METROPOLITAN - Belakangan ini pengendara roda empat atau lebih dihantui rasa cemas dan gelisah. Sebab, banyak remaja tanggung kerap berlarian menghadang ke tengah jalan demi mendapatkan tumpangan dari pengemudi. Konyolnya, cara yang digunakan para remaja tanggung dalam menghentikan kendaraan yang sedang melaju pun tergolong ekstrem. Tanpa rasa takut, mereka berlari ke tengah jalan untuk menghadang laju kendaraan. Bahkan, ada juga dari mereka yang sengaja duduk sampai telentang di tengah jalan demi kendaraan berhenti dan memberikan tumpangan. Akibat tingkah konyol remaja tanggung itu, belum lama ini remaja berusia 16 tahun berinisial RAM, tewas dihantam truk di Jalan Raya Narogong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Rabu (17/2). Warga Perum Griya Setu Permai, Kabupaten Bekasi, itu tertabrak saat hendak menghadang truk untuk meminta tumpangan bersama teman-temannya. Kanit Laka Polres Bogor Ipda Yatmo menilai sudah seharusnya pihak kepolisian melalui Pendidikan Masyarakat Lalu Lintas (Dikmas Lantas) memberikan edukasi kepada para pelajar. Sebab, aksi nekat para remaja tanggung dalam menghadang laju kendaraan tidak hanya terjadi kali ini saja. Bahkan, kejadian serupa juga hampir terjadi merata di seluruh wilayah di Kabupaten Bogor. ”Sudah seharusnya polisi kembali menggalakkan sosialisasi ke sekolah-sekolah melalui Dikmas Lantas. Memberikan pemahaman dan pengarahan tentang bahayanya tindakan-tindakan tersebut,” katanya, Kamis (18/2). Hal tersebut dinilai perlu dilakukan agar para pelajar dan remaja mengerti. ”Potensi ini dan itunya harus kita jelaskan agar pelajar mengerti. Ini harus disampaikan Dikmas Lantas untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada pelajar dan remaja,” ujarnya. Berdasarkan pengalamannya, rata-rata remaja dan pelajar melakukan hal tersebut agar terlihat keren lantaran memberhentikan kendaraan yang sedang melaju. ”Ada yang bilang biar terlihat keren, ada yang bilang karena iseng. Pokoknya alasannya aneh-aneh,” akunya. Biasanya, peristiwa yang lebih dikenal di kalangan remaja dengan istilah BM itu sering terjadi di hampir semu tempat. Tidak hanya jalan protokol, jalan desa pun mereka kerap melakukan hal tersebut. ”Kalau berbicara lokasi, hampir di semua tempat. Mulai dari jalan kampung, jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi, jalan nasional, sampai ke setiap persimpangan pasti ada,” bebernya. Jika kejadian tersebut menelan korban jiwa, sambung Yatmo, penanganan hukumnya pun sedikit berbeda, dan tergantung dengan kondisi pada saat peristiwa terjadi. Sementara itu, Sekretaris Komisioner Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bogor Erwin Suriana mengatakan, fenomena tersebut dinilai merupakan salah satu contoh dari kenakalan remaja saat ini. Munculnya kejadian ini dirasa lantaran lemahnya pengawasan di jalan raya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, seharusnya pemerintah daerah hingga wilayah, melakukan pengawasan dengan cara memperketat titik-titik yang dinilai berpotensi menimbulkan kejadian tersebut. Termasuk peran aktif masyarakat untuk melaporkan. Erwin menilai untuk mencegah hal ini terjadi setidaknya semua pihak harus terlibat di dalamnya. Mulai dari unsur pemerintah wilayah hingga pemerintah daerah. Bahkan, Satgas Pelajar juga harus berperan aktif. ”Aparatur wilayah dan masyarakat harus berperan aktif, minimal mengawal titik rawan di wilayah masing-masing. Masyarakat juga harus berani membubarkan kalau ada kejadian seperti ini,” tutupnya. (ogi/c/rez/run)