Minggu, 21 Desember 2025

One Way Masih Jadi Andalan sejak 1985

- Jumat, 28 Agustus 2020 | 11:00 WIB

METROPOLITAN - Penataan kawasan Puncak yang dilakukan pemerintah pusat sejak 2019 belum juga membuahkan hasil. Meski sudah dilakukan pele­baran jalan, mulai Simpang Gadog-Gunungmas, kawasan Puncak masih lang­ganan macet. Tak hanya itu, sistem Kanalisasi 2:1 yang pernah diuji coba Pemerintah Kabu­paten (Pemkab) Bogor bersama jajaran Satlantas Polres Bogor juga gagal dite­rapkan. Kasatlantas Polres Bogor AKP Fitra Zuanda mengatakan, untuk rekayasa jalur 2:1 yang pernah diberlakukan pada akhir 2019 dinilai tidak efektif. ”Itu nggak efektif, karena menimbulkan hambatan baru,” ujarnya. ­ Untuk itu, sistem one way yang telah diberlakukan sejak 1985 akan tetap digunakan. “Sementara baru itu yang dianggap cukup efektif men­gurai kemacetan,” katanya. Jika dilihat dari sejarahnya, awalnya sistem one way ha­nya berlaku dari Simpang Taman Safari sampai Simpang Pasar Cisarua. Namun, jaraknya kembali diperpan­jang hingga Simpang Gadog. Tak sampai di situ, jarak sistem one way di Jalur Pun­cak kembali diperpanjang sampai Simpang Gadog ke kawasan Puncak Pass. Fitria mengaku kemacetan yang terjadi di kawasan Pun­cak sempat membuatnya kewalahan. Sampai-sampai pihaknya menambah jumlah personel penjagaan menjadi 250 personel. ”Untuk petugas sekarang ada penebalan. Kita antisi­pasi seperti kepadatan week­end kemarin. Jadi jumlah anggota yang diturunkan bersama dinas terkait sekitar 250 petugas, bertugas dari pagi sampai sore atau malam jelang penormalan,”beber Fitra. Data yang dihimpun selama dua pekan terakhir, sejak 14- 16 Agustus 2020, peningkatan volume kendaraan mencapai 44 persen dari angka jumlah normal. Puncaknya terjadi pada Sabtu malam hingga Minggu (15-16/8), di mana kemacetan terjadi hingga sekitar delapan jam lebih. Sementara untuk akhir pe­kan ini mulai 20-23 Agustus, volume kendaraan tak be­gitu meningkat signifikan. ”Kalau akhir pekan ini cen­derung menurun. Kalau se­karang 10 sampai 20 persen. Untuk jumlah kendaraan, kita tidak bisa memastikan. Karena kendaraan yang kelu­ar dari GT Ciawi itu belum tentu semuanya ke Puncak,” katanya, Minggu (23/8). Berdasarkan data yang di­peroleh Metropolitan dari Pos GT Ciawi, untuk kendaraan yang keluar GT Ciawi pada 20 Agustus mencapai 37.646 kendaraan. Lalu untuk 21 Agustus, kendaraan yang melintas mencapai 37.279 kendaraan. Sementara pada 22 Agustus, kendaraan yang melintas mencapai 37.008. Fitra menyebut ada banyak faktor yang membuat Jalur Puncak kerap terjadi kema­cetan pada hari libur. Se­perti adanya penyempitan jalan di beberapa titik, se­perti di kawasan Pasir mun­cang, Gadog. Lalu banyaknya persimpangan, kondisi jalan menanjak dan juga banyaknya objek wisata di kawasan Pun­cak. Selain itu, banyak juga pengendara yang melakukan pelambungan ketika sedang macet. Beberapa titik yang menjadi titik rawan kemace­tan antara lain di Pasirmun­cang, Simpang Megamendung, Restoran Cimory Riverside, Pasar Cisarua, TSI Cisarua hingga Masjid At-Ta’awun. Mengenai rencana proyek Jalur Puncak 2 yang digagas pemerintah, pihak Satlantas Polres Bogor belum mengikuti perkembangan lebih lanjut. Fitra mengaku hingga kini be­lum ada rapat koordinasi la­njutan dengan pihak terkait. ”Saat ini saya belum bisa me­nyampaikan ini karena belum ada rapat koordinasi lagi. Perlu dikaji lagi (efektivitas atasi kemacetan, red). Jadi saya belum bisa ambil pernyataan,” tegasnya. (cr3/d/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X