Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berencana melakukan uji coba New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di wilayahnya. Keputusan itu diambil menyusul diizinkannya Kota Hujan menerapkan New Normal oleh Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil. KEPASTIAN itu disampaikan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim. Ia mengaku uji coba New Normal akan dilakukan setelah evaluasi pada Kamis (2/7). Meski saat ini Kota Bogor masuk zona oranye. ”Tetapi uji coba New Normal sudah boleh. Kan kata Gubernur sudah boleh, tetapi menunggu hasil kajian epidemiologi,” kata pria yang juga ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bogor itu. Dedie menyebut ada delapan surat edaran yang sudah disiapkan Gugus Tugas Kota Bogor yang akan dijadikan acuan untuk melakukan uji coba AKB. Surat edaran itu akan ditujukan kepada delapan sektor kegiatan usaha atau sarana umum, di antaranya pusat perbelanjaan/mal, hotel, sarana olahraga, event organizer/jasa pertunjukan, stasiun/terminal, tempat wisata, tempat kecantikan/salon dan jasa ekonomi kreatif. ”Apa saja yang harus disiapkan, yaitu ada delapan surat edaran terkait dengan operasional beberapa sektor yang harus disiapkan. Jadi kemungkinan kita akan memasuki uji coba AKB. Tetapi kita menunggu hasil evaluasi tanggal 2,” ucapnya. Dedie menjelaskan, berdasarkan data dari Gugus Tugas Nasional, daerah Kota Bogor saat ini masuk kategori zona oranye atau mendekati merah. Meski demikian, Dedie berharap kondisi Kota Bogor segera aman agar bisa melakukan uji coba AKB. ”Kalau dari Gugus Tugas Nasional, kita (Kota Bogor, red) masuk di zona oranye, bukan kuning lagi. Oranye itu mendekati merah. Tetapi uji coba New Normal sudah boleh, kan kata Gubernur sudah boleh. Tetapi menunggu hasil kajian epidemiologi,” imbuhnya. Dedie berharap pada masa uji coba AKB nanti pengetatan protokol kesehatan harus tetap dilaksanakan. Sebab, berdasarkan kajian pakar epidemiologi terbaru, puncak pandemi di Kota Bogor akan terjadi pada Januari 2021. Bahkan prediksinya jumlah kasus positif corona bisa mencapai 72 ribu kasus. ”Itu kan tetap namanya itu prediksi (puncak epidemiologi, red). Makanya protokol kesehatan harus masif, jangan sepotong-sepotong. Masyarakat harus dukung, harus digerakkan. Kalau kita tidak hati-hati, kalau kita gegabah, nanti prediksi yang menyatakan akhir 2020 sampai awal 2021 sebagai puncak pandemi akan terjadi,” bebernya. Nah, bagaimana caranya kita menghindari itu, kan gitu. Berbagai cara kan disampaikan tadi, di antaranya beli PCR, tes masif, supaya kita membuat prediksi itu tidak terjadi,” ujar Dedie. Sebelumnya Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunus Miko Wahyono, menilai penerapan era kenormalan baru atau New Normal sudah dapat dilakukan di Kota Bogor. Sebab, penambahan pasien positif Covid-19 di Bogor sudah berada di bawah sepuluh kasus. ”Jadi Kota Bogor yang paling aman, pernah nol (kasus, red) dalam satu minggu. Kemudian naik lima atau di bawah sepuluh,” kata Miko dalam diskusi online bertajuk ‘New Normal Are You Ready?’, Sabtu (6/6). Miko yang mengaku menjadi bagian dalam tim ahli penanganan Covid-19 untuk Kota Bogor dan Kota Depok itu menilai jika penambahan kasus baru di kota tersebut masih di atas sepuluh orang maka belum aman untuk diterapkan New Normal. ”Jadi saya sarankan untuk dibuka bertahap. Jadi mulai dari paling aman, (aktivitas, red) pegawai negeri buka dulu,” tandasnya. (dtk/kom/ogi/b/rez/run)