METROPOLITAN - Kondisi Terminal Baranangsiang, Kota Bogor, kini memprihatinkan. Sudut-sudut terminal bersejarah yang dibangun sejak 1974 itu kini sudah jauh dari kesan nyaman. Bahkan terbilang kumuh. Belum adanya kepastian kapan revitalisasi dilaksanakan menambah terbelakangnya Terminal Kelas A satu-satunya di Kota Bogor itu. Tak hanya itu, rusaknya sejumlah fasilitas membuat terminal yang sempat berjaya pada 1990-an, dengan predikat terminal terbaik di Indonesia itu, kian kusam. Mulai dari kotornya sarana dan prasarana, jalanan berlubang yang menyebabkan kubangan, hingga terdapat kawasan suram dalam terminal. Mirisnya lagi, pemerintah pusat yang kini memegang hak pengelolaan Terminal Baranangsiang belum juga merealisasikan wacana revitalisasi yang digembor-gemborkan sejak 2012 itu. Direktur Sarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Edy Nursalam, menjelaskan belum dijalankannya revitalisasi itu lantaran adanya revisi Feasibility Study (FS) dari PT Pancakarya Grahatama Indonesia (PGI). Rencananya di area Terminal Baranangsiang bakal dimanjakan berbagai fasilitas penunjang baru. Yaitu fasilitas kawasan komersial berupa pusat perbelanjaan dan apartemen atau hotel. "PT PGI sedang menyelesaikan FS sesuai permintaan DJKN Kemenkeu. Mereka (PT PGI, red) janji akhir Juni. Sepertinya agak tertunda karena Covid-19. Hari Rabu kami rapatkan dengan mereka progresnya," kata Edy kepada Metropolitan. Selain adanya revisi FS, sengketa soal waktu hak guna PT PGI yang terpotong delapan tahun dari total 30 tahun, yaitu sejak penandatanganan kerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, juga menjadi salah satu penyebab belum bisa dijalankannya proses revitalisasi. Edy mengaku sebelumnya Kemenhub meminta pertimbangan atau rekomendasi dari Kemenkeu terkait pemulihan waktu kerja sama. "Sebelumnya Kemenhub minta rekomendasi dari Kemenkeu terkait permohonan PT PGI untuk pemulihan waktu kerja sama. Karena sejak kontrak dengan Pemda Bogor ditandatangani tahun 2012, belum ada kegiatan pembangunan yang dilakukan. Sehingga sudah hilang waktu delapan tahun," terangnya. Rencana revitalisasi Terminal Baranangsiang saat ini juga semakin rumit. Sebab bukan hanya mengakomodasi perjanjian dengan PT PGI, tetapi juga harus mengakomodasi wacana LRT masuk Kota Bogor dan ngebetnya pemkot mengoperasikan trem.Meski belum ada kejelasan kapan LRT masuk Kota Bogor, Edy mengaku pihaknya sudah meminta PT PGI mengakomodasi wacana tersebut dalam FS-nya. Termasuk wacana pembuatan depo LRT di Jalan Binamarga yang merupakan lahan milik Kemenkeu. "Dalam study terase sudah ada ancar-ancarnya," ujarnya. Menanggapi hal itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengaku kecewa atas belum dijalankannya revitalisasi sejak diserahterimakannya salah satu aset terbesar di Kota Bogor itu ke pemerintah pusat. "Pemda mendorong segera ada kepastian agar proses revitalisasi bisa dilaksanakan," katanya. Memang saat ini posisi Pemkot Bogor tidak sepenting saat memegang hak pengelolaan. Namun Dedie menginginkan adanya keselarasan antara rencana revitalisasi yang akan diajukan PT PGI dan BPTJ dengan RTRW Kota Bogor. "Posisi pemkot adalah memberikan rekomendasi dan mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dalam prosesnya nanti tentu kita akan selaraskan dengan rencana pemkot dan menyesuaikan dengan RTRW," jelasnya. Menurut Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor Adityawarman, terminal yang memiliki luas 2,1 hektare itu merupakan kunci pembenahan moda transportasi di Kota Hujan. Sehingga dijalankannya revitalisasi merupakan suatu hal penting dan harus disegerakan. "Meski di tengah pandemi Covid-19 ini, seharusnya proyek yang sudah diwacanakan sejak 2012 ini segera dilakukan," pintanya. Politisi PKS itu juga mengaku sejauh ini belum ada komunikasi lanjutan dari BPTJ ataupun dengan Pemkot Bogor terkait revitalisasi ini. Ia pun berharap dalam wacana revitalisasi ini nantinya mampu mengakomodasi wacana Pemkot Bogor yang akan mengadakan trem di Kota Bogor. "Meski kajiannya belum matang, saya rasa keinginan pemkot mengadakan trem, di mana akan menjadikan Baranangsiang sebagai titik utama, harus bisa diakomodasi," tutupnya. (dil/c/rez/run)