Usaha tak pernah mengkhianati hasil. Perumpamaan itu menggambarkan perjuangan Hikmat, penyandang disabilitas tunadaksa dalam mengejar cinta. Di tengah kekurangannya, pria asal Sukabumi itu bisa memperjuangkan pasangan hidupnya hingga menikahi Fatul Hikmah. KISAHNYA ini viral di media sosial (medsos) Twitter. Di mana, kisah asmara Himat dengan perempuan asal Pekalongan, Jawa Tengah, itu menjadi kisah inspiratif bagi warganet. Hikmat dan Hikmah telah melangsungkan pernikahan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada Rabu (17/6). Keduanya saling mengenal sejak November 2019 melalui aplikasi pencarian jodoh. Saat mengajak menikah, Hikmat sempat mendapat penolakan dari pihak keluarga istrinya. Namun, ia tak putus asa hingga mendatangi rumah orang tua Hikmah. ”Kita nggak ada istilah pacaran, akhirnya bulan Desember mengajak nikah. Dia bilang awalnya nggak mau karena mau kuliah dulu,” kata Hikmat. ”Kalau kuliah dulu, aku pikir kelamaan. Akhirnya dia berubah pikiran dan minta izin dulu pada ibunya,” ucapnya. ”Setelah ibu dan bapaknya setuju, nggak ada keraguan, akhirnya kita menikah,” sambungnya. Hikmat yang berprofesi sebagai guru di SLB Batang itu mengaku mengalami banyak perubahan setelah menikahi Hikmah. Sang istri selalu menyiapkan segala kebutuhan khususnya hingga mengingatkan untuk beribadah. Ia pun bersyukur saat ini dirinya bisa merasakan tujuan hidupnya. ”Kehidupan setelah menikah banyak sekali perubahan. Sekarang kita sama-sama mengingatkan salat,” imbuhnya. ”Pagi-pagi baju saya disiapkan, saya dimasakin. Sebenarnya dia (istri, red) baru belajar masak,” tuturnya. ”Alhamdulillah saya merasakan indahnya pernikahan, lebih jelas tujuan hidup saya,” lanjut Hikmat. Ia juga mengaku bisa menjadi seorang suami sekaligus teman bagi sang istri. Sehingga tujuan keduanya menjadi pasangan hidup akan tercapai. ”Setiap hari saya sering diskusi bagaimana tujuan rumah tangga itu,” ungkapnya. ”Memang orientasi kita menjadi partner hidup, dan saya bisa menjadi seorang teman dan kadang jadi seorang bapak,” sambungnya. Ia menyebut Hikmah pun telah memahami kebutuhannya sebagai penyandang disabilitas tunadaksa. ”Meskipun kami baru kenal sebentar, dari bulan November sampai sekarang, tapi dia sudah tahu betul kebutuhan saya itu apa. Terutama kebutuhan saya itu apa,” katanya. ”Menyiapkan sarung tangan, menjaga berat badan saya, dia sangat perhatian,” tandas Hikmat. (tib/rez/run)