Klaster keluarga yang terinfeksi corona kembali mendominasi penambahan kasus baru di Kota Bogor. Teranyar, satu keluarga di Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat, terinfeksi virus asal Wuhan tersebut. Di klaster Semplak sebanyak 22 orang pun dinyatakan positif. DARI 22 orang yang terinfeksi itu 16 orang di antaranya merupakan warga Kota Bogor dan enam warga Kabupaten Bogor. Penyebarannya terjadi di salah satu keluarga usai menggelar tahlilan pada Sabtu hingga Jumat (8-14/7). Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kota Bogor, Dedie Rachim, menyebut lahirnya klaster keluarga Semplak itu dikarenakan adanya aktivitas keagamaan di salah satu rumah warga. ”Ada acara keagamaan awalnya sekitar beberapa minggu lalu. Keluarga kumpul. Setelah itu ada beberapa yang menunjukkan gejala dan di-swab hasilnya positif,” kata Dedie, Selasa (4/8). Salah seorang warga yang diduga menjadi carrier Covid-19 pun ternyata sudah berkontak dengan banyak orang, terhitung sejak Rabu hingga Minggu (8-26/7), di mana orang terduga carrier itu melakukan swab. Dari catatan tracing Tim GTPP Covid-19 Kota Bogor, terduga carrier itu sempat bekerja di wilayah Kecamatan Bogor Selatan dan bermain bola, sehingga menghasilkan kontak dengan lebih 30 orang. ”Dia juga merupakan warga Kabupaten Bogor yang mengikuti acara di Kota Bogor. Jadi ini salah satu imported case terbesar,” ucapnya. Secara garis besar, imported cases atau kasus penularan positif Covid-19 yang berasal dari luar Kota Bogor menjadi penyumbang terbesar di Kota Hujan. Tak heran jika Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menjadikan hal tersebut sebagai catatan. “Ini komposisi paling besar dan penyumbang kasus positif tertinggi atau terbanyak di kita,” jelasnya. Sebab, berdasarkan data dari Gugus Tugas Covid-19 Kota Bogor, jumlah total pasien positif Covid-19 di Kota Bogor per Selasa (4/8) mencapai 306 kasus. Dengan rincian 202 orang dinyatakan sembuh, 21 orang meninggal dan 83 orang lainnya masih dalam pengawasan dan penanganan. Untuk itu, Dedie meminta masyarakat yang hendak dan setelah pergi dari Kota Bogor agar melaporkan diri kepada RW Siaga Covid-19 setempat agar bisa dipantau dan diawasi demi meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Sementara itu, dari 22 orang yang dinyatakan positif Covid-19, 13 orang di antaranya harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor. Sisanya melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir, membenarkan hal tersebut. Mereka sebelumnya dijemput pihak RSUD menggunakan ambulans. ”Iya 13 orang terkonfirmasi positif dan dirawat di RSUD Kota Bogor,” katanya kepada Metropolitan.id, kemarin. Menurutnya, sejauh ini sudah ada 34 orang terkonfirmasi positif yang dirawat di RSUD Kota Bogor. Selain itu, sebanyak 56 Pasien Dalam Pemantauan (PDP) juga tengah menjalani masa isolasi di RSUD Kota Bogor. ”Jadi memang dalam dua pekan terakhir ini ada lonjakan positif yang cukup besar ya, terutama dari klaster keluarga. Nah, yang di Semplak ini salah satunya,” ujar Ilham. Terpisah, Lurah Semplak Denny mengatakan, penjemputan warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu terjadi pada Senin (3/8). Di mana ada delapan orang yang masih satu keluarga dibawa ke RSUD Kota Bogor. “Benar, tapi delapan orang (warga Semplak, red) yang dijemputnya,” katanya. Menurutnya, kedelapan orang yang dijemput itu terlihat sehat tanpa menunjukkan gejala Covid-19. Bahkan, sebelum dilakukan penjemputan, mereka masih tetap produktif di lingkungan sekitar. “Seperti biasa saja, nggak ada gejala,” ujarnya. Karena itu, sambung Denny, warga sekitar berinisiatif menutup akses ke beberapa wilayah. Di antaranya menuju Kampung Pilar, Swadaya dan Pangbat. Hal itu untuk meminimalisasi penyebaran virus corona. ”Lockdown itu inisiatif warga, hasil musyawarah. Hanya bambu saja yang dipasang agar nggak ada warga yang masuk,” imbuhnya seraya memastikan pihaknya tidak menginstruksikan penjagaan wilayah. “Kami juga sudah memerintahkan RT/RW setempat untuk mendeteksi siapa saja yang berkontak dengan delapan pasien tersebut,” sambung Denny. Di sisi lain, tambah Denny, sejauh ini di wilayah tersebut sudah ada 16 kasus yang terinfeksi virus corona. Di mana dua orang di antaranya sembuh, lima orang masih melakukan isolasi mandiri dan sembilan orang sedang diisolasi di rumah sakit kota. ”Setahu saya ada 16, soalnya belum dapat info lagi,” ujarnya. Di lain hal, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor kembali memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pra-Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Kota Bogor selama satu bulan ke depan, terhitung mulai Selasa hingga Kamis (4/8-3/9). Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, perpanjangan PSBB di masa pra-AKB dilakukan lantaran hingga kini jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Bogor terus bertambah. ”Situasi ini masih jauh dari kata aman. Jauh dari kata selesai. Sebab kasus positif Covid-19 terus bertambah,” kata Bima. Bima mengaku khawatir terus terjadi penambahan kasus positif. Untuk itu, ia meminta masyarakat menyadari pentingnya menjaga imunitas dan menerapkan protokol kesehatan. ”Saya membaca situasi saat ini sangat mengkhawatirkan. Kasus Covid naik akibat kesadaran menurun, disiplin menurun. Ini sangat berbahaya,” ucapnya. Berdasarkan laporan yang ia terima, tren penambahan kasus positif belakangan ini ada tiga kategori. Dari klaster keluarga, klaster perjalanan ke luar kota, penyebaran di kawasan perkantoran dan pusat perbelanjaan. ”Ini semua rata-rata terjadi karena ketidakpedulian mereka terhadap protokol kesehatan,” imbuhnya. Namun, untuk memutus rantai penyebaran dan penularan Covid-19 di Kota Bogor, pihaknya akan terus melakukan rapid dan swab test massal di semua sektor dan fasilitas publik. Mulai dari tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, terminal, stasiun, permukiman hingga sektor lainnya yang dinilai rentan menjadi lokasi penyebaran Covid-19. Tak hanya itu, pihaknya juga konsisten memperketat protokol kesehatan di ruang lingkup pemerintah daerah guna mencegah penyebaran virus pada Aparatur Sipil Negara (ASN). ”Saya sudah memerintahkan tak usah ada rapat. Kalau mendesak dan diperlukan tatap muka, pertemuan diadakan maksimal 30 menit dan jumlahnya tidak boleh banyak-banyak,” tegasnya. Bima juga mengaku akan memperketat dan membatasi ASN melakukan perjalanan maupun kunjungan dinas ke luar kota pada masa PSBB pra-AKB tahap dua ini. Tetapi apabila yang pulang dinas dari wilayah zona merah maka harus dilakukan pemeriksaan swab. ”Kita akan terbitkan petunjuk teknisnya. Siapa saja yang keluar kota harus lapor. Tidak ada perjalanan dinas, semua akan kita batasi dan perketat,” tandasnya. (cr1/dil/d/rez/run)