Senin, 22 Desember 2025

Evakuasi Korban Telantar Idap HIV sampai Nyaris Dibacok

- Senin, 12 Oktober 2020 | 14:48 WIB
FOTO: SANDIKA/METROPOLITAN
FOTO: SANDIKA/METROPOLITAN

Hari Kesehatan Mental Dunia yang jatuh pada 10 Oktober jadi hari berkesan bagi Asep Suhana. Betapa tidak, selama lebih dari sepuluh tahun, Asep bertugas membantu Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan orang telantar di wilayah Bojonggede, Kabupaten Bogor. ASEP merupakan petugas Tenaga Kesejahte­raan Sosial Kecamatan (TKSK) di wilayah Bojong­gede. Dalam perjalanannya banyak cerita yang terukir ketika Asep turun ke warga membantu para ODGJ. Bahkan, selama pandemi ini, ada 20 ODGJ yang ditanganinya di wilayah Bojonggede. ”Mereka ODGJ itu kebanyakan telantar dan kita nggak tahu asal-usulnya. Kalau seperti itu, kita koordinasi dengan banyak pihak, dengan puskesmas, bhabinkamtibmas, baninsa. Lalu dibawa ke RS Marzuki Mahdi atau kita bawa ke rumah singgah dulu di BKS (Balai Ke­sejahteraan Sosial, red) di Ci­teureup,” katanya kepada Met­ropolitan.id.­ Ia menyebut selama ini ODGJ yang ditangani dise­babkan karena faktor eko­nomi dan putus cinta. Se­perti yang terjadi kepada seorang warga Desa Kedung­waringin. Saat itu ia mendapat laporan dari puskesmas bahwa ada salah seorang warga yang menderita gangguan jiwa. ”Ada cewek, dia lulusan S1 dan kerjaannya sudah bagus. Dia depresi karena putus cinta. Jadi awalnya dia sudah mulai lupa kamarnya di ma­na. Salah masuk kamar man­di, lalu nggak keluar-keluar. Akhirnya gangguan jiwa. Kondisi kayak gitu sudah ber­jalan lima tahun,” tutur Asep. Ada lagi cerita ketika dirinya menangani remaja berkebu­tuhan khusus yang dikurung selama 18 tahun di kamar. Ketika itu, remaja tersebut sempat dibawa ke RS Mar­zuki Mahdi dan kondisinya sempat membaik. ”Jadi bocah itu seperti hi­peraktif. Umur sepuluh tahun sudah mulai meresahkan, makanya dikurung oleh kelu­arga namun kondisinya mem­prihatinkan. Nahas, pas dia sudah sembuh terus dibolehin keluar, dia malah meninggal tenggelam di danau,” kata Asep. Tak jarang Asep berhadapan dengan ODGJ yang mengamuk dan membawa senjata tajam. Namun dengan tenang, ia bisa mengatasinya. Seperti saat mengevakuasi ODGJ yang mengamuk sambil membawa parang. Agar tak membahayakan, ia sempat memukul parang di tangan ODGJ tersebut hingga terjatuh lalu diamankan ke mobil ambulans. ”Pas di mo­bil, dia tenang. Cuma pas dicek, ternyata masih ada pisau di celananya. Orang-orang bilang dia memang suka ngarit rumput,” ucapnya. lagi cerita yang cukup mem­buatnya miris. Yakni ketika menangani orang telantar yang kondisinya sudah memburuk di sebuah desa di Bojonggede. Awalnya ia mendapat kabar dari puskesmas bahwa ada orang telantar yang sudah kritis. ”Saat dikasih tahu orang puskesmas, ternyata dia HIV, dan nggak diurus sama kelu­arga. Saat Itu saya merasa miris,” terangnya. Meski banyak cerita duka, Asep bangga dengan peker­jaannya sebagai TKSK. Sebab, ia mengaku bisa membantu orang yang belum tentu mau dikerjakan orang lain. Selain itu, jaringan pertemanannya pun menjadi luas seiring ber­jalannya waktu. Sebab, selama ini ia kerap bersentuhan langs­ung dengan masyarakat. Selain membantu ODGJ dan orang telantar, Asep juga ber­tugas mendata orang-orang yang tidak mampu di Keca­matan Bojonggede. Ia bertu­gas memvalidasi dan verifi­kasi data warga miskin dan berhak mendapatkan ban­tuan. Apalagi di tengah pandemi ini, banyak program bantuan dari pemerintah pusat, pro­vinsi hingga daerah yang dilakukan. Sehingga ia ber­tugas mengawal agar bantu­an-bantuan tersebut sampai tepat sasaran kepada orang yang membutuhkan. Ada satu cita-cita Asep yang belum terwujud, yakni ingin membuat rumah singgah bagi ODGJ dan orang-orang telantar. Sebab, selama ini ia kerap kesulitan bila mengurus ODGJ atau orang telantar yang tak jelas asal-usulnya. ”Yang paling mengesankan itu ketika susahnya menanga­ni ODGJ. Apalagi dia telantar. Kita nggak tahu asalnya dari mana, dan bingung mau di­bawa ke mana. Kita harus ko­ordinasi dulu, sedangkan kita hanya ada rumah transit BKS di Citeureup. Makanya saya punya cita-cita ingin punya rumah singgah, jadi orang te­lantar bisa tinggal di situ dulu sebelum dijemput keluarga,” pungkas Asep. (cr3/c/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X