Senin, 22 Desember 2025

Gratiskan Wifi demi Siswa Belajar Daring

- Selasa, 4 Agustus 2020 | 10:58 WIB

Sungguh mulia perbuatan yang dilakukan Novi Nurtipratiwi (43). Warga Desa Sukamantri, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, itu dengan ikhlas memberikan wifi secara cuma-cuma kepada tetangganya. Itu dilakukan agar mereka masih bisa tetap sekolah dengan mengikuti belajar secara daring. Sekadar diketahui, pandemi Covid-19 mengharuskan pe­merintah mengambil sejum­lah kebijakan, di antaranya mengharuskan para siswa melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dari rumah dengan sistem daring. Namun KBM dengan sistem daring itu justru menimbul­kan persoalan bagi siswa yang tidak memiliki fasilitas alat komunikasi dan akses internet yang memadai untuk mendu­kung proses pembelajaran dengan jarak jauh atau dari rumah. Seperti yang dirasakan se­jumlah siswa TK dan SD di Desa Sukamantri. Mereka harus rela menumpang belajar di rumah tetangganya yang memiliki fasilitas akses inter­net. Setiap hari, belasan siswa belajar bersama di rumah sa­lah seorang warga yang me­miliki fasilitas wifi. Salah sa­tunya Mahesa (5) yang selalu datang setiap pagi bersama sang nenek, Nurhasanah (53). Dari belasan pelajar yang da­tang untuk belajar, Mahesa menjadi siswa yang berasal dari sekolah paling jauh. ”Sekolahnya jauh, cucu saya ini baru masuk sekolah. Pernah beberapa kali belajar di seko­lah, tapi akhirnya ditiadakan. Setelah semuanya daring, jujur kondisinya jadi berat,” kata Nurhasanah. Nurhasanah mengungkapkan, selama ini ia memberanikan diri untuk mengajak cucunya menumpang belajar di rumah tetangga. Pasalnya, ia tidak memiliki ponsel ataupun ja­ringan internet untuk mem­bantu cucunya belajar. Apa­bila tidak dipaksakan, ia kha­watir cucunya akan ketingga­lan pelajaran di masa sekolah pertamanya itu. Beruntung, pemilik rumah sangat terbuka dan banyak membantu sehingga sekolah daring cucunya tidak menemui kendala berarti. Apalagi pe­milik rumah diketahui secara sukarela mendaftarkan nomor ponselnya untuk bergabung dengan grup WhatsApp seko­lah Mahesa agar mempermu­dah komunikasi. ”Jadi nanti saya cari tahu dan kirim tugas Mahesa pakai no­mor itu (pemilik rumah, red). Begitu saja caranya setiap hari,” ucapnya. Walaupun bergantung pada tetangga, Nurhasanah merasa sangat terbantu di tengah kon­disi saat ini. Terlebih, belum ada sama sekali kunjungan dari pihak sekolah untuk me­lihat langsung kondisi siswa selama proses belajar jarak jauh. Selain itu, belum ada infor­masi lebih lanjut, berapa lama lagi belajar daring akan terus berlangsung. Sebagai salah satu orang tua siswa, Nurhas­anah mengaku terbebani dengan sistem yang harus diterapkan karena ia termasuk kurang mampu untuk me­menuhi tuntutan belajar di tengah pandemi saat ini. Sementara itu, pemilik rumah, Novi Nurtipratiwi, mengaku tidak merasa terbebani ataupun terganggu dengan kunjungan belasan siswa yang belajar di rumahnya. Ia malah merasa senang dan bersyukur karena bisa berbagi kepada mereka yang membutuhkan. ”Ini biar menjadi sedekah saja, ibadah. Karena melihat kondisi sekitar, banyak yang kurang mampu untuk bisa memenuhi keperluan belajar daring. (Mereka, red) Mau beli kuota saja tarik-tarikan sama uang jajan anak,” kata Novi. Novi menceritakan tidak sedikit orang tua yang pernah memberikan uang kepada Novi sebagai biaya penggan­tian kuota wifi. Namun, Novi langsung menolak dan me­minta agar uang tersebut lebih baik diberikan kepada anak-anak. Novi menambahkan, apa yang dilakukannya bersama sang suami dan anak itu tidak lain merupakan bentuk kepe­dulian atas kondisi yang ter­jadi. Selagi keluarganya bisa membantu karena mereka memiliki yang dibutuhkan para siswa, Novi dan keluarga dengan senang hati melaku­kannya. ”Bahkan kalau memang tidak bisa datang ke rumah, saya yang mendatangi rumah tetangga. Atau saya cegat me­reka yang butuh bantuan kuota,” pungkas Novi. (su/rez/ run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X