Senin, 22 Desember 2025

Kental Aura Mistis

- Jumat, 19 Maret 2021 | 10:30 WIB

METROPOLITAN - Di balik penasa­ran warga akan Jembatan Riung Gunung, Vila Soekarno, sering di­kaitkan dengan aura mistis. Bahkan, tak sedikit warga yang mengaku merasakan hingga pernah menga­lami gangguan negatif saat melintas di area vila tersebut. Seperti yang diungkapkan Asep (26), pengendara yang ditemui di sekitar Jalan Raya Puncak. Ia mengaku per­nah mengalami gangguan mistis saat melintas di Jalan Raya Puncak menuju Jakarta setelah mengunjungi saudaranya di Lembang. Saat itu, ketika ia sudah melintasi Masjid Atta’Awun di kawasan Pun­cak pada pukul 00:40 WIB, ia dike­jutkan dengan suara tawa perem­puan yang sayup-sayup terdengar di tengah gemuruh angin yang menerpa helmnya tepat di bawah Jembatan Riung Gunung. Ia pun terkejut dan berhenti di sebuah pos polisi yang be­rada di tikungan tepat setelah Jembatan Riung Gunung. ”Ka­get, kan waktu itu kok kayak dengar suara cewek ketawa. Makanya berhenti di pos po­lisi yang ada di belokan tuh,” kata Asep. Awalnya ia mengira terlalu lelah di jalan sehingga merasa dirinya berhalusinasi. Namun, kejanggalan kembali muncul ketika ia tengah istirahat di warung samping pos polisi. Sambil mengisap rokok dan menyeruput kopi yang dipesan­nya, sesekali ia menoleh ke arah jembatan yang terhalang kabut tipis khas Puncak. ”Nah, tiba-tiba itu kayak ada cewek yang lagi jalan di tangga ke arah dalam,” tegas Asep. Ia pun lalu bergegas melanjut­kan perjalanannya. ”Sudah, habis itu langsung cabut lah. Takut juga kan habis diketawain, ditampakkin juga,” ujarnya. Sementara itu, saat Harian Metropolitan hendak mema­suki pintu masuk Vila Soekar­no, udara segar langsung me­nyentuh hidung. Namun, suhu udara itu tiba-tiba men­ghangat saat kaki menginjak pelataran depan vila bernu­ansa kolonial Belanda itu. Rindangnya pohon-pohon besar yang diperkirakan be­rusia ratusan tahun di sekeli­ling vila itu membuat pera­saan mulai aneh. Terlebih suhu udara yang berubah begitu saja menimbulkan pe­mikiran aneh berbau mistis dalam pikiran. ”Jangan ambil gambar ya, Mas, karena sekarang vila ini tidak terbuka untuk umum. Lebih baik kita segera turun,” ujar penjaga vila yang mengaku bernama Heryawan saat Met­ropolitan hendak mengaba­dikan momen di area vila. Tak mau terlibat perdebatan, apalagi membuat sang pen­jaga vila menjadi kesal, kami pun lantas turun menuju pintu gerbang masuk meny­usuri aspal hitam yang licin. Beberapa kejadian mistis se­lama menjadi penjaga vila pun dikisahkan pria beranak tiga itu. Semisal adanya sosok bayangan seorang kakek ber­jubah putih hingga suara riuh yang berasal dari salah satu ruangan dalam vila. ”Ya terkadang ada sih suara aneh dan sosok aneh berwu­jud manusia berusia sekitar 90 tahun berpakaian serba putih. Tapi saya tidak terlalu mepedulikan hal itu karena hanya mencari pekerjaan se­bagai penjaga,” tambahnya. Sesampainya di gerbang pin­tu masuk, kami lantas meny­eberang jalan menuju sebuah warung makan mencoba meng­gali informasi dari warga se­kitar terkait bangunan yang konon menjadi petilasan So­ekarno itu. Penelusuran asal-usul serta kisah mistis yang terus muncul pun mulai terung­kap saat pemilik warung ber­nama Nurdin (51) bersedia menceritakan kisah yang dia­laminya ketika berwisata re­ligi ke Vila Soekarno, 20 tahun silam saat masih dibuka untuk umum. ”Dahulu saya pernah berziarah ke sana bersama teman dari Banten. Memang ada nuansa mistis saat tengah zikir di se­belah utara kompleks bangu­nan. Ada sosok mirip Paduka (Soekarno, red) saat tengah tawasul,” ungkapnya. Terpisah, Praktisi Supranatu­ral, Rony Sanghiyang Putra Naga, pun mencoba meng­gali jejak sejarah Bung Karno di Vila Riung Gunung meng­gunakan mata batinnya. Men­urut Rony, Riung Gunung memiliki makna tersendiri sesuai namanya, yaitu gunung atau bukit yang berkumpul. Bahkan, tempat yang kini di­miliki H Abdul Aziz, yang merupakan mertua dari San­diaga Uno, adalah sebuah petilasan di era Kerajaan Sunda. ”Jadi Riung Gunung merupakan tempat singgah para saudagar kerajaan ketika melintas dari Pajajaran menu­ju kasawan Kawali,” ungkap Rony yang masih menutup matanya. Belum habis ulasan soal Riung Gunung. Rony mengungkapkan, dalam prinsip dasar ilmu Sun­da kuno, suatu daerah bukit yang di mana hamparan tak berpohon dapat dikatakan waas paningal (tempat tak terhalang untuk memandang, red). Di mana wilayah bukit se­perti itu mempunyai tingkal kesakralan tersendiri, layaknya pupunden atau tempat pemu­jaan di zamannya. Jelas rekam jejak Soekarno sangat kental, sosok gaib senang dengan menduplikasi orang dengan kemampuan tertentu. Sehingga, menurut Rony, gang­guan mistis kepada para pengendara lebih mengarah kepada sosok ramai orang di atas tangga dan sosok perem­puan berbaju putih renda layaknya seorang noni be­landa atau wanita elite di zaman 60-an yang masih berbalut tren pakaian wanita Belanda. ”Tak jarang bagi golongan gaib yang kuat dapat menduplikat seke­lebatan sosok Bung Karno,” ungkap Rony. Menanggapi hal itu, tokoh masyarakat di Desa Tugu Se­latan, Abah Yudi Wiguna, me­minta masyarakat tidak mem­besar-besarkan perihal aura mistis Vila Soekarno. Meski ia mengakui adanya aura lain saat melakukan ziarah di vila tersebut. ”Ya memang kalau aura lain (mistis, red) memang ada di area itu saat berziarah, tapi tidak perlu juga dibesarkan karena dikhawatirkan ada kesalahpahaman di masyara­kat,” jelasnya. Ia menyebut aura mistis yang muncul di area vila adalah hal wajar karena bangunan terse­but dibiarkan tanpa peng­huni selama bertahun-tahun. (dil/wan/d/rez/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X