Satuan Tugas (Satgas) Sungai Citarum yang tergabung dalam Sektor 6 Citarum Harum membuat terobosan inovatif. Mereka mengolah limbah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kegiatan tersebut dilakukan demi mengembalikan fungsi Sungai Citarum. TIM Sektor 6 mengubah beragam limbah plastik menjadi bahan bakar siap guna. Ada beragam jenis bahan bakar yang mereka buat dari limbah sungai. Di Posko Sektor 6 Citarum Harum, Bojong Soang, Kabupaten Bandung. Terlihat sebuah tungku pembakar tersimpan dalam sebuah ruang khusus. Bila dilihat dari luar, terlihat cerobong asap khusus pembuangan sisa pembakaran plastik. Cerobong tersebut dimaksudkan untuk membuang racun yang dihasilkan dari pembakaran sampah. Di dalamnya tersimpan ruang khusus untuk mengolah plastik menjadi minyak tanah, solar dan bio solar, hasil olahan dari limbah. Kasi Penmedlek Pendam III/Siliwangi Mayor Kav Susanto mengatakan, alat tersebut merupakan pemberian langsung dari Kodam III Siliwangi sebagai solusi penguraian sampah. Mengingat jumlah sampah menumpuk di wilayah kerja Sektor 6 Sungai Citarum. ”Alat pembakar plastik ini diberikan Kodam III Siliwangi. Karena menurut beliau awalnya plastik banyak menumpuk di sini, sehingga memberikan alat ini ke Sektor 6 untuk mengolah sampah plastik menjadi beberapa jenis bahan bakar,” kata Susanto, beberapa waktu lalu. Menurut Mayor Susanto, cara pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar tersebut cukup sederhana. Mula-mula sampah plastik disortir untuk dipisahkan antara yang kering dengan basah. Setelah itu sampah ditimbang hingga menyentuh angka 15 hingga 20 kilogram. Lalu sampah tersebut dimasukkan dalam tungku pemasak. Pemasakan sampah memerlukan waktu sekitar tiga jam dengan panas suhu hingga menyentuh angka 300-360 derajat celsius. Sampah yang terbakar akan meleleh dan ditampung ke sebuah tangka sebagai bahan ekstrasi dari plastik. ”Sampah yang berasal dari subsektor-subsektor plastik tersebut kemudian dimasukkan dalam tungku hingga memenuhi ruang pembakaran, lalu ditutup hingga kedap udara. Biasanya sampah plastik yang dibakar juga ada yang berasal dari warga,” tuturnya. Sebelumnya pada 2019 lalu, Satgas Citarum melalui Sektor 2-nya juga pernah membuat terobosan. Mereka mengolah sampah plastik menjadi produk batako pengeras jalan setapak (pavling block, red). Saat itu bahan baku utama yang dipakai adalah plastik berjenis kantong kresek, yang dianggap memiliki daya tahan yang lebih kuat. Menurut Ashari, selaku petugas dari Satgas Citarum Sektor 2 menjelaskan, untuk membuat satu buah paving block hanya membutuhkan 1 kilogram limbah plastik kresek. Selanjutnya kantong kresek yang tidak memiliki nilai jual tersebut dilebur dengan cara dipanaskan hingga mencair. Setelah itu dicampurkan bahan baku pasir dalam sebuah mesin sebagai pemberat. Ia menambahkan, beberapa instansi di Bandung telah memanfaatkan produk paving block tersebut. Salah satunya pengerjaan di sekitar Gedung Pemkab Bandung. (mer/feb/run)