Senin, 22 Desember 2025

Sindikat Angkot Rampok Masih Beredar

- Kamis, 25 Juni 2020 | 09:36 WIB

METROPOLITAN - Sindikat angkot rampok yang membuat seorang bidan dan perawat di­sekap berjam-jam masih diburu polisi. Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Metro Depok Kompol Wa’di Sabani mengklaim jajarannya telah mengantongi ciri-ciri pelaku penyekapan yang terjadi pada Minggu (21/3) lalu itu. ”Sudah. Sekarang kami sedang mempersiapkan sketsa wajah pelaku dan mendalami hal-hal lainnya yang mengarah ke­pada pelaku,” ujar Sabani ke­pada wartawan, Selasa (23/6). “Tim dari semalam juga su­dah bergerak melakukan penyelidikan mencari hal-hal yang mengarah pada pelaku. Saat ini masih kami kembang­kan. Kami akan menerima segala informasi dari masy­arakat,” tambahnya. Meski demikian, butuh peng­embangan lebih jauh untuk menyelidiki apakah sopir ang­kot juga terlibat dalam penye­kapan dan perampokan atau juga menjadi korban ancaman para perampok tersebut. Untuk diketahui, sindikat rampok angkot ini terendus setelah seorang bidan dan perawat jadi korban perampok. SR, seorang bidan salah satu rumah sakit swasta di bilangan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, masih ingat betul peristiwa mencekam yang melandanya pada Minggu (21/6) malam. Kala itu ia bersama rekannya perawat berinisial RP baru saja selesai bertugas di rumah sakit. Dua perempuan itu naik angkot ke arah Citeureup se­kitar pukul 21:30 WIB, di mana rupanya mereka satu angkot dengan sepasang pria perampok. Mereka berdua disekap em­pat jam sebelum beberapa hartanya dirampas. Selama penyekapan, berkali-kali me­reka diancam seperti sandera. SR mengungkapkan, perjala­nan mulanya datar-datar saja. Tidak ada yang aneh. Sepasang pria tak dikenal itu pun tak banyak bicara. Dalam remang malam, SR memerhatikan perawakan mereka. Satu tinggi besar, satu tampak sudah menuju usia paruh baya. Wajah ke­duanya tak dikenali karena dibalut masker. Insiden ber­mula ketika RP memberi aba-aba kepada sopir agar me­nepi ketika angkot melintasi jalan dekat rumah kosnya. Tak dinyana, sang sopir tak meng­indahkan aba-aba itu. Sejurus kemudian, tubuh SR dan RP langsung dipiting ke lantai mobil oleh dua pria itu. Keduanya dalam posisi teng­kurap, punggung mereka dit­indih kaki para perampok, kemudian tubuh mereka dit­utupi kain. ”Saya waktu di tengah jalan sudah seperti tidak sadarkan diri. Lemas banget tertutup begitu,” tutur SR, Selasa (23/6). ”Saya tanya, ’Pak, kita di mana?’. Dia jawab, di Ciawi. Tapi pas sesekali saya lihat jendela, saya lihat ada plang RS Annisa, saya hafal ini di Cibinong,” tambah SR. Begitu keadaan mereka hingga lebih kurang dua sam­pai tiga jam, hingga akhirnya para perampok itu mulai meng­geledah tas mereka. Rupanya para perampok itu mengincar kartu ATM SR dan RP untuk menyedot saldonya. ”Saya bilang lagi, ’Pak, saya besok dinas pagi’,” ungkap SR. ”Makanya jangan main-main!” hardik salah satu perampok, masih menginjak tubuh me­reka. ”Kalau besok saya tidak kerja, nanti siapa yang bantu orang sakit?” kata SR. Pertanyaan itu justru disam­but bogem dari perampok. Kepalanya ditinju, lalu tubuh­nya dihajar dengan sikut. ”Ka­lian sayang uang atau nyawa?” ancam para perampok yang menekankan gunting ke arah tubuh SR dan RP. ”Dia bilang begitu,” imbuhnya. “Ya sudah, kami bilang ambil saja se­muanya. Yang penting kami selamat,” kata SR. Akhirnya, mereka menyera­hkan dompet dan ponsel se­bagaimana yang diminta para perampok. SR juga menyera­hkan kalung dan gelang yang ia kenakan. Hal itu tak mem­buat mereka lolos dari penye­kapan. Para perampok lalu menagih nomor PIN ATM masing-masing dari mereka. Kartu ATM milik RP jadi yang pertama kali disikat. Para perampok kemudian menyuruh sopir angkot agar mencari mesin ATM. Saat itu, mereka memberi tahu SR dan RP bahwa waktu telah menunjukkan pukul 01:00 WIB. RP tak mau membeberkan nomor PIN ATM yang asli. Ia dua kali berbohong, se­hingga dua kali perampok itu coba mengakses rekening RP di tempat ATM yang berbeda, keduanya gagal. Perampok itu naik pitam. ”Kami dibawa keliling dan disuruh ngaku PIN-nya be­rapa. Kalau masih belum jujur juga, katanya tidak akan dipu­langkan sampai besok-be­soknya pun nggak bakal disuruh keluar, katanya gitu,” ujar SR. Singkat cerita, akhirnya para perampok itu berhasil mengakses saldo rekening SR di ATM menggunakan kartu Flazz gagal total. Mereka akhir­nya dilepaskan sekitar pukul 02:00 WIB di Jalan Mayor Oking, di jalan kecil yang di­kelilingi kebun. ”Kalian jangan sampai teriak. Kalau teriak, kalian akan tanggung akibat­nya. Akan kita kejar lagi. Kita nggak akan segan-segan mem­bunuh,” ujar SR menirukan ancaman terakhir yang ia terima. Tanpa ponsel untuk meme­san taksi online, dirundung trauma terhadap orang baru, mereka sempat jalan kaki menuju kediaman SR. SR te­lah melaporkan kasus ini ke Polsek Cimanggis. ”Saya sih harapannya (perampok, red) ditangkap biar tidak ada kor­ban-korban lainnya. Saya merasa beruntung, tidak sam­pai diapa-apakan, masih bisa selamat tanpa kurang apa pun juga, hanya barang-barang doang yang diambil,” kata SR. ”Takutnya nanti ada korban-korban berikutnya yang lebih parah dari saya dan teman saya itu,” pungkasnya. (kps/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X