METROPOLITAN - Di balik penasaran warga akan Jembatan Riung Gunung, Vila Soekarno, sering dikaitkan dengan aura mistis. Bahkan, tak sedikit warga yang mengaku merasakan hingga pernah mengalami gangguan negatif saat melintas di area vila tersebut. Seperti yang diungkapkan Asep (26), pengendara yang ditemui di sekitar Jalan Raya Puncak. Ia mengaku pernah mengalami gangguan mistis saat melintas di Jalan Raya Puncak menuju Jakarta setelah mengunjungi saudaranya di Lembang. Saat itu, ketika ia sudah melintasi Masjid Atta’Awun di kawasan Puncak pada pukul 00:40 WIB, ia dikejutkan dengan suara tawa perempuan yang sayup-sayup terdengar di tengah gemuruh angin yang menerpa helmnya tepat di bawah Jembatan Riung Gunung. Ia pun terkejut dan berhenti di sebuah pos polisi yang berada di tikungan tepat setelah Jembatan Riung Gunung. ”Kaget, kan waktu itu kok kayak dengar suara cewek ketawa. Makanya berhenti di pos polisi yang ada di belokan tuh,” kata Asep. Awalnya ia mengira terlalu lelah di jalan sehingga merasa dirinya berhalusinasi. Namun, kejanggalan kembali muncul ketika ia tengah istirahat di warung samping pos polisi. Sambil mengisap rokok dan menyeruput kopi yang dipesannya, sesekali ia menoleh ke arah jembatan yang terhalang kabut tipis khas Puncak. ”Nah, tiba-tiba itu kayak ada cewek yang lagi jalan di tangga ke arah dalam,” tegas Asep. Ia pun lalu bergegas melanjutkan perjalanannya. ”Sudah, habis itu langsung cabut lah. Takut juga kan habis diketawain, ditampakkin juga,” ujarnya. Sementara itu, saat Harian Metropolitan hendak memasuki pintu masuk Vila Soekarno, udara segar langsung menyentuh hidung. Namun, suhu udara itu tiba-tiba menghangat saat kaki menginjak pelataran depan vila bernuansa kolonial Belanda itu. Rindangnya pohon-pohon besar yang diperkirakan berusia ratusan tahun di sekeliling vila itu membuat perasaan mulai aneh. Terlebih suhu udara yang berubah begitu saja menimbulkan pemikiran aneh berbau mistis dalam pikiran. ”Jangan ambil gambar ya, Mas, karena sekarang vila ini tidak terbuka untuk umum. Lebih baik kita segera turun,” ujar penjaga vila yang mengaku bernama Heryawan saat Metropolitan hendak mengabadikan momen di area vila. Tak mau terlibat perdebatan, apalagi membuat sang penjaga vila menjadi kesal, kami pun lantas turun menuju pintu gerbang masuk menyusuri aspal hitam yang licin. Beberapa kejadian mistis selama menjadi penjaga vila pun dikisahkan pria beranak tiga itu. Semisal adanya sosok bayangan seorang kakek berjubah putih hingga suara riuh yang berasal dari salah satu ruangan dalam vila. ”Ya terkadang ada sih suara aneh dan sosok aneh berwujud manusia berusia sekitar 90 tahun berpakaian serba putih. Tapi saya tidak terlalu mepedulikan hal itu karena hanya mencari pekerjaan sebagai penjaga,” tambahnya. Sesampainya di gerbang pintu masuk, kami lantas menyeberang jalan menuju sebuah warung makan mencoba menggali informasi dari warga sekitar terkait bangunan yang konon menjadi petilasan Soekarno itu. Penelusuran asal-usul serta kisah mistis yang terus muncul pun mulai terungkap saat pemilik warung bernama Nurdin (51) bersedia menceritakan kisah yang dialaminya ketika berwisata religi ke Vila Soekarno, 20 tahun silam saat masih dibuka untuk umum. ”Dahulu saya pernah berziarah ke sana bersama teman dari Banten. Memang ada nuansa mistis saat tengah zikir di sebelah utara kompleks bangunan. Ada sosok mirip Paduka (Soekarno, red) saat tengah tawasul,” ungkapnya. Terpisah, Praktisi Supranatural, Rony Sanghiyang Putra Naga, pun mencoba menggali jejak sejarah Bung Karno di Vila Riung Gunung menggunakan mata batinnya. Menurut Rony, Riung Gunung memiliki makna tersendiri sesuai namanya, yaitu gunung atau bukit yang berkumpul. Bahkan, tempat yang kini dimiliki H Abdul Aziz, yang merupakan mertua dari Sandiaga Uno, adalah sebuah petilasan di era Kerajaan Sunda. ”Jadi Riung Gunung merupakan tempat singgah para saudagar kerajaan ketika melintas dari Pajajaran menuju kasawan Kawali,” ungkap Rony yang masih menutup matanya. Belum habis ulasan soal Riung Gunung. Rony mengungkapkan, dalam prinsip dasar ilmu Sunda kuno, suatu daerah bukit yang di mana hamparan tak berpohon dapat dikatakan waas paningal (tempat tak terhalang untuk memandang, red). Di mana wilayah bukit seperti itu mempunyai tingkal kesakralan tersendiri, layaknya pupunden atau tempat pemujaan di zamannya. Jelas rekam jejak Soekarno sangat kental, sosok gaib senang dengan menduplikasi orang dengan kemampuan tertentu. Sehingga, menurut Rony, gangguan mistis kepada para pengendara lebih mengarah kepada sosok ramai orang di atas tangga dan sosok perempuan berbaju putih renda layaknya seorang noni belanda atau wanita elite di zaman 60-an yang masih berbalut tren pakaian wanita Belanda. ”Tak jarang bagi golongan gaib yang kuat dapat menduplikat sekelebatan sosok Bung Karno,” ungkap Rony. Menanggapi hal itu, tokoh masyarakat di Desa Tugu Selatan, Abah Yudi Wiguna, meminta masyarakat tidak membesar-besarkan perihal aura mistis Vila Soekarno. Meski ia mengakui adanya aura lain saat melakukan ziarah di vila tersebut. ”Ya memang kalau aura lain (mistis, red) memang ada di area itu saat berziarah, tapi tidak perlu juga dibesarkan karena dikhawatirkan ada kesalahpahaman di masyarakat,” jelasnya. Ia menyebut aura mistis yang muncul di area vila adalah hal wajar karena bangunan tersebut dibiarkan tanpa penghuni selama bertahun-tahun. (dil/wan/d/rez/run)