Di tengah pandemi corona atau Covid-19, tidak hanya membuat masyarakat Kabupaten Bogor sengsara. Meningkatnya jumlah kasus positif rupanya merambat ke persoalan lain, termasuk kisruh soal bantuan sosial (bansos) selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). SERING menjadi bulan-bulanan warga lantaran ditegur soal realisasi bantuan, pengurus RT dan RW di Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, mengontrog dan menyegel kantor Kelurahan Sukahati, Senin (27/4) pagi. Pengurus RT dan RW se-Kabupaten Bogor memang bertugas mendata warga terdampak corona sesuai permintaan pemerintah untuk mendapatkan bansos. Alih-alih turun sesuai pendataan, realisasi jumlah bantuan jauh dari harapan dan berpotensi diprotes warga. ”(Aksi, red) Ini bentuk protes kita terhadap pemerintah. Pendataan yang kami lakukan, baik yang masuk DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial, red) atau non-DTKS, nyatanya nggak sesuai dengan jumlah yang turun,” kata salah seorang pengurus RW 03, Kelurahan Sukahati, Ruslan, selepas aksi di depan kantor Kelurahan Sukahati, Senin (24/4). Ia mengaku pihaknya sudah melakukan pendataan warga terdampak corona untuk menerima bantuan tak kurang dari 500 hingga 600-an warga setiap RW-nya. Namun jumlah yang turun jauh panggang dari api, sebab hanya turun 30 hingga 50 kepala keluarga yang menerima bantuan dari pemerintah pusat. ”Makanya sekarang kita kan bingung. Warga kan nanti akan ngeluh dan komplainnya ke kami,” ujarnya. Hal itu menambah parah adanya indikasi ketidaksesuaian data penerima dan bantuan yang tidak tepat sasaran, yang ia lihat di wilayah. Ia pun hanya bisa berharap warga yang sudah terdata dan benar-benar masuk kategori miskin bisa segera mendapatkan bantuan, baik bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) maupun pemerintah pusat. ”Banyak warga yang usahanya turun, lalu jadi miskin. Kalau ini selesai, semoga bantuan tepat sasaran,” harapnya. Saat dikonfirmasi, Lurah Sukahati Haerudin menerangkan hingga kini data penerima bantuan masih melalui tahap verifikasi pemerintah agar tidak lagi salah sasaran. Sebab, ia mengakui bahwa di wilayahnya ada data keluarga penerima bantuan yang tidak sesuai kenyataan di lapangan. ”Masih terus didata ulang agar tidak salah sasaran,” singkatnya. Persoalan ini rupanya sampai ke telinga Bupati Bogor Ade Yasin. Ia menilai persoalan ini cukup kompleks karena menyangkut data penerima bantuan. Dengan kondisi saat ini, pemerintah, termasuk kewilayahan, harus benar-benar detail dalam melakukan pendataan karena semua warga merasa terdampak dan ingin mendapatkan bantuan. Sedangkan kemampuan anggaran, baik Pemkab Bogor, Pemprov Jabar hingga pemerintah pusat, punya keterbatasan. ”Ya RT/RW harus bisa lihat, prioritaskan yang tidak mampu. Sekarang kan semua minta didata, padahal kita ada keterbatasan. Makanya dahulukan yang benar-benar butuh dan rentan miskin,” pintanya. Ia sendiri mengaku belum memastikan apakah bantuan dari pemprov atau pusat sudah turun atau belum. Sebab, bantuannya langsung turun ke masyarakat. ”Jadi kita sulit deteksinya. Kadang memang yang menerimanya sedikit, atau bertahap ya. Yang pasti untuk pendataan bantuan di kita masih jalan terus, masih revisi, karena datanya numpuk ya,” ungkapnya. Selain itu, Pemkab Bogor pun tengah kelimpungan. Bukan hanya dibuat pusing dengan jumlah kasus positif Covid-19 yang trennya terus meningkat, bantuan sosial pun, data warga penerimanya menjadi soal. Teranyar, RT/RW di Kelurahan Sukahati mengontrog dan menyegel kantor kelurahan gegara ketidaksesuaian data penerima bantuan, Senin (27/4). Padahal, tak kurang dari 702.398 kepala keluarga se-Kabupaten Bogor tengah cemas menanti bantuan. Karut-marutnya pendataan bansos di Kabupaten Bogor sempat diakui Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor, Rustandi, lantaran kewalahan dalam melakukan pendataan warga penerima manfaat bansos saat kondisi Covid-19 seperti ini. Pendataan untuk bantuan, menurutnya, sering berbuntut masalah. Apalagi dengan kebijakan yang dinamis sehingga data-data pun ikut bergerak terus. Meski begitu, pihaknya mengaku di-deadline Pemprov Jabar untuk menyerahkan data final usulan penerima bantuan. Sebab berpengaruh terhadap penerima manfaat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. ”Dalam kondisi sekarang, semua tidak bisa terduga karena data pun bergerak cepat. (Pemprov) Jabar minta final usulan. Dinsos hari ini harus terus olah data. Semua harus maklum bertindak cepat dan cerdas, walaupun terasa tidak masuk akal. Mohon maklum,” tegas Rustandi. Sejauh ini, Pemkab Bogor mencatat calon penerima bansos se-Kabupaten Bogor dari data yang sudah diverifikasi adalah 702.398 Rumah Tangga Miskin (RTM) per Minggu (19/4) lalu. Dari jumlah itu, diusulkan untuk menerima bantuan dari Pemprov Jabar sebanyak 117.531 RTM. ”Sedangkan jumlah yang diusulkan ke Kementerian Sosial (Kemensos) dari dua sumber bantuan, sebanyak 122.544 RTM. Salah satunya bantuan tunai dari Ditjen Linjasos Kemensos Rp600.000 per kepala keluarga. Jumlahnya sekitar 9.814 penerima,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor Syarifah Sofiah. (ryn/c/mam/run)