METROPOLITAN - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) berencana mengoperasikan layanan bus gratis Bogor hingga akhir 2020. Keputusan itu diambil sebagai upaya menangani penumpukan penumpang KRL di Stasiun Bogor. Kepala BPTJ Polana Pramesti mengaku pihaknya tetap mempertahankan layanan bus gratis dengan tujuan mengakomodasi penumpang KRL yang memiliki kemampuan finansial terbatas. Namun, jumlah armada bus gratis akan dikurangi bertahap dari waktu ke waktu. ”Pengurangan bus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan dinamika kondisi yang terjadi di setiap saat,” kata Polana dalam keterangan tertulisnya, kemarin. Ia juga mengaku pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap penumpukan penumpang KRL di Stasiun Bogor akibat pandemi Covid-19 dan layanan bus gratis yang sudah tersedia sejak Mei 2020. Hasil evaluasi menunjukkan karakteristik masyarakat pengguna KRL cukup beragam, mulai dari kalangan status sosial ekonomi bawah hingga status sosial ekonomi menengah. Penumpang yang berasal dari status sosial ekonomi bawah memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sarana transportasi KRL karena harga tiket yang terjangkau bagi mereka. Sementara itu, ternyata terdapat juga pengguna KRL dari kalangan status sosial menengah yang mau dan mampu memanfaatkan layanan komuter selain KRL dengan harga tiket yang lebih tinggi, asal sesuai pelayanan yang diberikan. ”Kebijakan yang diambil harus mampu mengakomodasi kondisi dan kepentingan mereka semua. Sehingga pada masa pandemi ini jika terpaksa melakukan aktivitas, mereka dapat mengakses layanan transportasi yang memadai dengan penerapan protokol kesehatan,” ucap Polana. Selain tetap mempertahankan bus gratis, BPTJ juga meningkatkan layanan bus Jabodetabek Residence Connexion (JRC) di wilayah Bogor dan sekitarnya. Kebijakan itu ditujukan untuk mengakomodasi kelompok pengguna KRL yang memiliki kemampuan finansial lebih untuk memanfaatkan moda lain manakala mereka tidak terakomodasi KRL. Terakhir, BPTJ tengah meminta semua pemerintah kota atau kabupaten di Jabodetabek, tidak terkecuali Bogor, mengajukan skema subsidi kepada pemerintah pusat guna penataan angkot di wilayah masing-masing agar dapat terintegrasi dengan layanan Transjabodetabek. Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengaku sangat terbantu dengan kehadiran bus JRC. Namun, ia tak menampik jika transportasi ini belum bisa mengakomodasi seluruh kebutuhan transportasi masyarakat. ”Tentu adanya bus ini sangat membantu kami dalam menyediakan transportasi yang nyaman untuk masyarakat. Sangat membantu, tapi belum cukup,” kata Bima. Bima ingin ke depan konsep serupa juga bisa direalisasikan di enam kecamatan yang ada di Kota Bogor. Hal itu lantaran mobilitas masyarakat yang beraktivitas dari Bogor ke Jakarta cukup tinggi. ”Ke depannya kolaborasi ini harus terus bertambah lagi untuk membantu segmentasi penumpang lain, menambah titik-titik baru di kecamatan lain. Ini yang perlu kita matangkan nanti,” ucapnya. ”Ini bukan akhir, tapi ke depan pasti ada kolaborasi lagi. Kolaborasi tentunya mesti sejalan dan saling mendukung dengan kebijakan kita. Ini tentu tidak akan mengganggu kebijakan transportasi kita, karena ini bersifat lintas kota,” ujarnya. (kom/ogi/b/rez/run)