METROPOLITAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersama Kementerian Perhubungan sepakat bahwa layanan angkutan bus yang disediakan di Stasiun Bogor untuk penumpang KRL tidak selamanya gratis. Karena itu, bus tersebut menjadi layanan berbayar. ”Tadi saya bicara dengan Pak Dirjen, kita sepakat ini tidak bisa permanen. Tidak mungkin semua gratis, sudah ada survei warga bersedia membayar tiket,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Senin (20/7). Namun, harga tiket bus nantinya tidak akan lebih mahal atau minimal sama dengan tiket KRL. Karena itu, masih perlu ada pembahasan lebih lanjut untuk menentukan harga tiket dan hal teknis lainnya. ”Asal tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu jauh dengan kereta. Kita akan mempercepat itu, titik berangkatnya dari mana harga tiketnya berapa. Karena tidak mungkin selamanya gratis di sini,” ungkapnya. Bima menilai layanan bus di Stasiun Bogor menjadi solusi utama untuk mengurai kepadatan yang kerap terjadi setiap awal pekan. Selama belum ada opsi penambahan kapasitas penumpang dalam gerbong. ”Selama belum ditambah penumpang di gerbong, maka bus berbayar ini jadi solusi utama,” tegas Bima. Sejauh ini, Bima melihat kondisi antrean penumpang KRL di Stasiun Bogor kembali mengalami kepadatan. Namun, hal itu masih bisa terkendali dengan adanya layanan bus yang meskipun jumlahnya dikurangi. ”Tapi tetap relatif bisa terurai, waktu antrean di luar 20 menit di waktu padat. Di dalam juga setengah jam sampai 40 menit. Minggu lalu setengahnya nggak kepake ada 150 bus. Makanya sekarang turun (77 bus, red), kita lihat ini sangat cukup,” tutupnya. (dil/c/feb/run)