Senin, 22 Desember 2025

Positif Dan Kematian Meningkat Di Tengah PPKM, Sehari 187 Orang Tumbang dan Puluhan Berpulang

- Selasa, 26 Januari 2021 | 10:08 WIB

Penyebaran Covid-19 di Bogor masih mengkhawatirkan. Meski pemerintah sudah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa- Bali, angka penyebaran kasus baru dan korban meninggal dunia masih tergolong tinggi. TERBUKTI, berdasarkan hasil evaluasi PPKM jilid I yang selesai pada Senin (25/1), Ka­bupaten dan Kota Bogor ma­sih mencatatkan tambahan kasus baru yang tergolong tinggi. Dengan rincian, sejak kebijakan ini berlaku pada Senin (11/1), terjadi penam­bahan 1.210 kasus baru di Kabupaten Bogor. Kemudian rata-rata per hari orang terpa­par Covid-19 ada 95 kasus dan meninggal dunia 12 kasus (4 positif dan 8 probable Covid). Sementara itu, jumlah kasus kesembuhan pasien menga­lami peningkatan. Jika dihitung keseluruhan, jumlah pasien sembuh mencapai 1.537 kasus. Lebih tinggi 327 kasus ke­timbang kasus penampilan positif Covid-19 di Kabupaten Bogor selama PPKM. Ketua Satgas Covid-19 Ka­bupaten Bogor Ade Yasin mengatakan, jika dihitung keseluruhan, sejak awal pan­demi Covid-19 melanda, se­banyak 7.279 warga Kabupaten Bogor terkonfirmasi positif Covid-19. ”Dengan rincian 6.536 pasien Covid-19 dinyatakan sembuh, 79 pasien meninggal dunia, enam pasien pindah alamat ke luar Bogor dan 676 pasien masih dalam penanganan tim medis,” katanya dalam kete­rangan tertulis yang diterima Metropolitan. Untuk kasus probable, sam­bung Ade, ada sekitar 413 kasus. Dengan rincian 137 selesai penanganan, 271 ka­sus meninggal dunia, semen­tara lima kasus lainnya masih dalam pemantauan. ”Kalau untuk kasus suspek jumlah­nya ada 7.000 kasus. (Seba­nyak, red) 6.708 sudah sele­sai, sementara 292 sisanya masih dalam pemantauan,” bebernya. Dengan data tersebut, orang nomor satu di Kabupaten Bo­gor itu meminta masyarakat menerapkan protokol kese­hatan (prokes) dalam menja­lani aktivitas dan berkegiatan sehari-hari. ”Jangan lupa kami mengimbau masyarakat agar memakai maskernya, mencuci tangan, gunakan handsaniti­zer, dan selalu terapkan jaga jarak,” imbaunya. Sementara itu, tak jauh ber­beda dengan tetangganya. Selama kebijakan PPKM di­terapkan, di Kota Bogor ter­jadi penambahan sebanyak 1.291 kasus baru. Kemudian rata-rata per hari orang ter­papar ada 92 kasus dan me­ninggal dunia lima kasus, dua positif dan tiga probable Co­vid-19. Wakil Ketua Satgas Covid-19 Kota Bogor Dedie A Rachim mengakui selama dua pekan PPKM diterapkan, jumlah penambahan pasien baru ber­tambah hingga 1.291 kasus. Bahkan, penambahan harian di Kota Bogor juga sempat mencapai pada titik tertinggi. Di mana dalam sehari terkon­firmasi ada 120 kasus positif Covid-19. Namun, Dedie menilai dengan penerapan PPKM ini salah satu upaya untuk mencegah penularan lebih luas berhasil dilakukan. Sebab, berdasarkan prediksi pakar epidemiologi tahun lalu, kasus positif di Kota Bogor pada 2021 ini akan menyentuh 70.000 kasus ter­konfirmasi positif. ”Prediksi kasus bila tanpa PPKM justru di atas angka sekarang,” ujar Dedie kepada Metropolitan. id, Senin (25/1). Sehingga berdasarkan cata­tan Satgas Covid-19 Kota Bo­gor, bebernya, total kasus terkonfirmasi positif ada 7.507 orang. Dengan rincian 1.427 orang dinyatakan masih sakit, 5.931 orang dinyatakan sudah sembuh, dan 149 orang me­ninggal dunia. Di sisi lain, jelas Dedie, dari banyaknya kasus positif Co­vid-19 di Kota Bogor, klaster keluarga masih menjadi peny­umbang kasus positif Covid-19 terbanyak. ”Penambahan kasus terbanyak masih di klas­ter keluarga. Karena bisa jadi mereka yang melakukan iso­lasi mandiri di rumah, kon­disi kediaman kurang mema­dai. Atau masih belum disiplin­nya anggota keluarga sehing­ga terpapar di rumah,” ungkap Dedie. Karena itu, Dedie menutur­kan, untuk menekan angka penularan dari klaster kelu­arga, Pemerintah Kota (Pem­kot) Bogor masih mencari hotel untuk dijadikan tempat isolasi bagi pasien Orang Tanpa Gejala (OTG). Meski sudah membangun pembicaraan dengan pihak hotel melalui Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, ia menga­ku masih ada pertimbangan khusus untuk menunjuk hotel sebagai tempat isolasi pasien Covid-19. ”Semua hotel sudah komu­nikasi lewat PHRI. Tapi per­masalahannya itu banyak, terkait manajemen gedung, sirkulasi udara, tenaga pe­layan, kitchen, dan pengelo­laan limbah medis. Sehingga perlu pertimbangan-per­timbangan khusus,” pungkas­nya. (ogi/dil/d/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X