METROPOLITAN - Sindikat angkot rampok yang membuat seorang bidan dan perawat disekap berjam-jam masih diburu polisi. Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Metro Depok Kompol Wa’di Sabani mengklaim jajarannya telah mengantongi ciri-ciri pelaku penyekapan yang terjadi pada Minggu (21/3) lalu itu. ”Sudah. Sekarang kami sedang mempersiapkan sketsa wajah pelaku dan mendalami hal-hal lainnya yang mengarah kepada pelaku,” ujar Sabani kepada wartawan, Selasa (23/6). “Tim dari semalam juga sudah bergerak melakukan penyelidikan mencari hal-hal yang mengarah pada pelaku. Saat ini masih kami kembangkan. Kami akan menerima segala informasi dari masyarakat,” tambahnya. Meski demikian, butuh pengembangan lebih jauh untuk menyelidiki apakah sopir angkot juga terlibat dalam penyekapan dan perampokan atau juga menjadi korban ancaman para perampok tersebut. Untuk diketahui, sindikat rampok angkot ini terendus setelah seorang bidan dan perawat jadi korban perampok. SR, seorang bidan salah satu rumah sakit swasta di bilangan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, masih ingat betul peristiwa mencekam yang melandanya pada Minggu (21/6) malam. Kala itu ia bersama rekannya perawat berinisial RP baru saja selesai bertugas di rumah sakit. Dua perempuan itu naik angkot ke arah Citeureup sekitar pukul 21:30 WIB, di mana rupanya mereka satu angkot dengan sepasang pria perampok. Mereka berdua disekap empat jam sebelum beberapa hartanya dirampas. Selama penyekapan, berkali-kali mereka diancam seperti sandera. SR mengungkapkan, perjalanan mulanya datar-datar saja. Tidak ada yang aneh. Sepasang pria tak dikenal itu pun tak banyak bicara. Dalam remang malam, SR memerhatikan perawakan mereka. Satu tinggi besar, satu tampak sudah menuju usia paruh baya. Wajah keduanya tak dikenali karena dibalut masker. Insiden bermula ketika RP memberi aba-aba kepada sopir agar menepi ketika angkot melintasi jalan dekat rumah kosnya. Tak dinyana, sang sopir tak mengindahkan aba-aba itu. Sejurus kemudian, tubuh SR dan RP langsung dipiting ke lantai mobil oleh dua pria itu. Keduanya dalam posisi tengkurap, punggung mereka ditindih kaki para perampok, kemudian tubuh mereka ditutupi kain. ”Saya waktu di tengah jalan sudah seperti tidak sadarkan diri. Lemas banget tertutup begitu,” tutur SR, Selasa (23/6). ”Saya tanya, ’Pak, kita di mana?’. Dia jawab, di Ciawi. Tapi pas sesekali saya lihat jendela, saya lihat ada plang RS Annisa, saya hafal ini di Cibinong,” tambah SR. Begitu keadaan mereka hingga lebih kurang dua sampai tiga jam, hingga akhirnya para perampok itu mulai menggeledah tas mereka. Rupanya para perampok itu mengincar kartu ATM SR dan RP untuk menyedot saldonya. ”Saya bilang lagi, ’Pak, saya besok dinas pagi’,” ungkap SR. ”Makanya jangan main-main!” hardik salah satu perampok, masih menginjak tubuh mereka. ”Kalau besok saya tidak kerja, nanti siapa yang bantu orang sakit?” kata SR. Pertanyaan itu justru disambut bogem dari perampok. Kepalanya ditinju, lalu tubuhnya dihajar dengan sikut. ”Kalian sayang uang atau nyawa?” ancam para perampok yang menekankan gunting ke arah tubuh SR dan RP. ”Dia bilang begitu,” imbuhnya. “Ya sudah, kami bilang ambil saja semuanya. Yang penting kami selamat,” kata SR. Akhirnya, mereka menyerahkan dompet dan ponsel sebagaimana yang diminta para perampok. SR juga menyerahkan kalung dan gelang yang ia kenakan. Hal itu tak membuat mereka lolos dari penyekapan. Para perampok lalu menagih nomor PIN ATM masing-masing dari mereka. Kartu ATM milik RP jadi yang pertama kali disikat. Para perampok kemudian menyuruh sopir angkot agar mencari mesin ATM. Saat itu, mereka memberi tahu SR dan RP bahwa waktu telah menunjukkan pukul 01:00 WIB. RP tak mau membeberkan nomor PIN ATM yang asli. Ia dua kali berbohong, sehingga dua kali perampok itu coba mengakses rekening RP di tempat ATM yang berbeda, keduanya gagal. Perampok itu naik pitam. ”Kami dibawa keliling dan disuruh ngaku PIN-nya berapa. Kalau masih belum jujur juga, katanya tidak akan dipulangkan sampai besok-besoknya pun nggak bakal disuruh keluar, katanya gitu,” ujar SR. Singkat cerita, akhirnya para perampok itu berhasil mengakses saldo rekening SR di ATM menggunakan kartu Flazz gagal total. Mereka akhirnya dilepaskan sekitar pukul 02:00 WIB di Jalan Mayor Oking, di jalan kecil yang dikelilingi kebun. ”Kalian jangan sampai teriak. Kalau teriak, kalian akan tanggung akibatnya. Akan kita kejar lagi. Kita nggak akan segan-segan membunuh,” ujar SR menirukan ancaman terakhir yang ia terima. Tanpa ponsel untuk memesan taksi online, dirundung trauma terhadap orang baru, mereka sempat jalan kaki menuju kediaman SR. SR telah melaporkan kasus ini ke Polsek Cimanggis. ”Saya sih harapannya (perampok, red) ditangkap biar tidak ada korban-korban lainnya. Saya merasa beruntung, tidak sampai diapa-apakan, masih bisa selamat tanpa kurang apa pun juga, hanya barang-barang doang yang diambil,” kata SR. ”Takutnya nanti ada korban-korban berikutnya yang lebih parah dari saya dan teman saya itu,” pungkasnya. (kps/feb/run)