Awan mendung menyelimuti dunia retail di masa pandemi. Beberapa perusahaan terpaksa gulung tikar. Tak terkecuali gerai retail raksasa milik PT Hero Supermarket Tbk (Hero Group), Giant. Manajamen telah mengumumkan untuk pamit mulai Juli mendatang. PERUSAHAAN retail multiformat PT Hero Supermarket Tbk (Hero Group) mengumumkan akan menutup gerai Giant pada akhir Juli 2021. Hal itu dilakukan guna menindaklanjuti langkah strategis atas seluruh lini bisnisnya. Head of Corporate and Consumer Affairs PT Hero Supermarket Tbk, Diky Risbianto, mengaku pihaknya akan mengonversi hingga lima gerai Giant menjadi IKEA untuk meningkatkan aksesibilitas konsumen ke merek dagang tersebut. “Kami masih dalam proses diskusi peralihan gerai hingga proses tersebut finalisasi,” katanya, Rabu (26/5). Diky juga mengaku belum lama ini pihaknya telah membuka sebuah gerai IKEA seluas 31.500 meter persegi di Bandung. “Dan kami akan membuka gerai IKEA seluas 35.000 meter persegi di Jakarta Garden City, tahun ini,” ujarnya. Ia menambahkan, untuk saat ini perusahaan belum dapat memberi angka atau informasi apa pun secara detail. Namun, pihaknya melihat potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dari IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Grup akan memfokuskan investasi dalam proses pengembangan ketiga brand tersebut. “Kami berencana meningkatkan investasi di infrastruktur rantai pasokan kami dan mempersiapkan kemampuan kami untuk bertumbuh lebih lanjut,” jelasnya. Meski begitu, salah satu gerai Giant di Kota Bogor, Giant Yasmin, rupanya masih dipadati pengunjung yang berbelanja. Pantauan Metropolitan, pada Rabu (26/5) sore, para pengunjung masih berdatangan dan berbelanja di salah satu retail di kawasan Jalan KH Abdullah bin Muh Nuh itu. Tidak terlihat seperti supermarket yang akan tutup. Terlihat pula lokasi parkir yang masih disesaki kendaraan roda dua dan empat yang parkir di halaman gedung. Jumlahnya pun lebih dari setengah kapasitas yang ada. Salah seorang pengunjung, Ratih (23), mengaku tidak tahu perihal rencana penutupan gerai Giant seluruh Indonesia, termasuk Kota Bogor. Warga Cilendek, Kecamatan Bogor Barat, itu juga mengaku sering berbelanja di Giant Yasmin untuk kebutuhan bulanan. ”Kaget sih. Lumayan sering ke sini karena dekat rumah. Kalau harus tutup ya gimana lagi, kalau sudah kebijakannya begitu. Mungkin kasihan karyawannya ya, berarti pada ikut di-cut juga ya,” katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bogor Elia Buntang mengaku belum ada laporan yang masuk ke Disnaker Kota Bogor terkait rencana penutupan gerai Giant di Kota Bogor itu. Mengingat, penutupan gerai bisa jadi pengaruh terhadap nasib karyawan-karyawan yang mencari nafkah di berbagai gerai Giant. ”Belum ada laporannya sama sekali,” kata Elia kepada Metropolitan.id, Rabu (26/5) malam. Karena itu, sambung Elia, pihaknya belum berencana melakukan pemanggilan atau mendatangi manajemen Giant di Kota Bogor. Sebab, dengan penutupan gerai, mesti dipastikan nasib para karyawan yang ikut diberhentikan juga atau tidak. ”Belum tahu. Kita harus cari tahu dulu permasalahannya, baru kita ambil tindak lanjut,” imbuh mantan kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor itu. Sementara itu, di media sosial beredar video kesedihan karyawan Giant atas keputusan perusahaan menutup gerai. Salah seorang karyawan Giant yang tak diketahui identitasnya mengunggah video suasana haru kala manajemen mengumumkan bahwa aktivitas Giant akan berakhir pada 31 Juli. Mereka menyatakan bahwa Giant merupakan retail yang amat memikirkan kesejahteraan para pegawainya, meski sedang sakit diterjang badai Covid-19. ”Giant itu salah satu retail yang sangat amat memanusiakan manusia. Bahkan saat Covid, gaji masih full, THR (Tunjangan Hari Raya, red) masih full, dan bonus kita pun masih cair. Sedih sih sebenarnya, tapi hidup kita masih terus berjalan,” katanya dalam video yang diunggah Instagram @insta.nyinyir, Selasa (25/5). Sebelumnya, Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk, Patrik Lindvall, mengaku bahwa perusahaannya akan memfokuskan bisnisnya ke merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibanding Giant. “Seperti bisnis mumpuni lainnya, kami terus beradaptasi terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah. Termasuk menurunnya popularitas format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia, sebuah tren yang juga terlihat di pasar global,” tandasnya. (ryn/feb/run)