Penyebaran Covid-19 di Bogor masih mengkhawatirkan. Meski pemerintah sudah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa- Bali, angka penyebaran kasus baru dan korban meninggal dunia masih tergolong tinggi. TERBUKTI, berdasarkan hasil evaluasi PPKM jilid I yang selesai pada Senin (25/1), Kabupaten dan Kota Bogor masih mencatatkan tambahan kasus baru yang tergolong tinggi. Dengan rincian, sejak kebijakan ini berlaku pada Senin (11/1), terjadi penambahan 1.210 kasus baru di Kabupaten Bogor. Kemudian rata-rata per hari orang terpapar Covid-19 ada 95 kasus dan meninggal dunia 12 kasus (4 positif dan 8 probable Covid). Sementara itu, jumlah kasus kesembuhan pasien mengalami peningkatan. Jika dihitung keseluruhan, jumlah pasien sembuh mencapai 1.537 kasus. Lebih tinggi 327 kasus ketimbang kasus penampilan positif Covid-19 di Kabupaten Bogor selama PPKM. Ketua Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor Ade Yasin mengatakan, jika dihitung keseluruhan, sejak awal pandemi Covid-19 melanda, sebanyak 7.279 warga Kabupaten Bogor terkonfirmasi positif Covid-19. ”Dengan rincian 6.536 pasien Covid-19 dinyatakan sembuh, 79 pasien meninggal dunia, enam pasien pindah alamat ke luar Bogor dan 676 pasien masih dalam penanganan tim medis,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Metropolitan. Untuk kasus probable, sambung Ade, ada sekitar 413 kasus. Dengan rincian 137 selesai penanganan, 271 kasus meninggal dunia, sementara lima kasus lainnya masih dalam pemantauan. ”Kalau untuk kasus suspek jumlahnya ada 7.000 kasus. (Sebanyak, red) 6.708 sudah selesai, sementara 292 sisanya masih dalam pemantauan,” bebernya. Dengan data tersebut, orang nomor satu di Kabupaten Bogor itu meminta masyarakat menerapkan protokol kesehatan (prokes) dalam menjalani aktivitas dan berkegiatan sehari-hari. ”Jangan lupa kami mengimbau masyarakat agar memakai maskernya, mencuci tangan, gunakan handsanitizer, dan selalu terapkan jaga jarak,” imbaunya. Sementara itu, tak jauh berbeda dengan tetangganya. Selama kebijakan PPKM diterapkan, di Kota Bogor terjadi penambahan sebanyak 1.291 kasus baru. Kemudian rata-rata per hari orang terpapar ada 92 kasus dan meninggal dunia lima kasus, dua positif dan tiga probable Covid-19. Wakil Ketua Satgas Covid-19 Kota Bogor Dedie A Rachim mengakui selama dua pekan PPKM diterapkan, jumlah penambahan pasien baru bertambah hingga 1.291 kasus. Bahkan, penambahan harian di Kota Bogor juga sempat mencapai pada titik tertinggi. Di mana dalam sehari terkonfirmasi ada 120 kasus positif Covid-19. Namun, Dedie menilai dengan penerapan PPKM ini salah satu upaya untuk mencegah penularan lebih luas berhasil dilakukan. Sebab, berdasarkan prediksi pakar epidemiologi tahun lalu, kasus positif di Kota Bogor pada 2021 ini akan menyentuh 70.000 kasus terkonfirmasi positif. ”Prediksi kasus bila tanpa PPKM justru di atas angka sekarang,” ujar Dedie kepada Metropolitan. id, Senin (25/1). Sehingga berdasarkan catatan Satgas Covid-19 Kota Bogor, bebernya, total kasus terkonfirmasi positif ada 7.507 orang. Dengan rincian 1.427 orang dinyatakan masih sakit, 5.931 orang dinyatakan sudah sembuh, dan 149 orang meninggal dunia. Di sisi lain, jelas Dedie, dari banyaknya kasus positif Covid-19 di Kota Bogor, klaster keluarga masih menjadi penyumbang kasus positif Covid-19 terbanyak. ”Penambahan kasus terbanyak masih di klaster keluarga. Karena bisa jadi mereka yang melakukan isolasi mandiri di rumah, kondisi kediaman kurang memadai. Atau masih belum disiplinnya anggota keluarga sehingga terpapar di rumah,” ungkap Dedie. Karena itu, Dedie menuturkan, untuk menekan angka penularan dari klaster keluarga, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor masih mencari hotel untuk dijadikan tempat isolasi bagi pasien Orang Tanpa Gejala (OTG). Meski sudah membangun pembicaraan dengan pihak hotel melalui Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, ia mengaku masih ada pertimbangan khusus untuk menunjuk hotel sebagai tempat isolasi pasien Covid-19. ”Semua hotel sudah komunikasi lewat PHRI. Tapi permasalahannya itu banyak, terkait manajemen gedung, sirkulasi udara, tenaga pelayan, kitchen, dan pengelolaan limbah medis. Sehingga perlu pertimbangan-pertimbangan khusus,” pungkasnya. (ogi/dil/d/rez/run)