Proses evakuasi pengangkatan KRI Nanggala-402 yang hilang kontak pada Rabu (21/4) dini hari di perairan utara Pulau Bali, yang kemudian dinyatakan tenggelam pada Sabtu (24/4), terus diupayakan. TNI AL bersama instansi terkait dan bantuan dari militer China, kerja keras untuk bisa mengangkat kapal selam yang nahas bersama 53 awak kapal yang gugur. Beberapa bagian kecil kini telah berhasil diangkat, namun bagian yang lebih besar masih menemui kendala. Hal itu disampaikan melalui konferensi pers yang disiarkan secara daring dari Pangkalan TNI Angkatan Laut Denpasar, Jalan Raya Sesetan, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Selasa (18/5). Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II Laksda Iwan Isnurwanto beserta atase pertahanan Tiongkok Senior Colonel Chen Yong Jing yang turut hadir dalam kesempatan itu, menjelaskan usaha dan hasil mereka melaksanakan evakuasi. Bahkan, ada beberapa temuan baru yang didapatkan. Ada tiga kapal milik militer China yang membantu, yakni Ocean Salvage Rescue Yongxindao-863, Ocean Tug Natsuo-195, dan Sientific Salvage Tansuo-2. Kapal Tansuo telah melakukan survei bawah laut dengan kedalaman lebih dari 800 meter dan hasil pemetaannya hampir sama dengan apa yang didapat KRI Rigel. ”Ada tiga bagian terlihat dalam survei bawah laut Kapal Tansuo. Pertama Bow Section atau bagian haluan. Kedua ada Sail Section atau anjungan, ketiga ada Stern Section atau bagia buritan,” jelasnya. Dirinci melalui gambar yang ditampilkan, pada bow section tampak ruang torpedo juga adanya patahan di haluan kiri kapal dan pintu untuk tangki udara tekanan tinggi terbuka. Lalu, pada bagian anjungan atau sail section diperlihatkan adanya pintu yang terletak di sebelah kanan terlepas. Selanjutnya pada stern section atau buritan tampak kemudi selam vertikal dan propeller. Menariknya, di samping ketiga bagian yang ditemukan itu, temuan baru saat observasi juga diperlihatkan, yakni berupa crater (kawah, red) besar berdiameter kurang lebih 38 meter dengan kedalaman 10 sampai 15 meter. ”Kami menemukan kawah cukup besar dekat dengan ketiga bagian itu, namun kami belum ketahui apa sebetulnya kawah tersebut dan apa yang ada di dalamnya,” ujarnya. Diketahui, ada satu bagian besar lagi yang saat itu tidak terlihat, yakni vessel hull atau badan tekan sepanjang 45 meter. Hal itu berhubungan dengan dasar laut yang bermaterialkan mud (lumpur, red), sehingga bagian-bagian tertentu dengan mudah tertimbun, bahkan kemungkinan lainnya awak kapal berada di bagian tersebut. ”Ada kemungkinan bagian ini berada di kawah tersebut, Kapal Tansuo saat ini dengan DSRV (Deep Submergence Rescue Vehicles) sedang mecoba mencari tahu tentang itu, terkait awak kapal juga kan tidak ditemukan, memang bisa saja berada disana, tapi kami tidak mau berspekulasi karena memang belum mengetahui apa kawah itu,” tuturnya. Terkait ketiga bagian yang terlihat, Kapal Tansuo mencoba mengangkat bagian anjungan kapal yang diperkirakan memiliki bobot 18 ton. ”Kapal Tansuo telah berusaha dan merasa mampu untuk mengangkat bagian anjungan yang mereka perkirakan beratnya 18 ton, bagian itu dikaitkan dengan sling menggunakan robot. Tapi sayangnya tali sling malah putus, sehingga mereka mengalkulasi ulang. Jadi kemungkinan beratnya lebih dari itu, berkisar kurang lebih 20 ton. Saat ini sedang dicari solusi dan mungkin dengan menambah tali sling yang ada,” bebernya. Walaupun pengangkatan bagian yang lebih besar terkendala, beberapa bagian lain yang lebih kecil telah diangkat. Salah satunya yang terbaru adalah life raft memiliki fungsi mirip sekoci di kapal permukaan yang digunakan untuk menyelamatkan diri awak kapal. ”Tansuo juga berhasil angkat life raft yang sempat tertimbun, karena bobotnya cukup berat sekitar 700 kilogram, jadi kami tidak bisa hadirkan dan saat ini disimpan di KRI Teluk Banten,” lanjut Iwan. Bagian lain yang berhasil diangkat dan dihadirkan adalah antena kapal, pelindung kabel torpedo yang ada di kemudi vertikal, hidropon yang ada di haluan, dan buku panduan. (ges/feb/run)