Masyarakat Indonesia harus berbangga hati. Dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil menemukan sebuah inovasi terbaru di bidang pertanian. Mereka berhasil merancang sebuah inovasi baru untuk mengendalikan traktor pembajak sawah dengan ponsel pintar atau jaalankan traktor pakai smartphone. HASIL inovasi tersebut datang dari otak brilian Kharisma Aji Satriya Tama dan Arib Fadhil Na’im. Keduanya merupakan mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi Teknik Elektro. Dedi Ary Prasetya, selaku dosen pembimbing, memaparkan alasan yang menjadi latar belakang kedua mahasiswanya memilih hal tersebut untuk diteliti lebih lanjut. Kondisi sumber daya alam yang ada di Indonesia adalah alasan utama dari kedua mahasiswa tersebut untuk menemukan sebuah teknologi terbaru. ”Temuan tersebut berawal dari model prototype atau minatur. Jadi di awal itu saya bersama mahasiswa bimbingan mencoba mengembangkan teknologi baru untuk memudahkan pekerjaan manusia yang kemudian memilih traktor,” kata Dedi. ”Traktor dipilih karena melihat bahwa Indonesia merupakan negara agraris sehingga traktor sangat dibutuhkan oleh para petani untuk mempermudah dalam pengerjaannya,” sambungnya. Saat di tengah penemuan inovasi tersebut, sang dosen pembimbing bersama Kharisma Aji Stariya Tama mencoba berpikir mengenai cara pengendalian traktor dengan jarak jauh tanpa adanya interaksi secara langsung. Keduanya pun akhirnya menemukan ide untuk menggunakan ponsel pintar, yang di mana memiliki banyak keuntungan seperti praktis serta banyak orang yang menggunakannya saat ini. Rupanya, penemuan tersebut berawal dari inisiasi atau proyek yang dijalankan Kharisma Aji Satriya. Ia membuat dalam bentuk traktor mini yang dikoneksikan dengan sebuah aplikasi. Penemuan tersebut lantas dilanjutkan teman satu angkatannya, Arib, yang bersedia mengembangkan penemuan ilmiah tersebut. Inovasi itu pun digodok selama lebih dari enam bulan atau satu semester tiap proyeknya. Ide itu pun diungkapkan sang dosen sempat terhenti lantaran tidak adanya mahasiswa yang bersedia melanjutkan penelitian tersebut. ”Jadi memang sempat berhenti karena belum ada yang mau ambil proyek lanjutan yang sudah digarap Kharisma Aji Satriya Tama. Karena memang untuk proyek lanjutan ini lebih kompleks karena praktik langsung menggunakan traktor sawah benaran, sampai pada akhirnya Arib Fadhil Na’im mengambilnya,” ujarnya. Arib Fadhil Na’im pun mengaku sedikit mengalami kendala saat berusaha menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan proyek brilian tersebut. (mer/rez/run)