Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK) yang diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sejak 29 Agustus 2020 belum berdampak pada penurunan jumlah kasus pasien positif. Tak ayal, aktivitas warga yang berada di zona merah pun dibatasi dan diawasi petugas. TERCATAT, sampai Rabu (2/9), jumlah pasien positif baru bertambah sebelas orang. Sehingga total jumlah pasien positif di Kota Bogor mencapai 666 orang. Mereka tersebar di 116 RW yang ada di 50 kelurahan se-Kota Bogor. Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, melihat tren kenaikan jumlah kasus di Kota Bogor, pihaknya terpaksa membatasi ruang gerak warga. Khususnya yang berada di RW zona merah. “Jadi (RW-RW yang masuk zona merah, red) harus melakukan pembatasan orang keluar-masuk (wara-wiri, red). Orang-orang yang dari maupun ke RW masing-masing, terutama RW zona merah,”tegasnya. Warga di 116 RW zona merah itu dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengumpulkan massa dalam jumlah banyak. Seperti resepsi pernikahan, pengajian kolektif dan kegiatan lainnya yang mengundang kerumunan. “Dibatasi kalau di zona merah, tidak boleh menggelar kegiatan yang mengumpulkan banyak massa. Selain itu, pergerakan masyarakat diawasi RW Siaga. Terdiri dari pengurus RW, tim detektif Covid dan aparatur pemerintah tingkat kelurahan,” katanya. Ia juga meminta RW-RW yang masuk zona merah melakukan pendataan kepada warganya. Penyemprotan disinfektan juga harus dilakukan. Lalu bantuan logistik akan diberikan kepada keluarga terdampak Covid-19. Dedie juga menyebut Kota Bogor masuk zona merah penyebaran Covid-19, sehingga pembatasan operasional sejumlah tempat publik pun diterapkan. ”Toko, mal, plaza, kafe, restoran sampai jam 18:00 WIB. Nah, terus masih diperkenankan untuk delivery dan take away sampai pukul 21:00 WIB, termasuk juga operasional PKL (Pedagang Kaki Lima, red) dan sejenisnya,” imbuhnya. Ia pun menegaskan kebijakan ini bukanlah pembatasan jam malam. Dedie menyebut sanksi menanti untuk masyarakat yang melanggar pembatasan waktu operasional. ”Kan sudah kita umumkan, sanksi antara Rp500 ribu untuk yang melanggar, sampai Rp10 juta. Kenapa diinikan (pembatasan operasional, red)? Kita mencari titik keseimbangan antara mereka yang selama ini belum mau memahami, belum mau mengerti tentang bahayanya Covid ini kan? Itu yang pertama,”jelasnya. Salah satu wilayah yang masuk zona merah yakni RW 01, Tegallega. Ketua RW 01, Kelurahan Tegallega, Makmur, mengaku pihaknya kini mengintensifkan peran RW Siaga untuk memantau aktivitas warga. “Kami coba sosialisasikan ke warga agar mereka bisa punya kesadaran. Termasuk dalam hal penggunaan masker,” katanya. Sementara itu, Bhabinkamtibmas Kelurahan Tegallega Bripka Mahrup mengaku pihaknya juga membantu RW Siaga dalam mendata warga yang memiliki aktivitas di luar kota. “Ini penting demi keamanan, kenyamanan dan tentunya membantu menekan penyebaran virus corona,” ujarnya. Berdasarkan data harian Gugus Tugas Covid-19 Kota Bogor per Rabu (2/9), terjadi penambahan sebelas kasus positif baru di wilayah tersebut. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, atas penambahan kasus itu maka jumlah keseluruhan pasien yang terkonfirmasi positif di Kota Bogor mencapai 666 orang. ”Hari ini bertambah sebelas kasus (positif, red) baru, sehingga total seluruh pasien yang sudah terkonfirmasi ada 666 orang,”beber Retno, Rabu (2/9). Ia menambahkan, untuk pasien yang dinyatakan sembuh pada Rabu (2/9) juga bertambah. Tercatat ada tujuh penambahan kasus sembuh. Sementara untuk kasus meninggal dunia masih tetap dengan 32 kasus. ”Total pasien sembuh sampai hari ini (kemarin, red) ada 394 orang,”jelasnya. Retno mengaku Dinkes Kota Bogor akan terus menggencarkan tes usap (swab test) per harinya untuk melacak kasus penyebaran Covid. Sampai saat ini, lanjutnya, sudah ada 11.377 warga yang telah di-swab. ”Jumlah tes swab yang kita lakukan sudah melebihi dari standar WHO (organisasi kesehatan dunia, red). Tapi kita akan terus gencarkan ini. Artinya, jumlah kasus meningkat karena tes swab-nya juga tinggi. Ini upaya kita untuk mendeteksi sedini mungkin penyebaran Covid,” tutupnya. (dil/cr1/d/feb/run)