuntut masalah. Apalagi dengan kebijakan yang dinamis, sehingga data-data pun ikut bergerak terus. Meski begitu, pihaknya mengaku di-deadline Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) untuk menyerahkan data final usulan penerima bantuan, sebab berpengaruh terhadap penerima manfaat yang bersumber dari APBD Kabupaten Bogor. ”Dalam kondisi sekarang, semua tidak bisa terduga karena data pun bergerak cepat. Pemprov Jabar minta hari Kamis (16/4) final usulan. Dinsos hari ini harus terus olah data. Semua harus maklum bertindak cepat dan cerdas, walaupun terasa tidak masuk akal. Mohon maklum,” tegas Rustandi. Pemkab Bogor sendiri mengalokasikan anggaran sebesar Rp188,9 miliar untuk bantuan sosial yang bersumber dari APBD Kabupaten Bogor, yang ditargetkan didistribusikan sebelum Ramadan agar membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari hasil rapat tentang Persiapan Pemberian Bantuan Sosial, Senin (20/4) siang, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor Syarifah Sofiah mengatakan bahwa alokasi anggaran bansos Pemkab Bogor sebesar Rp188,9 miliar itu akan didistribusikan berupa beras 30 kilogram per penerima manfaat atau Rumah Tangga Miskin (RTM). Yang jumlahya sebanyak 200 ribu RTM, harus sudah didistribusikan sebelum Ramadan. Kedua, bansos yang didistribusikan berupa beras sebanyak 6.000 ton untuk setiap pendistribusian. Pola distribusinya, jelas Syarifah, yakni melalui pembelian beras kualitas premium dari Bulog dan pendistribusiannya akan dilakukan aparat kepolisian dan TNI kepada RTM sasaran. Sedangkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, sambungnya, akan diberikan kepada RTM korban Covid-19, di luar RTM yang telah mendapatkan alokasi anggaran dari presiden, Kemensos, gubernur, Kartu Prakerja, yang sasarannya ditetapkan melalui musyawarah desa. ”Target hari ini (20/4) menyelesaikan administrasi Perbup Bogor tentang Penetapan Penerima Bansos Pemkab Bogor, Perbup tentang Jaringan Pengaman Sosial, PKS (Perjanjian Kerja Sama, red) antara Disdagin dengan Perum Bulog. Dan pendistribusian beras akan mulai dilakukan antara hari Selasa hingga Jumat (21-24/4),” tuntasnya. (ryn/c/mam/run)