Mengalami kekurangan bukan berarti tidak produktif. Hal itu ditunjukkan Tirta Prayudha. Pendiri Big Alpha itu masih semangat membantu orang meski menderita penyakit langka atau Guillain Barre Syndrome (GBS). AWAL Juni 2016 merupakan perjalanan berat bagi Tirta Prayudha. Penyakit GBS dengan rasio penderita 1:100.000 itu membuat saraf sensorik dan motoriknya separuh lumpuh seketika. Namun, hal itu tidak menghentikan Tirta untuk berkarya. Di tengah kondisi dan keterbatasannya, salah satu inspirasi terbesarnya untuk terus berjuang dan semangat adalah tidak ingin melihat dan membuat orang lain susah karena kondisi dirinya. “Saya bukan tipe orang yang kaya terinspirasi dari siapa gitu. Tapi saya nggak mau liat orang lain susah saja karena saya. Karena pada akhirnya mereka punya kesibukan dan kehidupannya masing-masing. Jadi itu yang menginspirasi saya untuk semangat,” kata Tirta. Menurutnya, menulis merupakan platform yang tepat untuk ditekuni untuk berbagi kepada orang-orang terhadap penyakit GBS yang dideritanya serta pengetahuannya mengenai asuransi kesehatan, terutama untuk yang sedang berjuang menghadapi penyakit yang langka. “Karena saya ngerasa saya punya reach yang cukup besar, dan setidaknya bisa membantu meningkatkan kesadaran orang terhadap GBS. Saya banyak dapat cerita di grup WA survivor GBS di mana mereka harus dirujuk dulu ke RS yang lebih besar untuk mendapatkan perawatan,” ucapnya. “Padahal, perawatan yang cepat adalah salah satu kunci untuk bisa mengobati GBS dengan cepat, Dan supaya, orang yang memegang kepentingan juga bisa aware ada panyakit ini. Sehingga pas klaim asuransi atau BPJS, penyakit ini tetap bisa dikaver,” sambungnya. Perubahan rutinitas dan aktivitas pun terjadi pada dirinya. Menurutnya, dari pada berlarut dengan kesedihan, ia lebih memilih untuk fokus terhadap progress yang terjadi pada dirinya selama melalui proses pemulihan. Selama masa istirahat, ia mengisi waktunya untuk belajar menggerakkan jari, kaki, dan lututnya. Ia juga belajar berjalan dengan bantuan walker. Ia juga rutin ke fisioterapis untuk mengembalikan sensorik dan motorik tubuhnya agar otot-ototnya tidak mengecil. Untuk diketahui, berdiri di awal 2018 melalui Twitter, Big Alpha Indonesia hanya sekadar berbagi informasi soal pasar modal secara daring. Namun, Tirta Prayudha dan timnya terus tumbuh dan diisi dengan orang-orang yang berpengalaman di berbagai bidang dan memiliki kemampuan analisis keuangan seperti dirinya. Ini yang jadi alasan Big Alpha Indonesia mengambil langkah ekspansi. Dari keresahannya terhadap rendahnya pengetahuan keuangan masyarakat Indonesia, ia mengambil langkah awal dengan menulis dan menganalisis emiten saham yang sudah diinvestasikannya. Selain itu, ia juga mengamati tren di Twitter hingga muncul ide untuk mendirikan startup penyedia informasi keuangan. Menurutnya, keuangan pribadi sudah menjadi pengetahuan mutlak yang seharusnya diketahui semua orang. (lip/rez/run)